Bagian 4

4.1K 391 60
                                    

Jangan sider dong teman

▪▪▪

Jihoon mengaduk-aduk supnya dengan pikiran menerawang, dia memikirkan Lucas. Kemarin sore dia meninggalkan Lucas dan menitipkannya pada suster Jiyeon. Sore ini dia harus menjenguknya.

Bagaimana kondisi Lucas? Dia habis mengalami serangan, bagaimana kalau dia mengalami serangan lagi?

Jinyoung menatap Jihoon dari seberang meja. Berusaha menebak apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki mungil itu. Raut wajahnya tampak begitu tidak bahagia membuat Jinyoung semakin bertanya-tanya. Kenapa Jihoon tampak begitu tidak bahagia? Bukankah Jihoon baru saja mendapatkan uang dalam jumlah banyak yang bebas digunakannya melakukan apapun? Ataukah Jihoon menyesal sudah menyerahkan dirinya? Pikiran buruk itu tiba-tiba menyergap otaknya.

Jinyoung menggertakkan giginya. Seharusnya lelaki mungil itu bangga, karna Bae Jinyoung orang yang sangat kaya dan berasal dari keturunan keluarga kaya terpandang di negaranya, yang bisa mendapatkan apapun yang dia mau, bersedia menidurinya!

Jinyoung memikirkan semua keputusannya semalam. Ternyata ini bukan obsesi maupun kegilaan sesaat. Ternyata bahkan setelah percintaan marathon mereka semalam dan tadi pagi, dirinya masih menginginkan Jihoon. Amat sangat menginginkannya malahan.

Setelah hasratnya terpuaskan pada tubuh Jihoon, bukannya semakin reda dia malah semakin ingin dan ingin lagi. Lelaki mungil itu begitu polos tapi menggairahkan dan di dalam otaknya ini penuh dengan hasrat untuk mengajari lelaki itu bagaimana cara memuaskannya. Dengan kesal Jinyoung mengutuk pemikirannya itu.

Apakah aku sudah menjadi seorang maniak seks?

Jinyoung memikirkan jeda sejenak tadi, ketika dia menghubungi Daniel pengacara kepercayaannya dan menyatakan niatnya serta minta dibuatkan draft surat perjanjiaannya. Daniel adalah pengacara kepercayaannya sejak dulu sekaligus sahabatnya.

Lelaki Korea Selatan ini telah menempuh pendidikan hukum di Jerman, dan di sanalah mereka berkenalan. Beberapa tahun kemudian, setelah pulang ke Korea Selatan, dia membangun karir menjadi pengacara yang hebat. Dan ketika Jinyoung memutuskan memimpin cabang di Korea Selatan, mereka bertemu lagi, lalu menjalin kerjasama kerja sekaligus persahabatan.

Jinyoung tahu Daniel tidak akan bertanya apapun yang tidak perlu tentang keputusannya. Lelaki itu sudah terbiasa dengan keputusan dan rencana-rencana bisnis Jinyoung yang ekstrim. Tetapi saat Jinyoung membicarakan hal tersebut, ada kecemasan dalam suara Daniel.

["Kau yakin? Ini memang surat jual beli, tapi ini ekstrim Jinyoung. Jual beli manusia, jual beli pelayanan seks. Kau bisa dibilang melanggar hukum malahan kalau suatu saat nanti terjadi masalah, apalagi mengingat kau warga negara asing."]

Jinyoung tersenyum. Jihoon tidak akan berpikir sejauh itu, bukannya lelaki itu bodoh, tapi dia terlalu polos. Entah kenapa Jinyoung percaya bahwa Jihoon akan menepati janjinya.

"Buat saja Daniel, selanjutnya biar aku yang menanggung." gumamnya yakin.

Daniel tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Jinyoung yakin lelaki itu menunggu sampai mereka bertatap muka baru dia akan mengajukan pertanyaan mendetail.

Daniel adalah lelaki yang sangat analisis. Jinyoung menahan senyumnya, pikirannya kembali ke masa sekarang, dan menatap Jihoon yang seolah tidak selera makan.

"Kenapa kau tidak memakan makananmu?" desis Jinyoung, hanya sebuah desisan dan Jihoon terlonjak kaget. Apakah Jinyoung sebegitu menakutkannya bagi Jihoon?

"Jinyoung." Jihoon menyebutkan nama Jinyoung dengan pelan, di telinga Jinyoung suaranya terdengar begitu merdu bagaikan ajakan bercinta. "Sesuai perjanjian kemarin, aku akan selalu ada kapanpun kau membutuhkanku." pipi Jihoon bersemu merah mengingat arti dari kata itu. "Aku... bolehkah aku meminta waktu untuk diriku sendiri setiap harinya dari jam pulang kantor sampai jam sembilan malam?" suara Jihoon terdengar tertelan dan takut-takut.

A Romantic Story About Jihoon - b.jy + p.jhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang