3b. Si Adik Mantan

15.7K 1.5K 121
                                    

~Dara~

"Hi, excuse me."

Aku mendongak dan langsung bertatapan dengan koko tampan yang memperhatikan Mas Ben. Dilihat dari jarak dekat begini, dia makin tampan. Wanginya juga enak. 

"I'm Chris. Boleh minta nomer HP?" tanyanya pada Mas Ben. Aku geer si tampan mau minta nomer HP-ku, ternyata minta nomer HP Mas Ben.

Kukira Mas Ben mau menyiramkan americano panasnya ke muka si tampan. Ya wajar sih kalau Mas Ben ngamuk. Jeruk minum jeruk gitu lho.

"Sure." Aku kaget Mas Ben malah mengiakan sambil tersenyum. Nggak sadar kali ya kalau senyumnya bikin orang salah tingkah. Dia mengeluarkan kartu nama hitam bertinta emas dari dompet. "Kalau butuh konsultasi hukum, kantor saya di gedung ini."

"Oh, you are a lawyer. How cool." Chris memuji. "You must be busy. Let me know if you have free time."

"This weekend I'm free and I'd like to take my wife for a date."

Aku nyaris menyemburkan coffee latte dari mulut. Mas Ben menyerang secara halus. Menjaga hubungan baik tapi tetap menjaga jarak. Mukanya Chris itu lho, lucu banget. Dia nggak pintar menyembunyikan kekecewaan. 

***

Hiburan pagi ini sukses jadi mood booster. Aku cuma datang ke kantor untuk mengecek print out perjanjian antara pengembang Apartemen Grand Luxor dengan calon penghuni yang menerima ganti rugi. Intinya, para calon penghuni apartemen sudah menerima uang dan tidak akan menuntut apa pun. Bukannya rugi lagi ini namanya, tapi ganti apes soalnya apes beneran. Setelah semua beres, aku berangkat lagi menuju kawasan Tomang. 

Jam segini, apartemen terbengkalai itu sudah dipadati manusia. Kasihan juga kalau dilihat-lihat, tapi mau bagaimana? Aku berada di pihak pengembang. Mereka sudah duduk rapi di ruangan yang belum jadi. Cuma disemen saja. Lampu juga belum ada. Kami mengandalkan cahaya matahari yang masuk dari jendela yang belum dipasang. 

Nggak ada satu pun wajah yang tampak bahagia padahal menerima uang. Siapa juga yang rela hasil kerja kerasnya yang diinvestasikan dan berharap menerima keuntungan malah berbuah kerugian. 

"Nashira?" Aku mengenali salah satu dari orang yang maju tadi. Gadis manis berusia awal 20-an. 

"Mbak Dara." Nashira kaget. 

"Kamu juga...." Aku nggak bisa melanjutkan lantaran nggak enak hati. 

Nashira cuma mengangguk lesu. Tangannya gemetar saat menandatangani perjanjian. Nggak lama kemudian Nashira menangis sesenggukan. 

***

1. anamnesa: Wawancara medis untuk mengetahui gejala dan menentukan diagnosis.

Our Simple DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang