Dia [2/3]

58 3 0
                                    

Aku sangat tidak bersemangat hari ini. Reno-orang yang kusuka, hampir tiga minggu mengabaikan pesan yang kukirimkan padanya. Ayolah, sudah banyak pesan yang kukirimkan, tapi tak ada satupun yang dibaca olehnya. Aku sungguh kesal.

Karena bosan, akupun memainkan handphoneku, kubuka Instagram, lalu beralih ke Line, pindah lagi ke WhatsApp, lalu Wattpad, begitu terus. Hingga handphoneku bergetar dengan sendirinya. Rupanya itu telepon dari Rakha. Jantungku tak bisa lagi berdebar kencang, karena nyatanya, aku tak menyukainya lagi.

"Apaan?" Tanyaku langsung.

"Besok les, gue jemput ya." Ucapnya.

Aku berpikir sebentar, bagaimana jika Dinda-pacarnya Rakha mengetahui hal ini? Apa mereka bakal putus lagi?

Astaga, Rakha pernah diputuskan oleh pacarnya hanya karena dia berfoto denganku. Sangat alay, bukan? Ini hanya foto, bukan hal yang lain. Toh Rakha tak menyukaiku, begitu juga denganku.

"Yaudah, deh."

"Oke. Sekalian temenin fotokopi soal-soal ya." Jawab Rakha, lalu ia menutup teleponnya.

Aku menghempaskan diri ke kasur. Aku pun merenung, mengikuti kebiasaan Reno.

Aku memikirkan banyak hal, dan kebanyakan perihal Rakha. Ah, maaf Reno, kali ini aku tak memikirkanmu.

Percayalah, Rakha itu menyebalkan. Dia sering bercerita tentang hubungannya dengan Dinda. Aku selalu memberi saran yang bisa dibilang mendukung mereka. Tapi, ketika aku menceritakan Reno, dia selalu mengubah topik tiba-tiba. Bahkan respon yang ia berikan sangat mematahkan semangatku untuk memperjuangkan Reno.

Rakha juga cowok yang sangat cerewet. Jika bisa dijumlahkan, kata yang telah diucapkannya akan jauh lebih banyak dari apa yang kuucapkan. Tapi, dibanding itu, aku suka dengan kebiasaannya yang menceritakan kegiatan-kegiatannya padaku. Mulai dari curahan hatinya tentang Dinda, kelakuannya di sekolah, dan yang paling ia semangati ialah bercerita tentang fansnya yang mengejarnya dengan gigih.

Aku tak habis pikir dengan pemikiran fansnya, apa yang bisa dibanggakan dari Rakha selain ketampanannya? Dia itu bodoh sekali, manusia paling tidak peka, dan pelit-kecuali saat ia membelikanku novel.

.•0•.

Ketika akan berangkat les, tentunya aku menunggu kedatangan Rakha. Seperti yang telah ia katakan padaku, ia akan menjemputku untuk berangkat les bersama. Dia memang belum mendapatkan SIM, umurnya saja masih 15 tahun. Tapi, dia begitu. Bisa mengendarai motor dengan santainya di jalanan yang bahkan ramai akan polisi.

Lima belas menit kemudian, Rakha tiba.

Tukang telat memang.

"Kurang lama lo."

"Yaudah sana, Go-Jek aja."

"Lhah, yang mau jemput gue siapa dah."

Aku pun naik ke motor, mengenakan helm, lalu memegang saku jaket Rakha.

Di perjalanan, seperti biasanya, Rakha mulai membuka mulutnya dan membiarkannya berbusa karena saking lamanya bersuara.

"Tadi gue sama Dinda."

"Kemana?"

"Ke rumahnya dia."

"Oh, ngapel toh."

"Yoi lah. Masa tadi gue diajak makan bareng bonyoknya."

"Bagus dong. Ada peningkatan itu namanya."

"Tapi gue kan mau minta putus. Kalau udah deket gini malah nggak enak guenya buat mutusin dia."

"Yaelah, ngapain putus sih. Udah bagus gitu ada yang mau."

"Gue lagi deket sama anak kelas gue."

"Lhah demi?"

"Iya. Bentukannya mirip sama lo gitu."

"Dih, apaan dah."

"Gue serius, yaelah."

"Ya gue juga serius."

"Masa kemarin gue gandengan sama dia gitu."

"Hah?"

"Iya, gandengan, Cha."

"Tolol. Dasar tukang selingkuh."

"Dia duluan yang gandeng."

"Lhah terus? Kenapa nggak lo tolak?"

"Nyaman, ehe."

"Bego ya."

"Tapi dia ini udah ada pacar juga."

"Astaga. Dasar manusia berpasangan, bukannya bersyukur udah ada pacar, eh malah saling selingkuh."

"Bodo amat lah."

"Eh, by the way nih, Kha. Cowok kalau senyum waktu diteriakin nama cewe yang suka dia, kenapa ya kira-kira?"

"Dia bangga, ada yang ngefans sama dia."

"Tai kambing."

"Lhah, gue serius."

"Sekali-kali responnya yang bagus napa njir."

"Ya mau apa dah?"

"Jawab kek kalau doi suka gue juga, atau apalah yang membangun semangat gue."

"Iya, iya, gue suka sama lo."

"Dih, gue bilangnya doi, maksud gue mah Reno, bukan Rakha. Tolol ya?"

"Halah, gitu-gitu seneng kan? Harusnya lo bangga, Cha. Bisa deket, bisa disukai, bisa bareng terus sama gue."

"Dasar mantannya Zayn."

"Hah?"

"Gigi."

"Serah lo, Cha."

.•0•.

Yogyakarta, 12 April 2018
10.52 pm

Reminiscence✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang