Tiga

2 1 0
                                    


Dalam beberapa menit Jae-In sudah kembali keruang guru,ia meletakkan majalah dewasa itu kedalam lacinya.Dan memasrahkan tubuhnya jatuh kekursi kerja miliknya.

Apa yang ia pikirkan barusan?

Sampai kapan ia terus-terusan berkhayal seperti seperti orang bodoh seperti ini?Jae-In mengusap kedua wajahnya dan menjatuhkan kepalanya dimeja kerja.

"Kau mendapat pernyataan cinta lagi dari murid?Kali ini siapa?"Sahut wanita mungil,berambut hitam sebahu dan berwajah bulat yang sedang berdiri didepan mejanya,menatap Jae-In dengan kening berkerut karena rasa penasarannya.

Walaupun bukan pertama kali ia tetap penasaran.Entah sudah berapa kali gadis ini mendapatkan pernyataan cinta dari muridnya.

Tentu saja,Jae-In memang sangat dekat dengan kebanyakan murid karena kebaikannya.Dan karena kebaikannya yang berlebihan itulah banyak siswa salah paham dan menyukainya.

Ditambah lagi dengan tubuh tinggi proposional dan wajah mungilnya.Mata Jae-In tak terlalu besar juga tidak sipit,namun ia mempunyai mata coklat yang indah.Ditambah dengan hidung mancung dan bibir tipisnya Jae-In memang terlihat bersinar dari kebanyakan wanita.

"Aku sangat lelah..Kali ini dua orang dan mereka bertengkar karena aku."Katanya tanpa melihat wanita yang bernama Kim Ha-Ni itu.

Kim Ha-Ni tersenyum senang,tidak..

Bahkan lebih dari itu,mendengar hal seperti ini membuatnya seakan sedang menonton drama ditv.Kehidupan temannya ini memang lain dari pada orang lain.Ia sering dikejar-kejar para agen pencari bakat,digoda om-om.Bahkan dipaksa masuk keklub malam oleh para lelaki tak jelas.

Dan kepopulerannya juga tak bisa ia sembunyikan disekolah.

Sama seperti saat ini.

"Lalu kau menerima salah satu dari mereka?"

Jae-In langsung bangkit karena mendengar ucapan itu,matanya menyipit menatap Ha-Ni."Apa kau pikir aku sudah gila?"Sahutnya cemberut lalu membereskan buku-buku yang ada dimejanya.

"Kau mau pulang?"

"Mm..Aku bisa gila jika berlama-lama ada didekatmu."Jawab Jae-In masih cemberut.Ia mengambil tasnya dan beberapa buah buku yang ia bawa didada dengan sebelah tangannya.

Ia tersenyum pada Ha-Ni sebelum ia meninggalkan ruangan itu.

Temannya yang satu itu pasti sangat senang sekarang.Ia selalu senang jika ada hal yang buruk terjadi padanya.Jae-In sendiri heran mengapa ia bisa mempunyai teman kerja sepertinya.Hanya selalu ingin tahu urusan orang dan tertawa jika melihat orang lain kesulitan.

Langkah Jae-In terhenti saat ia melihat seseorang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri.Seorang laki-laki dengan jacket hitam kulit khas gayanya.Sebuah motor sport terparkir disampingnya dengan helm yang senada dengan warna jacketnya.Dan sekali lihat saja Jae-In sudah tahu kalau itu adalah Park Heung-Soo sahabatnya sejak ia masih sekolah.

Jae-In tersenyum seraya melambai-lambaikan tangannya"Heung-Soo."Panggilnya ramah.

Park Heung-Soo yang menyadari panggilan itu langsung menoleh kearah Jae-In dan tersenyum tipis.

Jae-In akhirnya duduk dibangku belakang motor yang Park Heung-Soo kendarai.Park Heung-Soo memang sering menjemput Jae-In saat ia sedang tak sibuk dengan pekerjaannya.

Biasanya mereka minum soju bersama atau makan tteoboki pedas yang tak jauh dari apartement tempat Jae-In tinggal.

Malam ini Jae-In tak tahu kemana Heung-Soo akan membawanya.Ia hanya memandang kearah jauh melihat jalanan kota Seoul yang seakan berjalan meninggalkannya.

higher than meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang