"Duh, Adel! Lo lama banget, sih?!"
Niki berdiri 10 meter jauhnya dari Adel dan berteriak layaknya orang gila. Nampak di dekat mereka sebuah rumah yang tak asing lagi bagi Adel, dimana rumah itu menjadi sasaran mereka malam ini. Puluhan orang berlalu lalang. Adel yakin itu kawan-kawan Gava. Ada yang sendiri, ada yang bersama kekasih, dan ada yang hanya bersama kawan-kawannya, seperti Niki dengan Adel.
Sebelum turun dari taksi tadi, Niki sempat menyentak Adel dengan pertanyaan, "Mantan lo yang namanya Daffa ikut?" Gara-gara hal tersebut, Adel menjadi kurang percaya diri untuk ada di perayaan ulang tahun Gava.
"Lo kenapa, sih?" tanya Niki, persis saat mereka ada di gerbang rumah Gava. Wajar kalau Niki bertanya seperti itu. Lihatlah muka Adel sekarang. Pucat.
Adel bergeming atas pertanyaan Niki.
"Lo sakit?" Adel menggeleng.
"Atau lo--"
"ADELLIA FITRIANI!"
Keduanya sama-sama menengok dan dalam waktu yang bersamaan, seorang perempuan dikuncir kuda menubruk sekaligus memeluk Adel sangat erat. "GUE KANGEN!"
Butuh waktu untuk Adel mengenalinya lewat suara cempreng itu.
Dengan satu tarikan, Adel menarik tubuh perempuan itu dan memelototinya.
"Bila?" Yang ditanya mengangguk semangat.
"Lama nggak ketemu, Del. Lo makin cantik aja!" puji Bila dengan kedua tangannya yang menyentuh bahu Adel. Niki, yang memang orangnya tak bisa mengerti keadaan, berdeham sedikit keras membuat keduanya menengok.
Adel cekikikan, "Kenalin, Bil. Dia temen kuliah gue. Namanya Niki."
Bila menepuk lengan atas Niki bersahabat. "Gue Bila." Niki tersenyum menanggapinya.
"Mm, lo udah ketemu Gava?" tanya Adel. Bila mengangguk, tak kalah semangat dengan yang tadi. "Dia juga makin ganteng!"
Adel mendelik tajam ke arah Bila. Mau tak mau, ia tertawa mendapati reaksi Adel.
"Nggak, kok! Gue bukan Reysa," kata Bila.
"Ya sudah, gue ke Gava dulu, ya," pamit Adel pada Bila. Dengan kado yang Adel bawa, ia berhasil melangkah untuk menemui Gava.
"Reysa itu... siapa, Del?" Pertanyaan Niki terlalu tiba-tiba, Adel sampai melotot dan diam di tempat. Ada jeda yang begitu lama dari mereka berdua. Niki pikir setelah ini, Adel akan memberikan sebuah jawaban. Tapi Adel malah terus berjalan ke dalam rumah Gava tanpa suara. Langkahnya pun cepat. Niki harus berlari untuk mengejarnya.
'Adel kenapa, sih?'
Mereka sampai di ruang tamu yang cukup besar untuk disebut ruang tamu, dan Adel melihat Gava dengan senyuman lebar. Adel berusaha mengatur napasnya akibat berjalan terlalu cepat tadi. Karena kelamaan mengatur napas, Gava sukses melihat Adel. Tatapan keduanya pun bertemu dan Adel tak mau menunggu lama lagi. Ia sedikit berlari ke arah Gava, meletakkan kado yang ia bawa di salah satu kursi dan memeluknya sangat erat.
Then, suasana dalam ruangan hening mendadak.
Gava tak terlihat kaget sedikitpun. Memang ini yang ia inginkan. Momen ini yang sangat ia harapkan di acara ulang tahunnya.
Tangan Gava yang tadinya tak membalas, sekarang terulur merengkuh pinggang mungil kekasihnya. Berbarengan dengan itu, sebuah sorakan muncul dimana-mana. Sorakan kebahagiaan.
"Happy birthday, Ma Luv," ucap Adel, mengencangkan pelukannya.
"Thank you, Ma Girl," balas Gava berbisik sambil mengelus rambut Adel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lose
Teen Fiction[Sequel of From Daffa to Adel] Tak ada tokoh jahat yang akan menang. Begitulah yang sering kita dengar dan memang benar kenyataannya. Yang kemudian si tokoh jahat akan meminta maaf atau kabur dari kenyataan. Tapi di cerita ini terbalik. Cerita yang...