Part 15

1.8K 123 5
                                    

Oktaviandri

Untuk kedua kalinya gue berada di kafe yang super mewah ini, seenggaknya untuk gue. Walaupun makanan di sini sangat lezat, namun sepertinya bukan diperuntukan buat gue.

Ferdi memilih tempat duduk yang berada di garden, sehingga bisa langsung melihat dengan jelas keindahan kota Bandung dan juga bisa merasakan sejuknya hawa di perbukitan Dago Pakar ini.

“Dri…. di sini udaranya seger banget ya. Beda banget dengan di Jakarta.”

“I-iya, Fer.” Duh gue bener-bener nervous.

“Kamu mau minum apa?”

“Lo aja yang pesan, gue masih kenyang banget.”

“Minum kan nggak bikin kenyang, Dri.”

“Eh... i-iya ya…”

“Ya udah kamu mau minum apa?”

“Hmm…. Apa ya, Fer?”

“Nah loh… kok balik tanya? Aku pesenin teh mau nggak?”

“Boleh. Itu aja.”

“Mas, saya pesan teh, sama jus jambu ya,” Ucap Ferdi kepada seorang pelayan lelaki.

“Untuk makanannya, Mas?”

“Nanti saya lihat dulu untuk makanannya,” Jawab Ferdi

“Ditunggu sebentar ya Mas untuk minuannya.” Kemudian pelayan itu meninggalkan meja kami.

Gue melihat Ferdi sedang menikmati suasana kafe ini. Terpancar kebahagiaan dan rasa damai dari raut wajahnya. Gue kembali mengingat kata-kata yang terucap dari mulut Hendra sewaktu kami berada di Prima Rasa, mana mungkin Ferdi suka sama gue. Di Jakarta kan banyak sekali lelaki yang jauh lebih dari segalanya.

Apalagi jika dilihat dari perawakan Ferdi yang begitu sempurna, bisa dipastikan banyak sekali yang rela untuk antri demi mendapatkan cintanya. Gue juga mau ikut antri kalau gitu. Tapi mungkin gue akan ditempatkan pada urutan terakhir. Ah sudahlah, tidak usah menghayal ala babu.

Beberapa saat kemudian, datang seorang pelayan menghidangkan secangkir teh dan segelas jus jambu. Setelah itu, pelayan tersebut mempersilahkan kami untuk menikmati minuman yang telah disajikan.

“Dri… kamu udah punya pacar belum?”

“Eh… belum, Fer?” Jawab gue, agak sedikit kaget juga tiba-tiba Ferdi bertanya tentang diri gue.

“Masa orang seganteng kamu masih belum punya pacar?”

“Lo berlebihan banget. Dari dulu nggak ada yang mau sama gue, Fer. Lagian gue juga nggak ada waktu buat cari-cari pacar.”

“Kalau sama Hendra hubungannya apa?”

“Hendra udah gue anggap kayak adik sendiri.”

“Tapi kok kalian mesra banget, Dri?”

“Ehh... i-iya ya. Keliatan banget ya?”

“Ya pastinya kelihatan, tadi pagi aja kamu sampai cium-cium dia.”

“Ehm... anu...”

“Iya, aku tau kok, kalau kamu sayang banget sama Hendra. Hendra udah cerita banyak tentang kamu.”

“Duh…. gue jadi malu banget.”

“Dri... boleh tanya lagi nggak?”

“Tanya aja, Fer.”

“Kalau misalnya nih, aku suka sama Hendra, boleh nggak?”

“Aduh.... itu kan hak lo, nggak ada yang larang lo suka sama siapa pun.”

Coklat Cap Ayam JagoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang