Hendra Hargiana
Sudah dua bulan berlalu semenjak aku perkenalkan Ferdi kepada Andri. Tapi sampai sekarang tidak ada satu pertanyaan pun tentang Andri yang dilontarkan Ferdi. Mungkin dia tidak sungguh-sungguh untuk mendapatkan Andri.
Dreett… Dreett….
Ferdiansyah Putra Perdana
+6281811XXXX
Hen… kamu di mana?
18.28H.Ganteng Abis
+6281828XXXX
SIAP CATAR!!! Di kos
18.29Ferdiansyah Putra Perdana
+6281811XXXX
KUNYUK!!! 5 MENIT LAGI DI DEPAN KOS
18.30H.Ganteng Abis
+6281828XXXX
SIAP CATAR!!! mau kemana?
18.31Ferdiansyah Putra Perdana
+6281811XXXX
GRAND HYATT. 3 MENIT LAGI!!!
18.32H.Ganteng Abis
+6281828XXXX
SIAP CATAR!! SUDAH DI DEPAN PINTU MOBIL
18.35“MASUK!!!!”
“Ehh… i-iya, Fer. Pak, ke Grand Hyatt ya. Jangan ngebut-ngebut.”
“KUNYUK! EMANG DIPIKIR INI TAKSI!!!!”
“Atuh, Fer, kamunya kok kayak nenek lampir gitu hari ini, marah-marah terus. Kenapa sih?”
“Ntar aja kita ngobrol di sana.”
“SIAP CATAR!!!”
“Sinting!!!” ucap Ferdi sambil menekukkan mukanya. Ada apa ya, kok sepertinya serius banget.
Ferdi pun mengendarai mobilnya sangat kencang. Dalam perjalanan menuju Grand Hyatt yang melewati jalan Tol Wiyoto Wiyono dan keluar di pintu tol Semanggi, Ferdi tidak mengucapkan sepatah katapun.
Setelah tiba di Hotel Grand Hyatt yang berada di Jl. Thamrin, kami pun langsung naik ke lantai 4 menuju C’s Steak and Seafood Restaurant. Kami memilih tempat duduk khusus untuk dua orang. Kursi yang kami duduki bermotif harimau putih.
“Hen… karena kamu udah bikin aku nggak nyenyak tidur selama dua bulan ini, kamu yang harus bayar semua makanannya. Nggak pake tapi!”
“Atuh, Fer… di sini bisa habis berapa per orangnya?”
“Baca aja sendiri harga di menunya. Aku mau cari makanan yang paling mahal di sini.”
Kulihat menu yang baru saja diberikan oleh seorang pelayan di restoran ini. Astaga… .nggak ada yang murah di sini.
“Kamu mau pesan apa, Hen?”
“Satenya 100 tusuk Bang Bokir….”
“Heh!!!! Kamu pikir kita lagi syuting film beranak dalam kubur.” (Beranak Dalam Kubur adalah salah satu judul film horror yang diperankan oleh Alm. Suzana)
“Atuh, Fer… harganya mahal-mahal gini.”
“Ya udah gini aja, aku kasih dua pilihan.”
“Apa itu?”
“Pilihan pertama, aku yang bayar semuanya, tapi dompet kamu aku sita. Dan kamu pulangnya nggak aku anter. Pilihan kedua, kamu yang bayar semuanya.”
“Duh… Ferdi menyiksa aku malam ini. Mamaaaaa…. Tolong anakmu yang paling ganteng ini.”
“Udah nggak usah manja… mau pilih yang mana?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Coklat Cap Ayam Jago
HumorBerawal dari Coklat Cap Ayam Jago aku mengenalmu. Dan berawal dari situ juga aku mengenal arti dari sebuah persahabatan dan cinta. ✔Another reupload gay story ✔Original writer : Chocolate010185 ✔Don't like don't read ✔Be a smart reader, please!