CHAPTER 2

45 1 0
                                    

Sepulang sekolah Adit berjalan keluar kelas menuju ke ruang guru untuk menemui guru pembinanya selama persiapan lomba cerdas cermat. Adit berjalan ke arah wanita setengah baya yang bertubuh mungil dan rambutnya hitam legam dikuncir. Wanita itu duduk sambil memeriksa buku-buku yang bertumpuk di mejanya. Wanita itu adalah guru Fisika yang akan menjadi guru pembina Adit dan Tara. Selang beberapa saat Tara datang menghampiri Adit dan guru tersebut dan mengucapkan maaf atas keterlambatan dia datang bertemu mereka. Wanita itu hanya tersenyum dan mempersilahkan kedua anak muridnya duduk.

"Jadi kalian yang akan ikut cerdas cermat ya. Wah ibu senang sekali loh kalau kalian yang ikut cerdas cermat karena ibu tahu sekali bagaimana kemampuan kalian itu." Kata guru Fisika itu yang bernama Ibu Titi dengan lembut dan senyuman yang manis. Ibu Titi walau tubuhnya kecil tapi dia sudah lama mengajar di sekolah tersebut dan prestasi mengajarnya juga sangat bagus. Ibu Titi sudah beberapa kali menjadi guru favorit karena cara mengajarnya yang menyenangkan dan tidak membosankan. Yah walaupun pelajarannya sangat susah dan membuat stress tapi karena cara pengajarannya yang mudah dimengerti membuat murid-muridnya tidak terlalu susah menangkap pelajarannya.

"Nah karena ibu sudah tidak ragu kemampuan kalian jadi ibu hanya akan memberi kalian soal-soal saja yang biasa di berikan saat cerdas cermat. Ibu berharap kalian bisa bekerja sama dan mengerjakan soal-soalnya bersama-sama. Nah ini ibu sudah siapkan soal-soalnya jadi sekarang kalian bisa mengerjakannya dulu nanti setelah selesai baru kasih ke ibu lagi ya. Tapi ingat kalian harus mengerjakan bersama-sama ya bukannya kerjakan sendiri-sendiri." Kata Ibu Titi sambil tersenyum dan mengedipkan matanya. Tara dan Adit kemudian berjalan pergi meninggalkan Ibu Titi yang melanjutkan memeriksa buku-buku latihan yang bertumpuk di mejanya.

"Jadi kita mau kerjakan soalnya di mana nih?" Tanya Tara mengikuti Adit di belakangnya yang membawa soal latihan tersebut. "Di perpus aja." Jawab Adit dengan singkat. Tara mengikuti Adit yang berjalan menuju ke perpustakaan. Selama perjalanan mereka hanya diam saja dan suasana sangat hening. Begitu juga setelah sampai di perpusatakaan mereka berdua hanya diam. Adit hanya membolak balik latihan yang di berikan Bu Titi sedangkan Tara hanya memandang Adit dan kertas latihan tersebut. Tara menjadi agak sedikit geram melihat tingkah Adit yang hanya diam dan cuek.

"Argh... Sini kita kerjakan sama-sama saja. Kan seperti yang Bu Titi bilang kita perlu mengerjakan bersama-sama kan." Adit mengeryitkan keningnya mendengar perkataan Tara.

"Kita bagi dua saja kerjaannya setengah kamu yang kerjakan dan setengah lagi aku yang kerjakan. Kalau ada yang tidak mengerti baru kita saling membantu. Cukup adil kan?" Kata Adit dan membagi soal kepada Tara setelah mendapat persetujuan dari dia. Tara sebenarnya tidak keberatan dengan pembagian tugas tersebut. Toh Adit juga pasti bisa mengerjakan soal-soal tersebut dengan lancar karena Adit murid terpintar di sekolah. Tara yang menatap Adit yang sedang serius mengerjakan soal latihan. Adit yang merasa diperhatikan menoleh ke arah Tara. Tara tersadar Adit menoleh ke arah dia langsung berpura-pura mengerjakan soal. Pipi Tara merona merah karena malu Adit pasti mengira Tara menyukai Adit karena dari tadi memperhatikan Adit. Tapi sepertinya Adit tidak terlalu perduli dengan semua itu. Dia melanjutkan mengerjakan latihan tersebut. Dalam waktu tidak sampai 1 jam Adit dan Tara sudah menyelesaikan latihan tersebut. Mereka saling menukar latihan tersebut dan saling memeriksa pekerjaan masing-masing. Setelah yakin apa yang dikerjakan benar mereka berjalan menuju ke ruang guru dan menyerahkan ke Bu Titi. Ibu Titi tersenyum melihat Adit dan Tara yang menghampiri dia dan menyerahkan kertas latihan kepada dia.

"Sudah ibu duga pasti kalian bisa mengerjakannya dengan baik dan benar. Ibu tidak ragu kalian bisa menang dalam lomba ini." Kata Bu Titi setelah memeriksa jawaban Tara dan Adit tapi kemudian dia mengeryitkan keningnya. "Hanya saja..."

MY SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang