Keputusan

701 37 0
                                    

Hanna baru saja selesai membereskan baju-bajunya yang akan dibawanya pulang ke rumahnya. Ia sudah putus asa dengan harapannya karena sampai sekarang tidak ada kabar baik untuk rencana keberangkatannya ke Tarim.

Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Ia membuka pelan pintu itu berharap kalau bukan laki-laki yang akan muncul dari baliknya.

Ternyata itu Fatimah. Fatimah dengan matanya yang berkaca-kaca langsung memeluk Hanna erat. Hanna yang juga sudah sangat menyayangi Fatimah merasa berat jika harus berpisah dengan Fatimah secepat ini.

"Ukhty.. Jangan pergi. Jangan tinggalkan Fatum. Fatum sangat menyayangi ukhty Hanna.." Hanna langsung menggendong Fatimah berharap balita manis itu akan diam dalam gendongan sayangnya.

"Ana harus pulang Fatum sayang. Nanti kalau ana ada waktu, ana ke sini lagi ya." Hanna mengelus lembut puncak kepala Fatimah.

"Janji ya ukh ?" Fatimah menghapus air matanya.

"InsyaAllah Zahro.." Hanna juga menghapus air matanya yang sudah membasahi pipi mulusnya.

Hanna menurunkan Fatimah dari gendongannya. Ia mencium puncak kepala Fatimah. Ia juga mencium kedua pipi Fatimah dengan perasaan sedih karena harus berpisah.

.

Baru saja Fatimah menutup pintu setelah berpamitan ingin kembali ke ibunya, ia kembali lagi ke kamar Hanna.

"Oh iya ukh, Fatum lupa." kata Fatimah dengan nada bingung.

"Lupa kenapa Fatum sayang ?" tanya Hanna ikut bingung.

"Tadi akhiyl jamil meminta Fatum memberikan amplop ini untuk ukhty Hanna." kata Fatimah sambil menyerahkan sebuah amplop putih berukuran sedang.

"Akhiyl Jamil ? Siapa ?" tanya Hanna penasaran.

"Kakak Fatum yang paling tampan, paling baik, paling pintar, paling semuanya lah." Fatimah mendeskripsikan kakaknya itu dengan antusias.

Hanna mengetutkan dahinya tanda ia sedang bingung dengan kata-kata Fatimah. Setahunya Fatimah hanya punya satu kakak dan itu pun perempuan. Kalau adik laki-laki Fatimah memang punya.

"Fatum punya kakak laki-laki ya ?" tanya Hanna memastikan.

"Iya. Kakak Fatum yang paling Fatum sayang." jawabnya malu kemudian langsung melarikan diri.

Hanna tertawa kecil melihat tingkah lucu Fatimah tadi. Ia lalu beralih ke surat yang Fatimah berikan tadi kepadanya.

Hanna duduk di tepi ranjangnya sambil terus mengamati amplop itu. Ia yang sudah sangat penasaran langsung saja membukanya. Di dalam amplop itu ada sebuah foto yang terasa tidak asing baginya. Selama beberapa detik ia mengamati foto itu dan akhirnya ia ingat. Foto yang sedang ia pegang ini sangat mirip dengan foto kota Tarim miliknya yang hilang saat kemarin ia melamun di jendela. Bahkan foto itu sama persis yang membuatnya berfikir kalau foto itu memang miliknya. Tidak mau terlalu memikirkan hal ini, Hanna kembali memeriksa amplop tadi karena sepertinya amplop itu masih memiliki sesuatu di dalamnya.

Di dalam amplop itu ada sebuah kertas. Hanna membuka pelan kertas itu dengan kadar penasaran yang cukup tinggi tentang apa yang ada di dalamnya. Setelah terbuka sempurna, ia lalu membaca kalimat-kalimat yang tertulis di atas kertas itu dengan teliti.

"Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Afwan, saya menemukan foto yang sepertinya milik kamu. Saya tidak mungkin mengembalikannya secara langsung karena, kita sama-sama tau jawabannya.
Saya juga sangat minta maaf  karena sikap saya kemarin yang sangat tidak sopan. Saya benar-benar menyesal. Saya harap kamu bisa memaafkan sikap saya itu.
Maaf sebelumnya kalau saya lancang, saya hanya ingin mengatakan kalau kamu punya masalah yang membuat kamu melamun seperti kemarin, sebaiknya alihkan saja dengan membaca Al-Qur'an atau ibadah yang bisa menenangkan jiwa lainnya. Tapi maaf  kalau saya salah paham dengan apa yang kamu lakukan kemarin. Mungkin kamu sedang memikirkan langit yang Allah ciptakan. Apapun itu, semoga Allah selalu memudahkan segala urusanmu.

Perjalanan Menuju TarimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang