Dua

6 1 0
                                    

Sekolah Tinggi Kirin,Seoul.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"Sahut Jung Jae-In tersenyum manis,ia melipat kedua tangannya didada dan menyandarkan sebelah bahunya kedinding.

Ia melirik kebawah,kearah para siswa yang sedang bersembunyi depan gudang tak terpakai yang ada dibelakang sekolahnya dan membaca majalah yang tak seharusnya mereka lihat.

Para siswa itu mengadah memandang Jung Jae-In bersamaan.Mereka tersenyum lebar."Ssaem..Sedang apa?"Tanya salah seorang siswa berpura-pura tak mengerti akan situasi gawat mereka saat ini.

Jae-In kembali tersenyum,ia melirik majalah itu dengan kening berkerut."Kemarikan majalah itu atau kalian akan mendapat masalah besar."

Salah satu siswa langsung bangkit menyembunyikan majalah itu dibalik punggungnya."Majalah apa?Tak ada majalah disini."Sahutnya mengerjap berpura-pura tak mengerti.

Jae-In menarik napas dan melepaskannya kasar untuk menahan kekesalannya.Ia merentangkan telapak tangannya dan memasang wajah yang terpaksa tersenyum."Kemarikan...Atau..Kalian..Akan.Mendapat..Masalah..Besar.."Ucapnya lagi menekan kata perkata yang ia ucapkan.

Para siswa lain ikut bangkit dan merengek."Ssaem..Tolonglah...Satu kali saja."Sahut mereka mengosok-gosokan kedua telapak tangannya didada.

Kali ini Jung Jae-In melotot.Ia tak bicara,hanya merentangkan tangannya lagi hingga akhirnya semua siswa laki-laki itu mendesah pasrah.

Mereka menyerahkan majalah itu dengan terpaksa.

"Baiklah..Aku akan melepaskan kalian kali ini.Tapi jika tertangkap lagi."

"Ssaem akan menghukum kami bukan?"Sela mereka dengan nada pasrah bersamaan.

Jung Jae-In tersenyum puas."Bagus..Akhirnya kalian mengerti."Jung Jae-In berbalik untuk meninggalkan tempat itu,namun belum sempat ia melangkah gerakannya terhenti karena seorang murid berlari menghampirinya.

"Ssaem gawat...Oh Ri-Jin dan Han Sang-Hyuk bertengkar diatap."Sahutnya dengan napas tersenggal.

"Apa?Mengapa mereka bisa bertengkar?"

"Aku tak tahu Ssaem,tapi mereka menyebutkan nama Ssaem."Katanya membuat kening Jung Jae-In berkerut.Ia berjalan cepat meninggalkan murid itu dan bergegas menuju atap.

Jae-In terus berlari-lari menyusuri lorong sekolah hingga ia sampai belokan tangga untuk menuju keatap.Langkah Jae-In terhenti tiba-tiba saat telapak tangannya menyentuh pegangan tangga abu-abu itu.

Napasnya tertahan,seakan sesuatu mencekat tenggorokannya.Jae-In sudah sangat lama tidak pergi kesana.Tidak..Ia memang tak ingin pergi kesana dan selalu tak mau kesana.

higher than meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang