Part 8

5.7K 490 15
                                    

Aku ganti cast, Neels Visser as Nicholas Stewart

Aku ganti cast, Neels Visser as Nicholas Stewart

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan  Angelina Danilova as Wanda Wildan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan  Angelina Danilova as Wanda Wildan

Dan  Angelina Danilova as Wanda Wildan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading....

Wanda Pov

Nic kembali terjun ke masyarakat, dia baru saja keluar dari penjara anak anak setelah hampir 5 tahun di penjara. Ya, orang tuaku seorang mafia. Jadi hanya untuk mengawasi berandalan seperti Nic sangatlah mudah. Entahlah sejak kejadian lima tahun yang lalu, aku selalu mengawasinya seperti penguntit dan sampai detik ini aku tak percaya jika Nic seorang pembunuh.

Warren menatapku yang sedang melamun.

"Apa kau tak bosan mencari tahu tentang Nic? Dia berandalan Nda, dia sampah masyarakat!" tukas Warren menyebalkan.

"Masih dengan jawaban yang sama, aku tak yakin Nic sekejam itu." belaku.

"Ayolah, kau jangan terlalu naif Nda, kita ini keluarga mafia masa iya kau percaya pada bocah ingusan seperti dia? Nic berandalan, sekolah saja dia tak pernah. Hidupnya liar dan sering mencuri, apa kau tak takut?" tanya Warren.

Andai kakak tahu jika Nic sudah mencuri hatiku dan menjadi pahlawan bagiku. Aku tersenyum kecut, aku tahu kakakku benar dan sekali lagi aku tak percaya jika Nic seperti itu, aku yakin semua pasti ada alasannya.

*****

Aku berjalan menuju sekolahku.

Deg

Jantungku berdegup kencang ketika melihat Nic sedang memungut uang keamanan pada setiap anak yang melewati jalan yang dia anggap sebagai daerah kekuasaanya. Aku berjalan mendekatinya,

"Apa kau tak jera mendekam di dalam penjara?" tanyaku dan Nic langsung menatapku dengan tatapan dingin.

Mata hijau kebiruannya yang dulu aku kagumi kini meredup dan hanya ada kepedihan serta kilatan amarah.

"Kau.. Jangan ikut campur, bayar!" ucapnya kasar sambil menarik tasku. Aku melihatnya menggeledah tasku dan berhenti ketika menemukan bandana yang dulu pernah dia ikatkan di kakiku.

"Nic, hentikan.." ucapku dan mata hijau itu tampak berkaca kaca.

Aku tersenyum padanya.

"Ambilah.." ucapku sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dan menggenggamkannya pada tangan hangatnya.

"Bilang pada ayahmu, hanya itu yang kau dapatkan. Aku akan memberimu uang setiap hari agar ayahmu diam tapi aku mohon... Jangan mencuri lagi atau menjadi tukang palak.." ucapku.

Pria itu hanya terdiam.

"Aku tak bermaksud melukai harga dirimu, kemarilah..." ucapku lalu menarik tangannya agar mengikutiku.

Aku memiliki rumah pohon di belakang rumahku yang masih berupa hutan, dimana aku senang berada di sana jika aku ingin menyepi.

Aku membawa Nic kesana dan mengajaknya masuk.

"Ini tempat privasiku dan hanya aku dan kakakku yang tahu." ucapku. Nic menatapku dengan tatapan bingung.

"Setiap hari kau bilang pada ayahmu jika kau sedang mencuri dan kau datanglah kemari. Tunggu aku sampai selesai sekolah. Kita belajar bersama." ucapku sambil tersenyum.

"Belajar bersama?" tanya Nic.

"Iya, kau harus belajar membaca, menulis dan berhitung.." ucapku dan Nic tampak tak suka.

Aku pura-pura marah.

"Apa kau mau menjadi seorang berandalan seumur hidupmu? Aku yakin hidupmu akan berubah jika kau mau belajar. Biar ayahmu tahunya kau berandalan padahal ternyata kau sudah pintar meski dia melarangmu belajar." ucapku.

"Darimana kau tahu?" tanya Nic.

"Belajarlah, jika kau sudah bisa membaca dan menulis, akan aku beritahu rahasia terbesarku itu!" bisikku dan Nic tersenyum.

Senyumnya sangat memikat, aku pun tertular dan ikut tersenyum geli namun aku terkejut ketika Nic mendekatiku dan mengelus pipiku.

"Terima kasih.."ucapnya dengan suara serak.

Sejak hari itu hampir tiap hari kami bertemu, aku selalu menyempatkan diri ke rumah pohon dan jika aku berhalangan. Aku akan menulis pesan di sana, Nic pria tampan dan cerdas. Dalam satu bulan Nic sudah pintar membaca dan menulis. Setiap pulang sekolah, aku pasti membeli makanan dan minuman untuk makan siang kami juga beberapa cemilan. Aku begitu dekat dengan Nic dan aku bahagia.

"Wanda.." panggil Nic ketika kami sudah selesai belajar bersama.

"Hmm..." gumanku sambil melihat wajah tampannya.

"Sini.." ucap Nic dan aku pun mendekatinya.

"Ada apa?" tanyaku penasaran.

Deg

Jantungku berdegup kencang ketika Nic menarik daguku dan menciumku dengan lembut, aku terhanyut akan ciumannya yang menuntut dan ini ciuman pertamaku!!

Aku menghela nafas, terdengar suara buku di balik dan aku penasaran.

"Aku sedang mempraktekkan ini.." ucap Nic sambil memperlihatkan majalah porno.

"Oh shit!!" rutukku, ini pasti kerjaan Warren sialan!!

Aku melempar majalah itu,

"Kau ini, tak semua buku bisa kau baca apa lagi kau praktekkan!" gerutuku kesal dan Nic langsung menarik tubuhku kedalam pelukannya.

"Jangan pernah menghianatiku, karena hanya kau yang aku percaya.." bisik Nic membuatku tertegun.

Aku menatap wajahnya, matanya menatapku dengan dalam dan bibir lembutnya menempel di bibirku kembali membuat tubuhku membeku.

Tbc

My One and Only (Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang