Bagian 16

3.2K 368 128
                                    

Jadi malem minggu ini kalian kemana?

-----

Jihoon masih tertidur di ruang perawatan. Jungwoo menungguinya. Sementara Jinyoung yang baru terbangun, dua jam setelah kecelakaan itu berjalan pelan, menuju ruang tunggu. Dia sudah mencuci wajah dan agak segar, tapi mau tak mau nyeri di kepala dan bahunya membuatnya mengernyit ketika berjalan.

Lucas sedang duduk membelakanginya di kursi roda. Menatap ke luar, ke arah jendela lebar yang ada di ruang duduk itu. Hujan sedang turun deras di luar membuat suasana ruangan itu begitu suram.

"Bagaimana keadaan Jihoon?" Tanya Lucas, menyadari kehadiran Jinyoung tetapi tidak menoleh untuk menatapnya.

"Baik. Jungwoo sudah mengatur perawatan dan obatnya. Sekarang dia masih tertidur."

Jinyoung berdiri, bersandar di tembok dekat Lucas, ikut menatap hujan yang mengalir deras di luar yang gelap, hanya menyisakan tetes air yang berkilauan terkena cahaya lampu.

"Kau pasti tahu kenapa aku ingin berbicara denganmu."

Jinyoung mengangguk meski tahu Lucas tidak menoleh untuk melihatnya. Hening sejenak, terasa begitu lama sampai kemudian terdengar Lucas menghela nafas panjang.

"Apakah kau mencintainya?" tanyanya pelan.

"Sangat." jawab Jinyoung cepat, tulus.

Lucas memejamkan mata ketika rasa perih menyengat di dadanya mendengar ketulusan Jinyoung kepada Jihoon. Mengetahui bahwa ada lelaki lain yang mencintai Jihoon dengan intensitas begitu besar kepada Jihoon ternyata menyakitinya, membuatnya terasa terpuruk dan di kalahkan. Tapi Lucas menguatkan hatinya, semua demi Jihoon, demi kebahagiaan Jihoon-nya.

"Apakah kau akan membahagiakannya?"

"Kebahagiaannya akan menjadi tujuan hidupku." gumam Jinyoung jujur, dia lalu menoleh menatap Lucas yang sedang menatapnya, mereka saling bertatapan. "Maafkan aku." Jinyoung menghela nafas. "Aku tidak pernah bermaksud mencuri Jihoon darimu. Aku tidak mengetahui keberadaanmu sampai saat terakhir, kau tahu."

Lucas mengernyit mendengar informasi yang baru di dapatnya itu. Jungwoo belum menceritakan semua ini padanya, mungkin Jungwoo ingin Lucas mendengar sendiri dari mulut Jinyoung.

"Jihoon tidak menceritakan alasan kenapa dia menjual diri padamu?"

"Tidak, mungkin semua akan berbeda jika dia menceritakan semuanya dari awal." gumam Jinyoung penuh penyesalan. "Aku memang jahat dan selalu mengambil apa yang kuinginkan tanpa tanggung-tanggung. Tapi aku tidak pernah mengambil keuntungan dari penderitaan seseorang. Saat itu dia datang padaku, menjual dirinya padaku. Kau tahu apa yang kupikirkan waktu itu?"

Jinyoung menatap Lucas dengan sedih. "Kupikir dia pelacur yang putus asa membutuhkan uang untuk memenuhi hasratnya akan kemewahan."

"Jihoon tidak seperti itu." geram Lucas marah.

"Ya, dia tidak seperti itu." Jinyoung setuju. "Tapi waktu itu apa yang bisa dipikirkan lelaki sepertiku? Lelaki dengan kekayaan yang selalu mendapatkan apa yang dia mau karena uang. Aku memang salah waktu itu, aku menginginkan Jihoon dan aku punya uang yang diinginkannya, jadi kuterima tawarannya."

"Tapi pada akhirnya kau tetap jatuh cinta padanya meskipun kau menganggap dia pelacur murahan." Lucas merenung.

Sekali lagi Jinyoung menganggukkan kepalanya. "Ya, aku jatuh cinta kepadanya. Bahkan aku mulai tidak peduli kalau ternyata memang dia hanya menginginkan uangku. Aku berpikir, tidak apa-apa, toh aku punya uang banyak, tidak apa-apa selama dia ada di sisiku." Jinyoung menghela nafas panjang. "Kenyataan tentang keberadaanmu pada akhirnya menghantamku. Bahwa dia melakukan semua ini demi cintanya kepadamu."

Lucas memejamkan matanya. "Dia sudah tidak mencintaiku lagi, dia hanya kasihan dan merasa bertanggung jawab."

"Dia tetap mencintaimu." Jinyoung tersenyum sayang ketika membayangkan Jihoon. "Hatinya selalu dipenuhi cinta tanpa pandang bulu, mungkin karena itulah dia berhasil menyentuh hatiku yang gelap."

Lucas menganggukkan kepala, ikut tersenyum ketika membayangkan Jihoon. "Ya, meskipun begitu, hatinya sudah kau miliki." Lucas menghela nafas. "Aku akan melepaskan Jihoon."

"Kau pikir dia akan mau?" sela Jinyoung sedih. "Dia sudah memutuskan akan menjagamu, dia tidak akan mau."

"Dia pasti mau. Aku sendiri yang akan berbicara padanya. Aku tidak perlu dijaga, terapi ini berhasil dan dokter Jungwoo meyakinkan kalau aku rutin melakukannya, dalam waktu empat bulan aku sudah akan bisa berjalan dengan normal. Aku masih bisa melanjutkan karirku sebagai pengacara setelahnya. Mungkin butuh waktu lama dan aku harus belajar lagi, tapi kurasa aku bisa melangkah dengan kekuatanku sendiri."

Jinyoung menganggukkan kepalanya, yakin kalau Lucas pasti mampu melakukan apa yang dikatakannya.

"Maafkan aku." gumamnya tulus.

"Kenapa?" Lucas mengernyit menatap Jinyoung ingin tahu.

"Karena sudah mengalihkan hati Jihoon darimu."

Lucas tersenyum, kali ini senyum yang benar-benar tulus. "Seharusnya aku yang berterimakasih kepadamu. Kau menjaganya selama aku tidak bisa ada untuk menjaganya."

Jinyoung terdiam, Lucas juga terdiam lama.

Lalu Jinyoung mengaku. "Kau mungkin ingin memukulku, bahkan membunuhku setelah aku mengatakannya padamu."

"Tentang apa?" mau tak mau Lucas merasakan ingin tahu ketika mendengar nada misterius di suara Jinyoung.

Sesaat Jinyoung tampak kesulitan berbicara. "Aku... aku punya rencana jahat untuk merebut Jihoon darimu. Aku pikir kalau Jihoon tidak mau memilihku, aku akan memaksanya memilihku."

"Rencana jahat apa?" sela Lucas, langsung waspada.

Jinyoung tertawa getir. "Bukan. Rencana ini tidak menyakiti siapapun. Kau tahu... aku ingin sengaja membuat Jihoon hamil agar mau tak mau dia menjadi milikku."

Lucas mengernyitkan dahi. "Apa katamu? Hamil?"

Jinyoung tersenyum kecut. "Ya hamil. Apa kau tidak tahu?"

Sejenak Lucas terdiam, pengakuan dan pernyataan ini mau tak mau menyulut kemarahannya. Menyadari bahwa Jinyoung memanipulasi kepolosan Jihoon-nya.

"Dasar brengsek." geram Lucas pelan.

Jinyoung menganggukkan kepalanya. "Ya memang, aku brengsek. Aku putus asa, setengah gila untuk memiliki Jihoon. Aku minta maaf."

"Menurutmu apakah rencana jahatmu itu sudah berhasil?" Tanya Lucas kemudian, tiba-tiba menghubungkannya dengan kondisi sakit Jihoon.

Jinyoung mengangguk, menahan perasaannya untuk menjaga perasaan Lucas. Tapi mau tak mau Lucas melihat sorot bahagia yang menyala-nyala di mata Jinyoung. Tiba-tiba dia merasa tenang. Lelaki ini sungguh mencintai Jihoon, mungkin lebih dalam dari cintanya sendiri kepada Jihoon.

"Jungwoo tadi sore menghubungiku, memberitahu kondisi Jihoon. Dan entah kenapa aku tahu. Aku tahu bahkan sebelum mereka melakukan test, aku tahu begitu saja."

"Dan karena itu kau kecelakaan, kau dalam perjalanan menemui Jihoon?"

Jinyoung tersenyum, tidak berkata-kata, tapi matanya menjelaskan semuanya.

"Lelaki bodoh." gumam Lucas getir.

Dan Jinyoung tertawa mendengarnya. "Memang." gumamnya dalam tawa, lalu mengulurkan tangannya kepada Lucas. "Terimakasih atas kebaikan hatimu."

Lucas menyambut jabatannya dengan hangat. "Aku melakukannya demi Jihoon, bukan demi kau. Jadi ingat saja, kapan pun kau berani-beraninya membuat Jihoon tidak bahagia, kau akan mendapati dirimu berhadapan denganku."

Jinyoung tersenyum mempererat jabatan tangannya. "Aku berjanji kau tidak akan pernah berhadapan denganku."

A Romantic Story About Jihoon - b.jy + p.jhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang