Part 9

1.9K 129 3
                                    

Oktaviandri

Hari ini gue lelah banget. Tapi gue sangat senang bisa jalan berdua dengan Hendra. Setelah masuk ke dalam kamar, kulihat Hendra langsung merebahkan badannya di atas kasur. Gue lebih baik mandi dulu, selain badan gue sangat lengket, mumpung Hendra sedang beristirahat karena kelelahan. Gue masih takut untuk mandi bareng Hendra, karena setiap melihat badannya dalam keadaan bugil, nafsu birahi gue langsung naik. Gue takut nggak bisa menahan godaan yang sering dilancarkan oleh Hendra.

Pelan-pelan tanpa menimbulkan kecurigaan Hendra, gue berjalan menuju kamar mandi. Setelah masuk, gue bingung sendiri, antara mengunci pintu dan menerima resiko Hendra pundung atau membiarkan pintu tidak terkunci dengan resiko Hendra akan menggoda gue pada saat mandi. Lebih baik gue pilih yang nomor dua aja deh, membiarkan pintu tidak terkunci, daripada menghadapi Hendra yang pundung. Ampun deh.... penyiksaan bathin yang gue terima bisa buat gue putus asa.

"Aa..." terdengar suara Hendra membuat gue terkaget-kaget.

"I-iya Hen..."

"Aa lagi ngapain?"

"Mau mandi. Lo mau mandi juga nggak?"

"Mau A, bareng ya."

"Ya udah buka baju aja dulu, gue juga mau buka baju."

Mampus deh gue, bisa terangsang lagi deh lihat Hendra dalam keadaan bugil. Gue lihat Hendra sudah tidak menggunakan sehelai benang pun masuk ke dalam kamar mandi.

Mampus... mampus... mampus... Kenapa sih burung gue ngga bisa kompromi banget. Lebih baik gue balik badan menghadap tembok.

Gue langsung menyalakan shower untuk membahasi badan. Sengaja menggunakan air dingin agar nafsu birahi gue turun. Tapi Astaga.....

"Aa..." ucap Hendra sambil memegang burung gue yang masih tegak.

"Aaahhhhhh...." desah gue, karena terasa nikmat banget.

"Hen.... u-udah dong. Jangan dipegang lagi ya..."

"Keras banget yang punya Aa," ucap Hendra sambil mengelus-ngelus burung gue.

"Aaaahhhh....." Kembali gue mendesah, "Hen.... lepasin ya," pinta gue.

"Tapi kasih tau dulu gimana caranya biar burung Aa nya lembek ? Kalau coklat kan tinggal dipanasin aja."

"Lo mau tau caranya?" Tanya gue kepada Hendra.

"Mau, A. Gimana caranya?"

"Gini caranya..."

Kemudian gue balik badan menghadap Hendra, kemudian gue balikkan badan Hendra sambil menundukkan badannya, sehingga posisi Hendra siap menerima penetrasi.

"Aaaaauuuu......" Jerit Hendra, sambil meronta-ronta. "Atuh A... jangan perkosa aku."

"Lo nya godain gue terus."

"'Atuh A... kan sekarang nggak ada kondom. Ntar kalau aku hamil gimana. Terus kalau ntar aku dikeluarin dari sekolah gimana, terus ntar kalau aku diusir sama si Mamah dan si Papah gimana?"

"Terus... terus... terus A, ntar kalau aku keenakan. Pengen lagi... dan lagi... dan lagi..."

“Terus kenapa lo sekarang nggak melarikan diri, kan udah nggak gue pegang badannya?”

“Tadi kan cuma pura-pura meronta aja A, masa aku mau diperkosa terus diem aja. Kan nggak seru, A. Jadi aja pura-pura tapi ngarep banget diperkosa sama Aa.”

"Hadeh... lain kali jangan suka godain terus," kata gue sambil membalikkan badannya Hendra.

"Iya Aa ku sayang," ucap Hendra sambil memandang gue.

Coklat Cap Ayam JagoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang