Happy Reading....
Wanda Pov
Aku mengerjapkan mataku, kakakku menatapku khawatir.
"Kenapa kau bermalam disini? Mom dan dad mencemaskanmu." ucap Warren dan aku langsung melihat ke sekeliling. Mana Nic? Aku menghela nafas.
"Semalam aku kehujanan, entahlah aku suntuk kak.." dustaku dan Warren menatapku kesal.
Aku menatap tubuhku yang sudah terbalut selimut yang Nic buat sebelumnya sebagai layar pemisah kami.
"Berpakaianlah dan segera pulang. kakak tunggu di bawah." ucap Warren dan aku hanya mendengus kesal.
Aku mengenakan pakaianku yang setengah kering, namun ada yang mencuri perhatianku, sebuah surat dengan tulisan cakar ayam milik Nic.
Dear Wanda...
Maafkan aku yang tak tega membangunkanmu dan tak tega mengucapkan kata perpisahan secara langsung padamu...
Tapi yakinlah suatu saat aku akan kembali, setelah aku sukses dan merasa sepadan denganmu...
Wanda, aku mencintaimu...
Jagalah selalu hati dan tubuhmu, hanya untukku.
You are my one and only....
Nicholas.
Apa? Nic meninggalkanku? Dia pergi kemana? Aku segera memakai pakaianku dan berlari ke bawah rumah pohon.
"Ayo kita pulang kak.." ucapku dan Warren mengikutiku dengan wajah bingung. Aku melacak keberadaan Nic dan aku kecewa. Nic sudah pergi jauh ke Atlanta. Kenapa Nic meninggalkanku??
Aku hanya bisa menangis, berbeda dengan Warren yang malah diam tak bergeming.
Nicholas Pov
Hampir setiap hari aku bermimpi buruk, mengingat ucapan ayahku tentang catatan kriminalku yang kelam dan pembunuhan itu.
Aku juga takkan pernah lupa pada lelaki seusiaku yang menatapku sinis dan berkata bahwa pembunuh ibu kandung tak layak di penjara tapi layaknya di siksa sampai mati. Aku masih mengingat wajahnya, namun sayang... Mungkin sekarang tampilan lelaki itu sudah berbeda.
Andai lelaki itu tahu bahwa aku tidak membunuh ibuku, justru aku merindukannya, membutuhkannya untuk mendengar keluh kesahku dan mengusap air mata serta rasa lelah di pundakku. Aku mencuci wajahku, hari ini aku akan belajar bertahan hidup dengan bekerja secara halal.
Meski aku tak memiliki pendidikan aku rasa bekal ilmu yang di berikan Wanda sudah cukup. Namun nasib baik tak berpihak padaku, tukang panggul di pasar saja kebanyakannya lulusan SMA sedangkan aku? Sudah tak jaman seorang manusia tidak mengenyam pendidikan seperti aku. Dunia ini memang keras dan aku harus berjuang seperti apa?
Mencuri memang jalan yang mudah untuk mendapatkan uang dan itulah yang aku lakukan sekarang! Uang menipis sedangkan kebutuhan perut tak bisa di ajak kompromi. Aku mulai mencuri lagi, berpindah dari satu kota ke kota lain hingga sampailah aku di New York, aku bertemu dengan wanita pemilik butik dan aku mencopetnya.
Aku di kejar-kejar lelaki memakai jas hitam seperti mafia, aku berlari sekuat tenaga dan akhirnya aku tertangkap. Aku di pukuli habis-habisan dan di ikat. Mereka membawaku ke suatu tempat yang seram dan pengap.
Seluruh tubuhku terasa sakit dan perih. Mencopet itu memang pekerjaan mudah jika kita beruntung, namun jika sudah apes, ya seperti inilah... Tapi buatku ini belum seberapa karena aku sudah terlatih dengan siksaan yang sering diberikan ayah kepadaku.
Aku menatap pria yang sedang berdiri menatapku.
"Jadi kau yang sudah berani mencopet istriku?" tanya lelaki itu.
Aku hanya terdiam, menatap wajah lelaki itu. Wajahnya memiliki keturunan Indonesia, berkulit tak terlalu terang dan bermata cokelat.
"Kenapa kau berani mencopet istriku?" tanya lelaki itu.
"Saya melakukannya secara random, saya lapar..." ucapku jujur dan lelaki itu mendekat.
"Siapa namamu?" tanya lelaki itu dambil menatap wajahku lekat-lekat.
"Nic.." ucapku.
Lelaki itu tertegun lalu menatapku lagi.
"Nicholas Stewart, anak yang sudah membunuh ibu kandungnya sendiri..." ucap lelaki itu dalam.
Entahlah, kenapa kata-katanya begitu menyakitiku? Padahal aku sudah biasa mendengar kata-kata itu sejak lima tahun yang lalu.
"Aku tidak membunuhnya.." ucapku spontan, biasanya aku hanya diam.
Namun tudingan itu rasanya begitu menyakitkan dan aku muak di tuduh membunuh ibuku sendiri.
Pria itu menatapku aneh, air mataku mengalir dari kedua pipiku. Apa karena aku kelewat lapar hingga perasaanku menjadi rapuh dan tak mampu berkonsentrasi untuk bertahan seperti biasanya?
"Seorang pencuri akan tetap mencuri dan seorang pembunuh ibu kandungnya suatu saat akan membunuh tuannya." ucap lelaki itu tajam.
Aku menunduk, aku tak mau dia melihat air mataku, aku tak mau terlihat lemah.
"Aku rasa kau memang pantas mati Nic.." ucap lelaki itu. Aku mengerjapkan mataku.
"Kau pikir aku tak tahu jika kau pun menjalin kasih dengan putri kesayanganku?" tanya lelaki itu.
Deg
Apa benar yang di hadapanku ini Wildan Winata? Aku menatap lelaki itu dan ada kemiripan antara Warren dan Wanda. Aku menunduk, kenapa dunia ini begitu sempit? Wanda pasti kecewa jika dia tahu aku mencopet ibunya.
Wildan mendekatiku dan mengangkat daguku.
"Kau pikir siapa yang akan merestui hubungan kau dan anakku? Kau hanya bocah tengik, berandalan, sampah masyarakat tak berguna!" ucap Wildan tajam.
"Putriku memang bodoh menyukai lelaki sepertimu!" ucap Wildan membuatku merasa terhina.
"Ed seorang penipu, pemeras keluarga kakaknya, Evelyn Alexander dan Ed senang judi dan mabuk-mabukan. Kau memang dilahirkan dalam kenistaan Nic.."ucap Wildan.
"Kau takkan bisa bersanding dengan putriku, meski keajaiban datang sekalipun!" ucap Wildan lalu berjalan menjauhiku.
"Buang dia dari kota ini, aku tak mau melihatnya berkeliaran lagi di kota ini." ucap Wildan kepada salah satu anak buahnya.
Aku hanya bisa diam, meresapi hinaan yang sudah dia torehkan di hatiku. Aku memejamkan mataku dan senyuman Wanda menghiasi pikiranku. Wanda, kenapa kau terlahir dari keluarga Winata??!!
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My One and Only (Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓
RomanceKisah kekisruhan dinasti Alexander atas kematian Xavier Alexander yang menyebabkan Felix sakit-sakitan. Megan seorang putri Alexander yang di jadikan harapan satu satunya ternyata kurang handal untuk mengurangi kekacauan yang ada di perusahaan Xande...