Part 12

2.2K 132 3
                                    

Oktaviandri

Tanpa terasa beberapa tetes air mata gue jatuh mengingat kejadian pada waktu awal kelas XII SMU. Sampai sekarang gue masih mengingat wejangan yang nyokap gue ucapkan sebelum beliau meninggalkan dunia fana ini.

”Hen… Makasih ya coklat CAP AYAM JAGOnya.”

”Ih si Aa…. meuni sampe cirambay kitu,”
(Cirambay = banjir air mata)

”Iya Hen…. gue teringat kejadian waktu kita kelas XII SMU.”

”Aku mah sengaja bawa itu untuk ngingetin Aa.”

”Ngingetin gimana, Hen?”

”Kayak wejangan yang waktu itu Tante Nur bilang.”

”Emang lo mau kasih wejangan apa? Gue pengen denger.”

”Wejangannya mau pake Bahasa Sunda, atau Bahasa Indonesia atau mau Bahasa Walanda?” Tanya Hendra.

Agak terkesima juga Hendra akan memberikan wejangan. Tapi gue penasaran banget, apa wejangan yang akan diucapkan Hendra.

”Terserah lo aja mau pake bahasa apa.”

”Ya udah wejangannya pake bahasa Sunda aja ya…”

”Iya Hendra…..”

”Gini A, When we look at the rear view mirror, sometime make us happy, sometime make us sad, sometime can even us hurt. But we have still driving straightly. Be a good driver until our destination.” (Ketika kita melihat spion, kadang membuat kita bahagia, kadang membuat kita sedih, bahkan bisa membuat hati kita terasa sakit. Tetapi kita harus tetap berjalan lurus kedepan. Jadilah pengemudi yang baik sampai tujuan kita masing-masing)

“Hen… gue kagum sama lo. Gue akan selalu ingat wejangan yang barusan.”

“Iya Aa ku sayang. Aku juga sebenernya dikasih tau sama temenku. Hehehe…”

“Hadeeehh… dikira lo sendiri yang bikin, tapi keren kata-katanya.”

“Aku lapar siah, A….”

“Ya udah kita ke Winterland aja yuk. Di sana banyak makanan tradisional khas Belanda.

”Siap A. Kita makan di sana ya…”

Kami pun bergegas keluar kamar untuk segera pergi menuju Winterland, pasar malamnya Belanda. Tidak jauh jaraknya dari hotel tempat kami menginap. Butuh waktu 15 menit dengan berjalan kaki.

“Hen… tuh ada yang jual Raclette. Katanya tadi mau keju cair panas.”

“Mana… mana…. mana?”

“Hadeeh…Itu di depan sebelah kiri.”

“Ooo itu ya. Aku mau beli, Aa mau nggak?”

“Mau, Hen.”

“Aa… aku aja yang beliin ya.”

“Oke.”

Mam, kan ik twee stuks raclette?” Tanya Hendra. Gue sampe terkesima, ternyata dia bisa Bahasa Belanda. (“Bu, bisakah saya membeli dua raclette?”)

Natuurlijk…” Jawab penjual Raclette. (“Tentu….”)

Welke wil je, brood of aardappelen?” Lanjutnya. (“Mau yang mana, roti atau kentang?”)

“Aa… mau roti atau kentang?”

“Roti, Hen,” Jawab gue.

Twee brood kunt je.” (“Dua roti ya…”)

Coklat Cap Ayam JagoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang