*flashback *
Santi pov....
"San..... tunggu! " teriak seseorang cowok yang mengejar ku berlari. Aku tahu siapa pria itu namun ku lajukan langkah laki ku.
"Santiiii..." teriak pria itu keras dan hampir mendekatiku.
"Kenapa kau menjauh? Kau gak denger daritadi aku memanggilmu?!" Bentak Rendy dengan nafas tersengal sengal karena mengejar ku."Kau kenapa? Kenapa diam? Jangan diamin aku dong!". Rendy yang mulai kesal dengan kebisuan ku beberapa hari ini.
Alasan ku mendiamkannya adalah karena dia yang masih status kekasih ku tapi tidak terbuka dengan ku. Tanpa sengaja aku melihat ia jalan bareng sahabatku sendiri dan aku menunggu selama 2 minggu ini untuk mendengar langsung dari bibirnya namun ia tak menyadari kehadiran dan artiku baginya.
Tetap ku membisukan diri.
tak lama kemudian ponsel Rendy berdering, sekilas ku melihat nama sang penelepon sebelum Rendy menyembunyikan ponselnya dan mengangkatnya tak jauh dariku.
Tari.
Sahabatku sendiri yang ku kenal lebih dahulu sebelum Rendy.
Ku memandang belakang punggung Rendy yang asik berbicara dengan orang disebrang sana melalui ponsel.
Tanpa kusadari terasa pedih dalam hati yang begitu mendalam.Apalah artiku bagimu? Apalah arti smua yang kita jalani selama lebih 2 tahun ini? Apalah arti aku Setia dengan mu hingga ku mengabaikan orang lain? Apakah kuatnya cintaku kalah dengan orang lain sehingga kau bisa berpaling? Sekejam ini kah kau dengan gampangnya berpaling? Mengapa harus sahabat ku? Mengapa harus disaat aku menyayangi mu? Mengapa??
Haruskah aku mulai merelakan mu? Haruskah aku menutup rapat kembali hatiku? Haruskah aku tidak mengumpat kata kasar kepada kalian?
Tau kah kau sakitnya ini? Taukah kau, karna dirimu aku berpikiran bahwa semua cowok itu sama saja.
Ingin rasanya aku mengungkapkan semua dalam hatiku dan menghujaninya dengan umpatan kasar tapi aku tidak ingin menjadi sama seperti mereka. Makhluk rendahan. Manusia kejam. Tidak berhati.Rendy kembali melangkah kearahku setelah selesai menelepon.
"Kamu kenapa, san?" Suaranya melembut agar aku mau bicara. Namun sama saja aku tak ingin bicara. Aku takut kata kasar keluar dari mulut ku karna terbawa suasana hati yang hancur."Yaudah kalo kamu tak ingin mengatakannya. Ini aku membelikanmu kalung."
Rendy mengeluarkan kalung berinisial "R" dari kantongnya dan mengalungkannya keleherku tanpa izinku. Aku membisu. Satu sisi aku bahagia. Satu sisi lainnya aku masih merasa wanita paling hancur yang masih menerimanya ketika dikecewakan."Cantiknya.... " senyum Rendy lebar menatap sekitar leherku yang dipasangkan kalung cantik. Sekilas ia mengecup kening ku.
Tanpa sadar airmata ku menetes dengan tak bergeming dan tubuhku gemetar.Izinkan waktu ini berhenti disini,Tuhan. Aku tak ingin waktu berputar. Bisikku dalam hati dalam pelukan Rendy.
Rendy sosok yang ramah dan banyak disukai para senior maupun junior disekolah atau di luar sekolah. Ia merupakan salah satu anggota tim basket yang cukup berkompeten dalam pertandingan. Tak sedikit gadis gadis yang mendekatinya meski mereka tahu kalo aku adalah kekasihnya. Namun Rendy dengan tegas mengatakan kesemua temannya bahwa akulah wanitanya yang membuat ku selama ini bahagia. Namun sekarang aku merasa ia telah berubah.
"Jangan marah dan diam lagi ya, sayang..." suara Rendy yang gemetar sambil menepuk pundak ku pelan.
Ku balas dengan anggukan pelan sambil melepas pelukannya."Yaudah, kamu pulang nya naik apaan?"
"Aku bareng temanku, Siska." Jawabku seadanya sambil menyeka air mata dipelupuk mataku.
"Okedeh aku nanti langsung latihan basket nih, kamu hati-hati di jalan ya." Ucapnya sambil mengelus rambutku pelan dan tersenyum lebar padaku.
Senyumannya yang membuat wanita luluh dan jatuh Cinta sesaat itu juga.
Sejujurnya aku merasa minder menjadi kekasihnya karena kesempurnaan nya yang jauh dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PENIKMAT ALUR CERITA
RomanceJika dalam diam saja aku bisa mencintai mu. Maka mengapa aku harus berteriak? Jika dalam malam saja aku bisa memandang mu dengan jelas maka mengapa aku merasa tak puas? Jika dalam hening aku bisa mengingat mu maka aku tak perlu suasana berisik. Ji...