5. Kotak Biru

19 7 0
                                        

Awalnya Angel hanya ingin memasukan sampah plastik ke tong sampah, namun tak sengaja matanya menatap kotak biru yang tak asing baginya.

"Bukannya ini punya Rafa? Tapi kok ada disini?" ujar Angel sambil terus menatap kotak itu.

"Ngel, ngapain lo disini? Makan yuk gue laper, eh bentar-bentar kayaknya gue kenal deh sama kotak bekal ini" cerocos Dina.

Angel hanya menganggukan kepalanya, pertanda bahwa ia juga mengetahui siapa pemilik kotak tersebut.

------

Pemuda bermata sipit ini terus saja mengulas senyum, ya sejak tadi ia tak berhenti tersenyum karena merasa bahagia.

Untuk pertama kalinya gadis itu mau menerima makanan dari dirinya. Padahal sebelumnya gadis itu selalu menghindar saat Rafael mencoba untuk mendekatinya.

"Woy Raf, ngelamun aja lo. Mana senyum-senyum sendiri lagi. Lo sakit ya" Dicky meletakan telapak tangannya pada dahi Rafael, memastikan jika pemuda itu benar-benar sakit.

"Apa sih gue baik-baik aja kok" ucap Rafael, masih dengan tersenyum.

"kesambet setan bahagia kali nih anak" celetukan Bisma, membuat ia dan teman-temannya tertawa sementara Rafael menatap kesal kearah mereka.

"Raf" Angel dan Dina memasuki kantin, sambil membawa kotak biru tadi.

"Kalian kemana aja sih, aku nyariin dari tadi. Eh tapi tadi makanan aku di...." Rafael menggantungkan ucapannya saat matanya menatap kotak bekal yang ada ditangan angel.

"Loh kok ada dikalian sih?"

"Oh aku tau pasti ina ngasih kotak ini ke kalian karna ga ketemu aku kan? Trus dia pasti bilang makasih kan? Iya kan?" ujar Rafael.

Angel duduk disamping Rafael, dan menggenggam tangannya. Semoga saja pemuda itu lebih kuat dari perkiraannya.

"Maaf Raf, tapi kayaknya Ina buang bekal ini. Karna tadi aku nemuin kotak bekal ini di tong sampah" ucap Angel.

"Ga, ga mungkin. Aku tau tadi ina seneng banget waktu aku kasih bekal ini, aku ga percaya. Kamu bohong kan Ngel" mata Rafael sudah memerah mahan gemuruh dalam dirinya.

Nyatanya Rafael memang lemah jika menyangkut dengan Ina.

"Ga Raf, aku ga bohong kamu harus jauhin dia. Karna dia ga pernah suka sama kamu" ucap angel.

"Aku harus nemuin dia sekarang" Rafael terus saja melangkah dan menghiraukan angel yang memanggilnya.

-------

"Gue heran deh sama lo na, apa coba maksudnya lo baik-baikin si Rafael" Helen.

"Iya, waktu itu lo lepasin dia gitu aja, trus tadi lo nerima bekal dari dia. Apa jangan-jangan lo suka lagi sama Rafael" sintia.

"Ya enggaklah, gue baikin dia karna gue punya rencana bagus buat Angel" ucap ina.

Rafael memasuki ruang kelas tempat Ina berada, ia berdiri didepan ina dan menatap tajam gadis itu.

"kalo kamu ga mau terima bekal ini. Ya ga usah diterima, kalo ujung-ujungnya kamu buang" Rafael.

Sekilas Ina tersenyum tipis tapi kemudian ia memasang wajah polos, seolah tak mengetahui apapun.

"Maksud kamu apa sih Raf? Aku bener-bener suka sama bekal kamu tadi" ujar ina.

"Tapi tadi Angel bilang kamu buang bekal ini ke tong sampah" ucap Rafael.

"Apa? Angel bilang gitu sama kamu, padahal tadi jelas-jelas dia sendiri yang rebut bekal itu dari aku, kalo kamu ga percaya tanya aja Helen sama Sintia tadi mereka tau kejadiannya kok" Ina.

-------

"Baiklah mulai saat ini saya tidak ingin ada keistimewaan apapun untuk Ina. Perlakukan dia seperti anak yang lain. Dan jangan ragu untuk menghukum dia jika membuat kesalahan" ucap Om Hadi.

"Baik pak, maaf karna selama ini kamu tak pernah memberitahu apapun tentang Ina, kami hanya.." ucap kepsek.

"Ya, saya tau. karena ina selalu mengancam kalian kan? Mulai saat ini jangan patuhi semua yang dia katakana" ujar Om Hadi.

Om hadi keluar dari ruang kepsek dengan wajah yang lebih ceria, semoga tindakannya bias membuat putrinya sadar bahwa apa yang dilakukannya sudah tidak pantas.

Bersanbung

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang