Part 32

4.7K 500 15
                                    

Happy Reading.....

Warren Pov

Aku berjalan gusar, kenapa kakak lama sekali? Aku menghela nafas lelah, apa aku susul saja? Aku segera ke lantai atas dan aku melihat kak Wildan, Nic, Felix dan seorang gadis cantik. Sedang apa mereka? Aku melihat kakakku menangis, aku segera mengetuk pintu dan masuk.

Nic menatapku tak suka.

"Kak.." panggilku dan Wildan mengangguk lemah. Entah apa yang terjadi tapi kakak tampak lelah dan pasrah.

"Bagaimana kak?"

"Kami belum selesai membahasnya." ucap kakak dan aku menjadi merasa canggung.

Nic menatapku tajam.

"Aku ingin Warren yang mengurus semuanya." ucap Nic.

"Apa?" tanyaku terkejut.

"Sedikit balas dendam atas kejahatanmu padaku dan Wanda." bisiknya ketika dia sudah sampai di hadapanku. Aku menatap Nic tak suka.

"Alena, kau urus pria ini.." perintah Nic dan gadis itu mendekatiku.

"Ikut saya Mr Winata." ucap Alena dan aku pun mengikuti gadis itu.

Meski gadis itu cantik, namun judes dan galaknya minta ampun. Dia terus mementahkan argumenku.

"Apa anda tak memiliki alasan lain selain ingin membangkitkan perusahaan anda yang bangkrut Mr Winata?" tanya Alena kejam.

"Beri saya alasan untuk bisa mengerti, kenapa Perusahaan Xander-Grace harus mengikut sertakan perusahaan anda." ucap Alena tegas.

"Saya bisa memberikan fasilitas keamanan yang terjamin. Saya memilikio koneksi dengan beberapa sindikat dan kepolisian." ucapku dan gadis itu langsung menatapku.

"Oh ya, Winata.. Aku mengerti. Selain itu?" tanya Alena membuatku geram.

"saya memiliki tenaga ahli dalam keamanan, bahkan jika anda membutuhkan pengawal saya bersedia menyediakan orang terbaik saya."

"Hanya otot untuk adu jotos.." ucap Alena merendahkanku.

"Kau.." ucapku mulai geram.

"Aku apa?" tanya Alena galak, apa aku culik saja? Kenapa gadis ini begitu menyebalkan!!

Aku menghela nafas, aku berusaha menenangkan perasaanku agar tak terbawa emosi. Aku memberikan berkas, sebagai kartu As terakhirku. Alena membacanya lalu tersenyum.

"Senang bekerja dengan anda Mr Winata. Tapi saya  harus meninjau ulang kelayakan perusahaan Winata." ucap Alena dingin sambil pergi meninggalkanku.

What the fuck?!!

Nicholas Pov

Aku menghela nafas.

"Kau memang seperti ibumu, lemah.." ucap daddy sambil mengusap wajahnya.

"Aku tak tega daddy.."

"Aku pernah menjadi penjahat, aku mencopet seorang gadis namun setelah itu aku menangis. Aku tak tega namun aku juga butuh uang untuk melangsungkan kehidupanku. Aku hanya berharap semoga dia selamat. Dia masih beruntung memiliki orang tua untuk di mintai uang.. Sedangkan aku?" ucapku dan daddy memelukku.

"Lupakan semua masa lalumu, buka lembaran baru dan hadapi kehidupanmu yang sesungguhnya.." ucap daddy dan aku mengangguk.

"Winata memiliki banyak karyawan yang menggantungkan hidupnya di perusahaan itu. Wajarkah aku menolong Winata karena alasan itu?" tanyaku dan daddy tersenyum.

"Kau memang mirip ibumu!" ucap daddy sambil mengusap bahuku.

"Aku tak mau mengecewakan daddy dan kakek.." ucapku dan daddy tersenyum.

Aku bertemu dengan Alena dan aku terkejut melihat wajah murkanya.

"Kenapa?"

"Aku tak percaya jika Warren Winata itu bodoh." ucapnya ketus.

"Sabar, Alena.."

"Aku tak tahu apa yang cari dari perusahaan itu. Pantas saja perusahaannya hampir bangkrut." ucap Alena dan aku terkekeh.

"Jangan marah-marah terus nanti kau cepat tua." ucapku dan Alena mendelik kesal lalu memberikan berkasnya padaku.

Aku membacanya dan isinya cukup bagus.

"Kenapa kau tak suka?" tanyaku dan wajah Alena seketika memucat. Aku tersenyum simpul, apa Alena ada rasa pada Warren?

"Apa aku harus menyetujui perjanjian ini?"

"Kalau kau suka kenapa tidak?" tanyaku dan Alena mengangguk.

"Aku tak punya alasan untuk menolaknya. Baiklah.." ucap Alena membuatku bingung dengan sikapnya.

"Baiklah, aku pulang dulu, aku rindu mom.." ucapku dan Alena hanya mengangguk.

"Nic, kau saja yang beritahu Warren. Aku harus mengerjakan tugasku." ucap Alena membuatku sebal namun Alena sudah pergi menjauh.

Mudah-mudahan Warren masih ada di sekitar sini. Aku berjalan mendekati lift.

Ting!

Pintu lift  terbuka dan aku segera masuk.

"Tunggu saya ikut.." ucap Warren dan aku pun menghentikan tombolnya.

"Kebetulan kita bertemu." ucapku dan Warren menatapku tajam.

"Buatlah proposalnya, aku ingin yang lebih hebat dari ini.." ucapku sambil memberikan map padanya.

"Kau menyetujui perjanjian kerja sama kita?" tanya Warren tak percaya.

"Sebenarnya aku membencimu, sayang kau mirip Wanda jadi... Kerjakanlah kak.." ucapku dan Warren tersenyum senang.

"Baiklah adik ipar.." ucapnya sambil mengedipkan matanya.

Ih menjijikan!!

Tbc

My One and Only (Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang