BAB 4

1K 117 3
                                        

______________________________________

     ‘Usahamu pun menjadi sia – sia.’
______________________________________
                                
.

.
.

“Aku tidak bisa melupakannya, Itu terlalu indah untuk dilupakan.” Ucap sebastian.

Sebastian meraih pundak Ciel.

“Aku mohon kembalilah padaku lagi. Kembalilah menjadi gadis yang hanya aku cintai.” Mohon Sebastian.

“Aku tidak mau.” Ucap Ciel.

Ciel menepis tangan Sebastian dan berjalan mejauhi Sebastian. Meninggalkan Sebastian sedirian di tengah hutan.

______________________________________

     ‘Ini bukan sebuah kisah baik yang harus diingat.’
______________________________________

Ciel berjalan menuju kudanya. Kemudian menaikinya dan menungganginya menjauh dari hutan. Sedangkan Sebastian terduduk di tepi danau.

“Apakah memang takdirku seperti ini?” ucap Sebastian.

 ~√~

10 tahun kemudian....

Sebastian berada di tengah masyarakatnya dengan menyamar.

“Yang mulia. Apa yang mulia cari disini?” Ucap Finny, pengawal pribadi Sebastian.

“Aku mencari udara segar. Melihat rakyat yang hidup damai setelah perang sangat menenangkan.” Ucap Sebastian.

Sebastian meihat orang – orang yang berlalu lalang, hingga seseorang melewatinya. Sebastian terkejut dan menoleh kebelakang.

“Sepertinya aku mengenali seorang gadis yang lewat tadi.” Gumam Sebastian.

Sebastian bersama Finny kembali keistana. Sesampainya di istana....

“Sebastian! Kita harus pergi ke istana phantomhive sekarang.”  Ucap Edward.

“Ada apa ayah? Kenapa kau terlihat khawatir.” Ucap sebastian berusaha menenangkan Edward.

“Terjadi perang di kerajaan Phantomhive. Kita harus membantu raja Vincent.” Ucap Edward.

Sebastian terkejut, matanya membelalak.

~√~

Di kerajaan Phantomhive.....

“Apakah sudah ada kabar dari medan perang?” Tanya Rachel pada para prajurit.

“Sejauh ini yang mulia Vincent bersama jenderal berhasil memukul mudur pasukan.” Ucap prajurit pengirim pesan.

Rachel menghela nafas lega. Kemudian terdengar suara langkah kaki. Rachel menoleh dan mendapati Catherine berjalan dengan tergesa - gesa.

“Catherine? Dimana pangeran Sebastian dan yang mulia?” Tanya Rachel.

“Mereka berdua langsung menyusul ke medan perang. Dimana putri Ciel? Apakah dia baik – baik saja?” Ucap Catherine.

“Sebenarnya......”
.
.
.

Sebastian dan Edward sampai dimedan perang. Edward melihat Vincent dan segera membantunya. Sedangkan sebastian mulai menyerang musuh.

“Raja vincent menunduk!” Teriak Edward.

Vincent langsung menunduk, Edward langsung menghunuskan pedangnya pada seseorang dibelakang Vincent.

“Apa kau baik – baik saja?” Ucap Edward sambil membantu Vincent berdiri.

“Aku baik – baik saja. Senang rasanya teman lama datang membantu.” Ucap Vincent.

Sedangkan Sebastian terus bertarung. Hingga Sebastian melihat seseorang yang melawan banyak musuh sendirian.

‘Kenapa seorang gadis ikut berperang?’ batin Sebastian.

Sebastian berlari dan membantu gadis itu. Betapa terkejutnya sebastian saat tahu gadis itu adalah Ciel.

Ciel menyadari keberadaan Sebastian, Mata mereka saling bertemu. Sebastian menatap wajah Ciel yang berlumuran banyak darah, tangannya yang menggenggam erat sebuah pedang, dan banyak luka sayatan kecil disekujur tubuh Ciel.

“Kenapa kau berada dimedan berbahaya seperti ini?” Tanya Sebastian.

Ciel mengayunkan pedangnya.

“Nanti saja kau bertanya. Saat ini pikirkan peperangan.” Ucap Ciel.

Ciel melanjutkan aksinya, meninggalkan Sebastian yang bingung dengan pikirannya.

 ~√~

“Kenapa bisa begitu Rachel? Dia adalah seorang gadis. Tidak baik jika dia berada di medan perang.” Ucap Catherine.

“Itu kehendak Ciel sendiri. Kami tidak bisa mencegahnya.” Ucap Rachel.

Catherine menghela nafas.

“Siapa penyebab perang ini?” Tanya Catherine.

“Pemimpin daerah barat. Dia ingin menikahi Ciel. Tapi Vincent menolaknya dengan tegas. Akhirnya terjadi peperangan.” Ucap Rachel.

“Tunggu....pemimpin dari mana?” ucap Catherine memastikan.

“Pemimpin barat.” Ucap Rachel.

“Tidak mungkin! Dia adalah ayah dari istri sebastian sekarang.” Ucap Catherine.

Rachel terkejut dengan ucapan Catherine.

~√~

Edward dan Vincent sampai di benteng utama musuh.

“Bukankah itu bendera pimpinan barat?” Ucap Edward.

"Iya, bukankah dia ayah dari menantumu?" Ucap Vincent.

"Kenapa kau tidak memberitahuku." Ucap Edward.

Vincent tersenyum kemudian menggeleng.

"Walaupun kita teman lama, pasti akan timbul rasa tidak percaya. Aku berpikir lebih baik kau melihat sendiri." Ucap Vincent.

Terdengar suara langkah kaki berlari mendekat, mereka berdua menoleh. Edward terkejut saat mendapati Ciel ada disamping Sebastian.

"Bagaimana ayah? Apa kita bisa menerobos sekarang?" Ucap Ciel.

Ciel melirik kearah Edward, kemudian menunduk hormat.

"Saya harap yang mulia bisa membantu ayah saya sekali lagi." Ucap Ciel.

Edward akan berbicara, tapi Vincent memotongnya.

"Nanti saja pertanyaannya Edward. Kita selesaikan dulu yang ada di depan mata." Ucap Vincent.

Edward hanya mengangguk walaupun masih bingung.

"Kita masuk sekarang. Kemudian kita kepung pimpinan itu." Ucap Vincent.

Edward, Sebastian, dan Ciel mengangguk. Kemudian mereka berlari memasuki benteng itu.

~√~

FAIRYTALE (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang