Part 23

1.7K 105 2
                                    

Oktaviandri

Setelah kami melaksanakan shalat magrib berjamaah, kami pun makan malam bersama. Belum lama kami memulai acara makan malam bersama, terdengar suara pintu depan rumah Hendra ada yang mengetuk.

Tok... tok... tok....

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," Jawab kami berbarengan.

"Bi Neneng... punten eta pang mukakeun lawang panto payun. Aya semah sigana,"
("Bi Neneng... tolong itu buka pintu depan. Ada tamu kayaknya")

"Sumuhun Nyonya." ("Iya Nyonya.)

"Kayak suaranya Rena? Ngapain si Beib datang ke sini?"

"Tadi Mamah yang minta Rena datang ke sini. Supaya masalahnya cepet beres."

"Assalamualaikum Mah... Pah..."

"Waalaikum salam.."

"Dari mana kamu teh? Makan malem sama-sama Ren. Da ada semur jengkol ala Bi Neneng, enak pisan siah."

"Dari rumah langsung ke sini. Rena masih kenyang, Pah."

"Eeh... kata Pak Ustad, pamali kalau nolak rezeki teh. Makan sama-sama ya, Ren."

"Iya Mah. Rena kesini mau beresin masalah dengan Hendra, Mah.."

"Harus gitu atuh, Ren. Tapi setelah makan malam ya ngeberesin masalahnya. Sini Renanya duduk di sebelah Mamah."

"Iya, Mah."

Rena pun duduk di sebelah Mamahnya Hendra, kemudian kami melanjutkan acara makan malam bersama. Selama acara makan malam berlangsung, tidak ada pembahasan yang menyangkut permasalahan antara Rena dan Hendra. Kami asik dengan perbincangan tentang pengalaman Mamah dan Papahnya Hendra sewaktu pertama kali mereka bertemu.

Setelah acara makan malam selesai, kami semua duduk di ruang keluarga. Gue duduk bersebelahan dengan Ferdi. Mamah dan Papahnya Hendra duduk di hadapan gue. Sedangkan Hendra dan Rena duduk berseberangan.

"Sok atuh sekarang dari Rena dulu bicara, kenapa tadi teh bisa sampe berantem gini."

"Gini Mah, sekarang Hendranya udah jarang ngabarin Rena. Padahal tinggal seminggu lagi berangkat ke Arabnya. Tadi pagi juga gitu, nggak ada kabar sama sekali, Rena kan butuh kepastian, jadi atau nggak siangnya mau cari perlengkapan untuk dibawa ke sana. Terus tadi siang juga, malah marah-marah sama Rena, Mah. Minta dibatalin lagi nikahnya."

"Tah siah nya, kamu teh meuni cuek gitu sama si Rena." ("Tuh kan, kamu cuek begitu sama si Rena.")

"Da si Ganteng mah teu cuek, tapi meuni asa riweuh pisan." ("Si Ganteng bukannya cuek, tapi berasa sibuk banget.")

"Ini mah godaan kalau orang mau nikah, sama-sama sensitif. Jadi cuma masalah sepele aja bisa jadi besar. Sok sekarang Hendra nya atuh yang ngalah. Minta maaf dulu sama Rena ya."

"Tah dengekeun mun kolot ngomong. jig menta maaf ka si Rena." ("Tuh dengerin kalau orang tua berbicara, cepat minta maaf ke si Rena.")

"Ahh... ini mah pembunuhan karakter, si Ganteng harus menurunkan harkat dan martabat untuk minta maaf. Gengsi atuh, Pah."

"Eeh... BOROKOKOK. GANCANG SIAH MENTA MAAF!!!" ("Eeh... Borokokok, cepetan minta maaf!!!")

"Eehh... i-iya. Beib, maafin aku, orang yang paling ganteng, baik hati dan tidak sombong, rajin menabung pangkal kaya lagi."

"Eh... maaf dari aku juga mahal banget."

"TAH PUAS SIAH!!!!"

"Atuh Beib, kamu teh meuni kejam gitu sama si Ganteng?"

Coklat Cap Ayam JagoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang