Bagian 5

3K 350 50
                                    

Don't be sider

-----


Jihoon hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya. Hanya kurang satu menit.

Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja. Jihoon pun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit.

Jihoon merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk lelaki cantik dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Jihoon baru pertama kalinya bercinta.

Tuhan, ampunilah dosa-dosaku.

Jihoon memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

"Iya, aku juga tidak menyangka." suara berbisik dua rekan di sebelahnya menarik perhatian Jihoon "Rasanya seperti bukan Presdir."

Mendengar jabatan lelaki itu disebut, mau tak mau Jihoon menajamkan telinganya mencoba mendengarkan.

"Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Presdir, kami hanya menunduk karena biasanya bos besar itu hanya melirik dari sudut matanya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh." Wanita itu menghembuskan napas takjub. "Tapi tadi... astaga! Bahkan Presdir berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua." Suaranya terpekik hampir histeris.

"Dan senyumannya yang sangat jarang itu... bukannya menjawab, semuanya malah terpesona dengan mulut menganga. Ada yang mencoba menjawab tapi yang keluar hanya suara tercekik." Lanjutnya menggebu-gebu.

"Presdir sama sekali tidak merasa terganggu dengan sikap konyol kami. Dia malah tertawa geli dan melambaikan tangan ramah sebelum pergi. Benar-benar anugerah tak terlupakan! Menurutmu...."

Jihoon beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan mendengarkan pemujaan-pemujaan terhadap laki-laki itu. Tapi tetap saja dia ikut bertanya tanya. Jihoon terpekur di depan pintu kamar mandi, dia berpikir mengenai perubahan sikap Jinyoung di kantor. Bosnya itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara, bahkan banyak pekerja di kantor ini yang takut sekaligus memujanya karena sikapnya itu. Tapi... kenapa tiba-tiba dia berubah ramah?

"Memikirkanku?"

Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Jihoon membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak orang yang berdiri di belakangnya. Matanya langsung bertatapan dengan mata sosok tersebut yang biru dan tajam. Sosok yang merupakan objek pikirannya.

"Kenapa Presdir ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal kau punya kamar mandi sendiri di ruanganmu." Tanpa sadar Jihoon mengucapkan pertanyaannya keras-keras.

Jinyoung tertawa. "Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama. Dan tiba-tiba ingin ke toilet, tidak bolehkah?" suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam. Dan Jihoon mengenali tatapan itu, tatapan kalau....

"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"

Dengan cepat Jinyoung meraih Jihoon, lalu menciumnya dengan gairah menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi mereka...

Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Jihoon terperanjat. Dengan secepat kilat di dorongnya tubuh Jinyoung dan dia setengah berlari menjauhi toilet laki-laki. Di dengarnya suara Jinyoung yang saat itu dengan ramah membalas sapaan orang-orang yang baru datang ke toilet.  Suara Jinyoung terdengar biasa saja bahkan ada sedikit kegembiraan kecil terselip disana. Apakah lelaki itu geli atas sikapnya?

Sialan! Tak sadarkah Jinyoung kalau menyergapnya seperti itu di toilet kantor benar-benar tindakan nekat? Jantungnya masih berdentam-dentam dengan kuatnya seakan ingin meloncat dari tempatnya. Tapi, Jihoon mengernyit. Apakah jantungnya berdetak keras karena ketakutan atau kah karena ciuman spontan yang tidak di duganya itu?

▪▪▪

"Kau tampak senang." Daniel menatap Jinyoung yang sedang memeriksa berkas kontrak kerja mereka dengan supplier baru.

Jinyoung mengalihkan tatapannya dari berkas di mejanya dan menatap Daniel muram. "Bukannya itu bagus? Tapi kenapa aku mendengar nada mencela dari suaramu?"

Daniel mengangkat bahu. "Aku cuma tak ingin kau mabuk kepayang dan melakukan hal-hal yang akan kau sesali nanti."

Tatapan Jinyoung berubah tajam. "Aku? Mabuk kepayang? Apakah kau sedang bercanda?"

"Bukan begitu maksudku, Jinyoung. Tapi sepertinya kau agak berubah. Kau tahu? Kau terlihat agak tidak fokus, bahkan kata sekertarismu tadi pagi kau terlambat, pertama kalinya, katanya."

"Dan kau kira itu karna aku mabuk kepayang pada Jihoon, begitu? Baik!! Memang aku terlambat karena terlalu asyik bercinta dengan Jihoon, lalu kenapa? Perusahaan ini sebagian besar milikku!! Apakah seorang pemilik tidak di perbolehkan terlambat? Toh keterlambatanku tidak merugikan perusahaan ini!!"

"Jinyoung." Daniel berusaha meredakan emosi Jinyoung. "Aku bukan ingin membuatmu marah. Aku hanya mencemaskanmu."

Sejenak Jinyoung tidak berkata-kata, tatapannya menyala-nyala, matanya bagaikan api biru yang membakar. Tapi kemudian dia berhasil mengendalikan emosinya. Di helanya napas keras-keras. "Kau benar, maafkan aku Daniel."

Sebelum Daniel dapat menjawab, ponsel Jinyoung berdering. Jinyoung meliriknya dan dahinya berkerut melihat siapa yang menelponnya.

"Ada apa Daehwi?"

Mendengar nama Daehwi disebut, Daniel langsung berdiri dan memberi isyarat berpamitan pada Jinyoung. Jinyoung mengangguk mempersilahkan dan Daniel berjalan keluar ruangan.

Di seberang, suara Daehwi yang elegan terdengar mengalun.

["Aku bertanya-tanya, kenapa kau tak menghubungiku sayang? Sabtu kemarin kau mendadak membatalkan acara makan malam kita, dan kemudian aku sama sekali tak bisa menemukanmu. Apakah ada pekerjaan mendadak yang menyulitkanmu?"]

Wajah Jinyoung berubah dingin. Jinyoung sama sekali tidak pernah menjalin komitmen dengan Daehwi. Mereka diperkenalkan pada suatu acara makan malam, setelah itu Daehwi menghubunginya, mengajak makan malam berdua karena ingin mengenal lebih dekat dan Jinyoung tidak menolaknya.

Pertemuan mereka berlanjut ke pertemuan-pertemuan berikutnya. Tetapi di saat awal, Jinyoung sudah menegaskan kepada Daehwi bahwa hubungan yang mereka jalin adalah hubungan tanpa ikatan.

Saat Daehwi mengundangnya ke tempat tidurnya pun Jinyoung sudah menegaskan bahwa ia melakukan itu tanpa ikatan dan tanpa cinta. Tapi sekarang Daehwi sepertinya besar kepala karena Jinyoung saat itu tidak dekat dengan lelaki manapun selain dirinya. Dalam otaknya, Daehwi mengira bahwa ia telah berhasil menaklukkan Jinyoung dan membuat lelaki itu setia padanya. Daehwi tidak tahu saja bahwa saat itu pikiran Jinyoung sedang terpaku untuk mendapatkan lelaki lain, Jihoon.

Sekarang Jinyoung merasa muak dengan tingkah Daehwi yang bertindak seolah-olah mereka sepasang kekasih, yang harus selalu mengetahui kegiatan Jinyoung dan merasa berhak mengatur-atur Jinyoung.

["Jinyoung-ku? Kau masih disana?"]

"Daehwi, maaf aku sedang sibuk sekali."

Terdengar helaan napas dramatis di sana, sudah pasti lekaki manis ini tidak akan menyerah, dia terbiasa di kejar-kejar dan dipuja, penolakan hanya membuatnya lebih gigih mengejar.

["Begini sayang, aku ada undangan pesta di rumah Woojin. Kau tentu tau kan pelukis terkenal itu? Dia mengadakan pesta di pembukaan pameran lukisannya. Aku belum punya pasangan untuk datang ke sana, kau mau kan menemaniku?"]

Jinyoung menghela napas keras. "Daehwi, sudah kubilang aku sibuk. Aku tak bisa menemanimu ke pesta manapun. Lebih baik kau ajak kekasihmu atau laki-laki lain, pasti mereka dengan senang hati akan menemanimu."

["Tapi Jinyoung, aku mencintaimu dan aku menginginkanmu."]

"Aku bukan kekasihmu, Daehwi. Dan tak akan pernah, ingat itu. Jadi jangan meminta macam-macam dariku, mengerti?" Jinyoung langsung menyela dengan kesal.

["Baiklah, baiklah!"] Daehwi setengah menjerit. ["Kau sudah pernah mengatakan itu berulang kali padaku, tapi tidakkah kebersamaan kita selama ini–"]

"Daehwi, aku sibuk. Maaf!"

Jinyoung langsung menutup percakapan, menyudahinya karena dia yakin Daehwi tidak akan menyerah dengan segera.

A Romantic Story About Jihoon - b.jy + p.jhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang