Dialog 6

872 113 13
                                    

Pertanyaan 6

Kamu pikir, aku temanmu?

*

Tita berkeliling di area perumahan sekitar kafe kampus. Ia melihat-lihat beberapa rumah kos sambil sesekali menatap kertas di tangannya.

"Gang 3, nomor 47.... Gang 3 nomor 47..." Tita menggumam, matanya berhenti di sebuah rumah kos berwarna biru laut dengan pohon mangga di pekarangan depannya, serta beberapa tanaman seperti cabai dan tomat. Tita melihat kertas brosur di tangannya lalu menoleh pada rumah kos di depannya. Benar.

Ragu-ragu Tita menatap ke dalam. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi nomor yang tertera di brosur.

"Halo"

"Halo, apakah ini dengan rumah kos Mentari?"

Terdengar suara grasak-grusuk di seberang, Tita menjauhkan telinganya dari ponsel.

"Halo?"

"Oh, iya. Ini kos Mentari. Ada yang bisa saya bantu?"

Tita menelan ludahnya, ragu-ragu mau melanjutkan atau tidak.

"Mbak?" suara di seberang mengembalikan atensi Tita. "Halo?"

"Oh, ya. Apakah ada kamar kosong di kos Mentari?"

"Iya, ada." Suara di seberang sana terasa semakin dekat. Tita tiba-tiba saja merasa was-was, ia menatap pintu masuk di depannya dengan perasaan khawatir. Terlihat seseorang cewek memakai kaos dan celana piyama duduk di kursi samping pintu masuk.

"Mbak-nya mau booking kamar?"

Tita menghela napasnya. "Boleh lihat-lihat kamarnya dulu?"

"Boleh, kapan mbak-nya ada waktu? Mungkin bisa mampir ke kos dulu."

"Saya udah di depan"

"Hah?"

Kembali terdengar suara grasak-grusuk di seberang. Lalu, Tita mendengar suara sandal yang beradu dengan lantai, lalu pintu gerbang yang terbuka.Cewek itu tersenyum lebar pada Tita.

Sejenak Tita tertegun.Pengalaman kehidupannya selama ini memberikannya pemahaman lebih dari cukup mengenai arti sebuah senyuman. Selama ini, orang-orang hanya tersenyum dengan cara licik di hadapannya—kecuali Laila, meski ia kini tak pernah lagi mendapatkan senyuman itu dari Laila.

Tapi kini, cewek di depannya tersenyum dengan sinar ramah dan—tulus. Kesadaran Tita kembali ketika tangannya ditarik dengan lembut oleh cewek itu, masuk ke dalam pekarangan kos. Tita ikut berhenti ketika cewek di depannya juga berhenti. Ia mengangkat alisnya.

Cewek di depannya tersenyum tanggung." Sepatunya tolong dibuka ya Mbak. Soalnya kita nggak punya ART buat bersihin."

Tita mengangguk kikuk, ia membuka sepatunya. Meletakkannya di rak, berjejer dengan sepatu lainnya. Ini hal baru baginya, karena di kos sebelumnya ia bebas masuk dengan sepatu hingga di depan kamarnya.

Cewek itu kembali tersenyum, kali ini lebih lebar. "Diah" ujarnya, sambil mengulurkan tangannya pada Tita. Tita menyambutnya sambil menyebutkan namanya juga.

"Mbak Tita semester berapa?"

"Dua."

Diah tersenyum, "Masih maba ya." Celetuk Diah.

Tita meringis. Peraturan tidak tertulis di kampus. Selama kamu belum memiliki adik tingkat di bawah semestermu, maka selama itu pula kamu dianggap mahasiswa baru.

Dialog HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang