K26

1.5K 51 2
                                    

Waktu berlalu lebih cepat dari hari dikalender. Setiap hari, Shani menantikan kakaknya pulang kerumah nyaris sampai tengah malam. Ia terkantuk-kantuk menunggu lelaki itu, setiap hari, bukan hanya 1-2hari saja. Sakti sudah mengingatkannya untuk tidak menunggu Sakti pulang, namun Shani tetap keras kepala, tujuannya hanya agar bisa melihat kakaknya. Shani tau kakaknya menghindar darinya, ia tau jadwal kelas kakaknya hanya sampai 9 malam, tapi kakaknya akan dirumah jam 11 keatas, kemana kakaknya selama itu? Semenjak pertengkaran beberapa waktu lalu itu, sikap Sakti berubah. Ia lebih senang menghindar dan memperlakukan Shani sekedarnya saja, tentu Shani sangat sedih, ia tidak ingin terus diperlakukan begini. Shani melamun, ia tidak sadar bahwa kakaknya sudah berdiri dihadapannya bercekak pinggang.

"Kenapa belum tidur, anak bungsu ayah!" Ucap Sakti

"Eh? Kakak udah pulang? Sini aku bawain tasnya" ucap Shani berdiri menyentuh tas di bahu kakaknya, Sakti menolak

"Gausah. Sana masuk kekamarmu, udah mau tengah malam, anak sekolah harusnya udah nyenyak daritadi"

"Aku.... aku nungguin kakak, aku khawatir sama kakak"

"Kakak baik-baik aja, see?? Sana tidur"

"Aku rindu......"

Shani menubrukkan tubuhnya dan memeluk Sakti erat, lelaki itu tidak bergerak membalas apapun. Shani memejam keras, wajahnya ia tenggelamkan dalam dada Sakti. Ia hirup wangi keringat kakaknya yang sangat ia cintai itu.

"Jangan gini kak, aku udah ga sanggup lagi diperlakuin kaya gini sama kakak." Tangis Shani masih dalam pelukan kakaknya

"Kakak harus begini, Shan. Kakak gamau rasa itu semakin dalam" ucap Sakti pelan, takut didengar ayah

"Aku gabisa kak, bener-bener gabisa. Jangan terus paksa aku, aku lebih baik mati daripada kamu perlakuin dingin gini setiap hari, aku rindu kak, kamu berada jauh dari jangkauan aku"

"Lepas, ayah akan murka jika mendengar dan melihatnya."

"Aku ga peduli, aku cinta kamu, aku cinta kamuuuu!!!!!"

Shani berseru dengan suara keras, Sakti membekap mulut Shani kemudian mengancam gadis itu.

"Kalau kamu masih nekat, kakak juga akan nekat. Ingat waktu kakak pergi 2 hari dan kamu hampir mati? Kakak akan lakukan itu lagi kalau kamu masih memiliki perasaan itu"

"Aku ga peduli, kalau kakak pergi, aku bakal bilang sama ayah! Aku bilang semuanya bila perlu kak! Aku ga peduli ayah akan murka atau bunuh aku, aku akan tetap pada keputusan aku"

"Gadis gila"

Sakti berlari masuk kekamarnya, mengunci pintunya agar Shani tidak bisa masuk. Shani masih menangis, gadis itu duduk didepan pintu kamar Sakti. Sakti mendengar tangisan adiknya, ia berdecak kesal. Ia mandi menyegarkan kepalanya.

Selesai mandi, masih terdengar sesegukan tangisan Shani. Syukur kamar ayah berada dilantai bawah, jadi mungkin tidak terdengar jelas tangisan Shani. Sakti mengalah, ia membuka pintu kamar dan menarik Shani berdiri.

"Semakin gue menolak, dia akan semakin berontak. Semoga keputusan gue ga salah, maaf yah, bun, Sakti harus ngecewain kalian kali ini" gumam Sakti dalam hati

Shani menghapus airmatanya, ia salah tingkah ditatap oleh kakaknya sendiri. Tangisannya berhenti, namun nafasnya masih sesegukan. Sakti mengusap wajah Shani, Shani memejamkan matanya, menikmati debaran jantungnya yang berdebar kencang, hanya karena sentuhan halus kakaknya.

"Mulai hari ini, kamu pacar kakak!" Ucap Sakti

"Hah!"

Shani kaget bukan main, rasanya, jantungnya tak sanggup lagi memompa. Sakti tersenyum, Shani menatap kakaknya tak percaya, airmatanya menetes lagi dengan deras. Kali ini airmata haru, ia tak percaya dengan sepotong kalimat yang kakaknya ucapkan barusan.

"Kalau kamu juara 1 terus selama SMA, dan lulus dengan peringkat terbaik. Kakak akan ikut memohon pada ayah bunda agar merestui kita." Ucap Sakti

"K-kakak.... aku ga mimpi kan?? Kak!!!"

"Tapi kalau terjadi sebaliknya, hari kelulusan kamu, berarti hari pernikahan kakak dengan gadis lain. Deal!"

"Aku akan juara kak! Aku akan dapatkan itu semua! Aku cinta kamu....."

Shani tak tau harus bicara apalagi, ini seperti angin segar setelah kepenatan memenuhi kepalanya. Ia meloncat kedalam pelukan kakaknya, Sakti terkekeh membalas pelukan Shani, ia bahkan mengecup kepala adiknya itu.

"I love you, Sakti!" Ucap Shani menatap mata kakaknya

Sakti tersenyum. Ia membuka kaos yang ia pakai, kemudian memeluk Shani untuk merebahkan adiknya dibawah tubuh atletisnya. Shani terhipnotis saat itu juga, selalu setiap kali melihat tubuh ini, otaknya berimajinasi dengan sangat kotor.

Sakti masih tersenyum menatap Shani, nafas Shani sudah memburu, padahal Sakti hanya menindihnya.

"Kamu mesum banget, Shani" ucap Sakti meniup daun telinga Shani

"Ah~ kak, jangan gitu." Shani memejamkan matanya sebentar, kembali bertatapan dengan kakaknya

Shani mengelus wajah kakaknya, jarinya terhenti dibibir kakaknya. Ia mengusap bibir tipis itu dengan jempolnya, ia membasahi bibirnya sendiri, menelan ludah menahan nafsu ingin menyambar bibir manis kakaknya. Nafas Sakti menyapu wajahnya, wangi mint itu, menambah gairah Shani untuk segera mencicipi manis bibir Sakti.

Sakti yang memulai, ia mengecup bibir Shani. Shani langsung memeluk leher Sakti posesif, membalas ciuman kakaknya itu dengan penuh nafsu. Ia memejamkan matanya, menikmati gejolak didalam tubuhnya, kakinya melingkar dipinggang kakaknya. Ia menekan leher kakaknya agar tak melepaskan ciumannya, nafas Shani panjang, ia mampu berciuman dengan durasi yang sangat lama.

Sakti melepaskan ciumannya dibibir Shani, ia mencium dagu, rahang dan leher Shani. Ia tinggalkan beberapa jejak kepemilikannya dileher Shani, Shani meleguh nikmat, rambut pendek Sakti ia remas, ia sudah menumpahkan cairannya sebanyak 2 kali dibawah sana. Sakti masih menjilati dan menghisap leher Shani, Shani mengelus dada kakaknya, memainkan pentil kecoklatan itu. Sakti berbaring disebelahnya, giliran Shani mengambil alih permainan. Ia menghisap leher kakaknya, jejak merah itu ia tinggalkan hampir diseluruh bagian leher kakaknya tanpa jarak. Ia membuat jejak yang sama di dada kakaknya, ia menjilati dan menghisap pentil kakaknya. Ia benar-benar menggilai lelaki ini.

"Uuhhhh.... kak....." desah Shani

"Shannnnn~" leguh Sakti

Keduanya menikmati setiap kecupan dan hisapan pasangannya. Shani membuka bajunya, membiarkan Sakti menikmati tubuh atasnya yang putih mulus itu. Ia raih tangan Sakti, mengarahkannya pada buah dadanya yang berukuran cukup besar itu. Ia memijatnya, Sakti terpana dengan dua bukit milik adiknya yang benar-benar besar itu. Shani menarik kepala Sakti menempel disana, tangan Sakti memeluk pinggang Shani dan mengelus punggungnya. Shani klimaks lagi, akibat bibir Sakti yang mulai menghisap pentilnya. Ia tak tahan untuk tak mendesah lebih keras lagi.

"Kak..... sssshhhhh" desahnya terus meremas kepala Sakti

Lidah Sakti bermain dipentilnya, Shani tak kuat, Sakti semakin kasar, ia menghisap kedua pentil Shani dengan kasar, pentil pink itu menegang dan memar. Shani bangga diperlakukan seperti itu oleh Sakti.

"Enak??" Tanya Shani

"Hmmm" balas Sakti menganggukkan kepalanya

Shani tersenyum senang, ia memeluk kepala Sakti lagi, membiarkan Sakti menikmati bukit kembarnya, meskipun terasa ngilu saat Sakti menghisapnya, tapi itu adalah kenikmatan yang tak tertandingi apapun.

Sakti melepaskan hisapannya, ia kembali mencium bibir Shani. Kedua tangannya meremas dan memainkan buah dada Shani. Shani mengelus rahang kokoh Sakti, tangannya turun menyentuh junior kakaknya. Sakti menindih Shani, menggesekkan juniornya pada selangkangan Shani yang sudah basah itu. Shani semakin basah, tubuhnya mengelinjang, keringat mengucur dari dahinya. Ia menggesekkan surganya pada kakaknya, tangannya hanya bisa memeluk leher kakaknya. Sakti tak melepaskan lumatannya pada bibir Shani, gadis itu benar-benar menikmati kenikmatan yang kakaknya berikan malam ini.

Kakak ku, Kekasih kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang