3. Janji Abu Abu // Jodoh

58 5 7
                                    

Pertemuan pertama kita kebetulan. Pertemuan kedua dan seterusnya kita jodoh.

- Erno

Hari ini kami ada pelajaran olahraga. Selesai mengganti baju kami berjalan menuju lapangan. Ada pelajaran basket hari ini. Aku sebenarnya suka olahraga. Tapi aku tidak pandai olahraga. Aku mungkin berbakat di bidang akademik namun tidak sama sekali di Non akademik.

"Jadi hari ini kalian bisa berlatih dulu. 2 minggu dari sekarang bapak ambil nilai untuk cabang olahraga basket. Bisa dimengerti semua"

"Bisa pak" jawab kami kompak. Semua anak cowok sudah heboh dilapangan. Tapi tidak dengan yang cewek. Terutama Adley.

"Gimana ni ya, kalian tau kan aku gak bisa basket. Sama bola aja takut" Adley memandang intan dan neva memelas.

"Kami juga gak bisa kok ley" balas Neva.

"Tapi setidaknya kalian masih bisa dibanding aku"

Intan memandangku iba, "Kamu coba berlatih aja dulu ley. Pasti bisa kok." ujar nya memberi semangat.

Adley menghela nafas berat dan mengangguk. Adley akan berlatih saat pulang sekolah. Karena jika aku berlatih sekarang tidak mungkin. Karena lapangan masih penuh dan bisa - bisa aku ditertawakan karena gak bisa main sama sekali.

**

"Pak bisa ya saya pinjam bola nya sebentar"

Adley sedang menghadap guru olahraganya untuk memperbolehkan ia meminjam bola.

"Saya sebenarnya boleh boleh saja. Tapi kamu taukan kuncinya pak Joko yang pegang."

Pak Joko itu guru olahraga yang satu lagi. Dia guru senior disini, dan tegas banget sama murid muridnya. Dia gak bakalan mau pinjamin bola disaat tidak jam sekolah.

"Lo pakai bola gue aja ni" cowok itu, cowok yang aku jumpa ditangga kemarin. Adley hanya memandangnya bingung.

"Gue Erno, lo bisa pakai bola ini kalau mau," katanya lagi.

"Iya Adley. Kamu bisa pakai bola dia. Saya pergi dulu kalau gitu"

"Iya pak. Makasih" Kataku pada akhirnya. adleyk pun mengambil bola itu dan berjalan menuju lapangan.

Sekarang ia sedang meyakinkan diri kalau aku bisa. Adley mulai mendrible bola dan mencoba shooting. Bukannya masuk malah bola itu hampir mengenai kepala ku. Adley memejam kan mata takut. Selama beberapa detik menunggu bola itu mengenai kepala nya, merasa tidak ada yang mengenai kepala. Adley membuka mata dan melihat Erno sedang memegang bola itu.

Dia tampak menahan tawa, sedangkan Adley mendengus sebal. "Aku emang gak pandai main basket."

"Kenapa gak minta ajarin?"

"Mau minta ajarin sama siapa? Lagian aku bisa kok belajar sendiri."

Erno tampak menaikan alisnya, Adley mencoba merebut bola itu lagi tapi tangannya ditahan Erno. "Gue dengan senang hati kok ngajarin lo." Ujar Erno sambil tersenyum.

Dia menatap ku. Adley melepaskan tangannya dari genggaman Erno. Adley berbalik mencoba menetralkan jantung nya yang jumplitan didalam sana. Adley merasakan pipinya memanas.

" Mau gak ?" Tanya Erno. " Kalau gak mau gue pulang ni - "

" Iya iya aku mau " Jawab Adley cepat.

**

Adley terduduk dipinggir lapangan dan meraih tas untuk mengambil botol minum. Aku haus sekali dan ternyata botolku sudah kosong.

"Nih minum."

Erno menyerahkan botol air mineral kepadaku. "Tapi ini kan punya lo"

"Minum aja" katanya santai. Akhirnya aku menegak minum itu tanpa pikir panjang. Aku sudah haus banget. Aku milirik jam tangan sudah jam 5 sore. Itu artinya kami sudah main sekitar satu setengah jam.

"Nih. Makasih ya lo uda mau ajarin gue." Adley menyerahkan air minum itu kepada erno. Erno menganguk dan menerima botol itu, kembali meminumnya.

"Aku pulang duluan ya" aku berniat berdiri, namun tanganku ditahan.

"Cuman makasih doang ni ?"

"Lah emang mau apalagi ? Lo mau minta bayaran ?" aku menaikan alis ku sengit. Nolongin orang kok gak ikhlas si pikir adley.

" Gitu si, tapi gak pakai duit kok" Erno mengerling jail.

"Trus apa ?" tanya Adley tak sabaran karena sudah bosan dengan ketidakjelasnyannya ini.

"Cukup tulis nomor lo aja di sini." Erno menyerahkan ponsel nya padaku.

Adley melirik ponsel itu. "Buat apa ? Lo mau PDKT sama gue ?"

"Kalau lo mau itu gue bisa." kata Erno dengan tampang sok gantengnya, walaupun sebenarnya Erno memang tampan.

Aku mendengus sama aja ya ni cowok. Gak ada yang bener bener ikhlas gitu buat nolongin orang lain. "Tapi sori ya gue gak mau PDKT sama lo," kata Adley sok jual mahal.

Adley bangkit dan berjalan meninggal kan Erno disitu. Rupanya Erno mengejarku dan berdiri didepan menghalangi jalanku.

"PD banget si lo" Erno menarik ujung rambutku yang keluar dari ikatan.

"Gak gue gak mau PDKT sama lo. Cuman kalau kita cocok kenapa gak si?" Erno tertawa melihat ku. Sialan ngerjain banget ni anak. Liat aja pembalasan Adley nanti ya.

"Jadi apani? Gak usah ribet deh" tanyaku tak sabaran. Gerah ni keringatan pengen cepat cepat mandi. Tapi Erno kayaknya santai banget keringatan gak kelihatan gerah sama sekali.

"Udah jangan liatin gue gitu banget ntar naksir lagi."

Aku melotot mendengar ucapannya dan memukul bahunya. Sialan banget ni cowok. Sedangkan erno tampak menahan tawanya.

"Gak mungkin kan lo bisa main basket cuman sekali latihan. Jadi tulis nomer lo disini nanti gue kabarin kapan kita bisa latihan lagi."

Aku menatapya sengit dan mengambil ponselnya kasar. "Nih" aku menyerahkan kembali ponselnya dan berjalan menghentakan kaki meninggalkan dia yang tertawa cengengesan dibelakang.

"Dua kosong ya kita" teriak Erno.

Aku mengepalkan tangan dongkol terhadapnya. Liat aja besok pembalasan gue Erno

**

Haha kena kerjain kan;)

Happy reading;

Voment nya jan lupaaa... Xoxo

JANJI Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang