" inilah akibat yang kalian dapatkan karena kelakuan kalian sendiri. Ingatlah bahwa sekolahku tidak mentolerir terjadinya kekerasan fisik, jika kalian masih melakukan nya silahkan kalian bawa barang barang kalian dan pergi dari sini."
Mr. Zee tidak habis pikir dengan kelakuan anak anak ini, jika seandainya Merix atau Micel tak datang. Mungkin Joan tidak akan dapat melihat matahari lagi.
Micel hanya duduk santai sambil menyaksikan sekelompok anak anak nakal itu di marahi habis habisan oleh Mr. Zee. Setidaknya dia lega karena sudah memberikan mereka pelajaran yang setimpal.
Merix yang didik di sebelah Micel pun sebenarnya sudah tertidur dari tadi."Kalian terlalu meremehkan lawan kalian, sehingga kalian kalah. "
Sekelompok anak anak itu menunduk mendengarkan ocehan Mr. Zee yang tak ada habis habisnya, wajah mereka yang menyedihkan nampak lebih menyedihkan lagi dengan memar memar yang disebabkan oleh Micel.
"Hukuman kalian adalah kalian harus membersihkan seluruh asrama selama 1 bulan, terserah kalian mau menggunakan bakat kalian atau tidak. Tapi kalau ada murid yang melapor kepadaku dan merasa tidak puas dengan pekerjaan kalian, maka hukuman kalian akan diperpanjang. Sekarang pergilah keruang kesehatan dan obati luka luka itu"
Setelah ucapan Mr. Zee selesai, mereka pun tanpa berkata apa apa langsung pergi meninggalkan ruangan. Sekarang ditempat itu hanya tersisa Micel, merix, dan Mr. Zee sendiri.
Melihat merix yang tertidur, Mr. Zee menggelengkan kepalanya tak berdaya.
Micel menghela nafas kasar, dan tanpa aba aba dia mendorong merix hingga terjatuh di lantai.'Bruk'
"Apa masalah mu sih!!"
Wajah Merix memerah karena marah, matanya menatap sinis Micel yang sedang menatapnya dengan datar."Kau tertidur, jadi aku membangunkan mu"
Merix yang tidak ingin berdebat pun memilih mengalah meski hatinya sangat dongkol. Dia pun bangkit dan kembali duduk di sofa Mr. Zee.
"Terimakasih karena telah membantu Micel"
Ucap Mr. Zee tulus. Merix hanya mengangguk menanggapi nya."Nah, Micel masalah bakatmu...."
Micel pun teringat bahwa Mr. Zee berkata ingin membantunya mengetahui bakat yang dia punya.
"Baiklah, kita bisa mulai sekarang. Aku harus melihat Joan secepatnya."
Merix mengerutkan dahinya, mengerti dengan arah pembicaraan Micel dan Mr. Zee.
" Merix kau bisa tetap di sini, karena aku akan membicarakan hal yang penting padamu"
"Baiklah"
Mr. Zee mengambil bola kaca di atas mejanya, bola itu unik dengan ukiran bunga mawar berwarna biru. Permata hijau yang tertanam di sekeliling bola itu menambah keindahan nya.
"Kau siap?"
Micel mengangguk, sebagai seorang yang terlatih. Dia selalu siap dengan keadaan apapun itu.
"Pegang lah bola ini"
Sesuai yang di perintahkan, memegang bola yang di berikan Mr. Zee.
"Berusahalah sesantai mungkin, dan bayangkan hawa panas keluar dari tangan mu"
Micel pun melakukan apa yang di arahkan Mr. Zee padanya.
Tak lama kemudian, bola tersebut mengeluarkan cahaya puti yang sangat terang.'sesuai tebakan ku, gadis ini juga memiliki aura' batin Merix.
Setelah cahaya puti meredup, tiba tiba cahaya lain muncul di sekeliling tubuh Micel. Cahaya merah Semerah darah.
"Memanipulasi darah" gumam Mr. Zee. Tiba tiba dia merinding memikirkan gadis ini mempunyai bakat mengerikan seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moza School Academy
FantasiIni adalah cerita pertamaku . . . . Micella Raizellia Seraz,gadis cantik yang penuh kejutan dengan sejuta pesona itu harus mengalami kejadian tragis dan menyedihkan,dimana dia harus kehilangan orang-orang yang dia sayangi. Sampai dia bertemu dengan...