Aku rela melakukan apapun demimu. Katakan lah ini gila tapi aku hanya ingin kau senang dengan hadirnya diriku.
-Erno
"Yeeiii, akhirnya selesai juga pelajaran nyaa!" Intan berseru senang karena pelajaran Sejarah yang menurutnya sangat memuakkan dan membosankan sudah berakhir karena bel istirahat berbunyi.
Aku memasukan buku-buku serta pena kedalam tas dan berjalan keluar kelas menuju kantin bersama Neva dan Intan.
Baru beberapa langkah kami meninggalkan kelas, tiba-tiba 3 cowok menghadang langkah kami.
Cowok itu tak lain Erno dan kedua temannya, yaitu Bagus dan Guntur.
"Apaan si kalian. Minggir gue mau lewat!" aku berusaha mendorong mereka supaya tidak menghalangi jalan kami. Tapi tanganku tak cukup kuat mendorong tubuh Erno yang besar seperti gajah. Eh gak seperti tembok yang kuat. Tapi bohong! Badannya tidak gemuk tetapi tenaganya lebih kuat daripada aku. Entah aku yang lemah atau Erno yang kuat.
Intan menarik tanganku dan berbisik "Udah jangan galak galak ah!" tapi bisikan yang bisa didengar orang segedung. Aku memutar bola mata jengah.
"Iya jangan galak neng!" Erno terkekeh melihat ekspresi mukaku dan menarik tanganku kekantin.
"Apaain si lo narik tangan gue!" aku berusaha melepas tanganku dari genggaman Erno. Tapi Erno mengeratkan gengamannya seolah aku akan lari darinya dan tak akan kembali.
"Udah duduk sini gue pesan makanan!" perintah Erno dengan gaya sok bossy nya.
Aku mendengus dan menekuk wajahku. Intan dan Neva ikut duduk semeja denganku. Sedangkan Bagus dan Guntur ikut memesan makan bersama Erno.
Intan mencolek lenganku dan tersenyum aneh. "Apa lo?" tanyaku galak.
"Hehe kayaknya Erno suka sama lo deh ley" Intan tersenyum penuh arti.
Alu bergidik ngeri melihat ekspresi Intan. "Tau ah, gaje lo!" sahutku. Aku sudah sebal dengan semua orang yang duduk semeja denganku saat ini.
Bagaimana tidak, aku berharap dapat istirahat dengan tenang menikmati semangkuk bakso dan segelas jus alpukat. Bukanya istirahat dengan tenang malah harus menghadapi remaja labil yang tidak jelas ini. Walaupun sebenarnya aku juga begitu.
Remaja itu kini datang sambil membawa nampan berisi 2 bakso dan 2 jus alpukat.
Erno duduk didepan berhadapan denganku.Aku menarik sudut bibirku, "Ngapain lo pesan bakso juga?" pandangku tak suka.
"Lah, terserah gue dong. Yang pesan gue, yang makan gue, yang bayar juga gue!"
"Iya iya gue tau lo yang bayar, tapi please deh ngapain sih mesti ikutan sama kayak gue juga!"
Erno mengangkat bahunya cuek dan mulai menyendok kuah bakso yang panas itu. "Mungkin karena kita jodoh jadi gue pesan sama," katanya dengan senyum mengembang dibibirnya.
Aku meraih botol saus dan menuang dalam jumlah banyak kedalam mangkuk bakso Erno.
Erno melotot kearah mangkuk baksonya yang sudah penuh dengan saus. "Gila lo ya! Gimana mau makannya begini!" katanya mendorong mangkuk itu kearahku.
Aku memasang tampang tenang sok baik. "Tapiii... kata kamu kita jodoh. Jodoh aku pasti makan saus yang banyak kaya gini. Dan yahhh, aku emang gila" aku mengakhiri ucapan dengan menyunggingkan senyum miring meremehkan.
Erno berdesis dan menghebuskan nafas berat. Menarik kembali mangkuk bakso itu dan mengaduk saus agar bercampur pada kuah bakso itu. Dan mulai memakan nya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANJI Abu Abu
Novela JuvenilAku percaya padamu. Jadi tepati janjimu. -adley Aku lelaki. Dan pegang janjiku - Erno Pegang tanganku dan kita melangkah bersama. Tak perlu janji atau apapun. Karena aku disini bersama mu - Alby Pertemuan, perkenalan, hingga perpisahan kita...