Suasana kantin saat ini sama seperti hari biasanya. Murid-murid sibuk dengan makanan mreka. Sementara pihak kantin beserta pegawainya sibuk melayani pelanggan mereka.
Tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada ketiga sahabat ini. Mereka sibuk dengan makanan dan obrolan yang semakin seru.
"Pelan-pelan Raf, nanti keselek loh" gadis cantik bernama Angela Putri itu memperingati sahabatnya yang makan dengan tak beraturan.
"Abis kue nya enak banget ya kan Din?" jawab pemuda yang dipanggil 'Raf' tadi atau Rafael Tanubrata.
"Iya ngel bener kata Rafa, kue ini enak" ucap Pramudina yang sering dipanggil Dina oleh teman-temannya.
Suasana yang begitu ramai berubah menjadi sunyi saat tiga orang perempuan memasuki kantin.
Ketiganya tersenyum dengan angkuh saat tak ada seorangpun yang berani menatap mereka. Bahkan kepala sekolah pun tunduk pada ketua mereka Ina Azali.
Ketua genk The beauty dan anak semata wayang dari pemilik sekolah ini.
Jangan lupakan kedua gadis yang berdiri disamping Ina. Helena dan Sintia mereka juga bukan orang sembarangan. Mereka berdua adalah anak-anak dari donatur utama di sekolah ini.
"sasaran kita hari ini" Ina tersenyum sinis setelah mengatakan kalimat itu.
Mata sipitnya tak hentu menatap ketiga sahabat yang tengah bercanda itu.
Ina berjalan mendekati meja tersebut diikuti oleh Helen dan sintia.
Angel dan teman-temannya masih menikmati makan siang mereka, sampai terdengan suara bising dari meja yang dengan sengaja di pukul.
Mereka bertiga mengalihkan pandangan pada sang pembuat onar, yang tak lain adalah Ina.
"Heh cupu, lo nyari masalah sama gue?" Ina menatap Angel dan Dina secara bergantian.
"Harusnya gue yang nanya kaya gitu. Maksud lo apa hah?" Dina angkat bicara karna ulah Ina tadi minumannya tumpah dan mengenai seragam yang dikenakannya.
"ohh lo mulai berani ya sama kita? Enaknya kita apain ya Na?" Ucap Helen dengam tatapan yang tak kalah sinis.
"Heh sejak kapan gue takut sama lo semua?" lagi dan lagi Dina yang menanggapi semua perkataan Ina cs.
Lagipula siapa yang akan terima jika setiap hari harus menjadi sasaran bully dari The Beauty?
"lo tau kan tempat ini milik kita?" tanya Ina masih dengan senyum sinis yang menghiasi wajahnya.
"Tapi kemarin kalian ga duduk disini kan?" Angel bertanya dengan suara lembutnya.
"Ngeyel banget sih lo semua. Kalo Ina bilang mau duduk disini, berarti ini tempat kita" Ucap Sintia penuh penegasan.
"Jangan seenaknya ya jadi orang. Tempat ini tuh tempat umum semua orang berhak ada disini" Dina sudah tak dapat menahan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun.
"lo lupa gue siapa?"
"Gimana kalau gue bilang sama bokap gue supaya beasiswa kalian dicabut?" saat mengatakan itu, Ina justru memainkan kuku-kukunya. Tidak menatap Angel dan Dina.
"Dasar orang kaya belagu, denger ya Tuhan ga pernah tidur. Jadi suatu saat lo akan dapet balesan"
Angel segera menarik Dina untuk pergi menjauh dari kantin. Sebelum terjadi hal buruk yang tidak diinginkan.
Sementara pemuda yang satu ini tetap diam ditempat tanpa menyadari bahwa kedua sahabatnya telah pergi.
Rafael tak menyadari semuanya karna sejak tadi matanya tak lepas menatap objek menarik baginya.
Ina, memang sejak tadi Rafael terus saja menatap kagum pada gadis yang telah mengacaukan makan siangnya.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Fiksi Remaja"Tadi lo ngapain sih ngel, pake narik-narik tangan gue segala?" "Aku cuma ga mau kamu ribut sama Ina" Dina bingung dengan sahabatnya ini, bahkan Angel masih bisa tersenyum setelah kejadian tadi. "harusnya lo biarin aja gue ngomong tadi. Orang kaya...