Part 34

5K 489 13
                                    

Happy Reading....

Nicholas Pov

Aku menggelengkan kepala dengan ide gila Warren yang berpura-pura akan bertunangan. Aku tahu Warren naksir Alena yang super dingin, aku sendiri tak tahu kenapa Alena bisa sedingin itu?

"Ide cemerlang kan?" tanya Warren membuyarkan lamunanku dan aku hanya mengusap kepalaku.

"Aku tak mau bisnis di campur adukkan dengan cinta."

"Kau jangan khawatir..." ucap Warren.

Hari ini aku, Warren dan Alena harus bekerja keras menyelesaikan proyek kami.

"Aku harus pulang.." ucap Alena membuatku bingung.

"Hari masih sore Miss Grace.." ucap Warren dingin, aku mengangguk karena pekerjaan kami masih 60 persen.

"Aku kerjakan di rumah saja, secara online.." ucap Alena lagi membuatku curiga. Ada apa? Namun aku mengabaikannya dan Alena hanya mendengus kesal dan kembali bekerja.

Keanehan Alena semakin menjadi ketika Warren sedang menfoto kopi hasil ketikan kami dan Alena bertugas mengetik sebagian teks untuk presentasi.

"Nic, jangan tinggalkan aku.." ucap Alena dengan wajah pucatnya.

"Kau sakit?" tanyaku merasa bersalah. Alena menggeleng namun kepalanya menunduk, tak lama datang Amara bodyguard Alena.

"Maaf, boleh saya membawa Miss Alena pergi?" tanya Amara dan aku akhirnya membiarkannya pergi.

Namun ada sesuatu yang mencurigakan, aku segera mencari tahu siapa Alena. Aku membaca semua masa lalunya dan....

Alena korban pelecehan seksual ketika berumur sepuluh tahun dan dia mengidap Nuctophobia, ketakutan akan kegelapan. Pantas saja dia ingin cepat pulang karena tak mau bergelap-gelapan di jalanan sendirian dan Amara menjemputnya agar penyakitnya tak kambuh.

"Kau sedang apa?" tanya Warren membuatku terkejut.

Warren menatap hasil retasanku.

"Kau tertarik pada Alena?" tanya Warren.

"Tidak, aku hanya penasaran, sikapnya terasa tak wajar dan bacalah..." ucapku dan Warren pun membacanya.

"Pantas saja dia dingin dan... Aku tak bisa.."

"Tak bisa apa?" tanyaku penasaran.

"Aku tak mau memiliki istri yang cacat, aku ingin gadis yang memiliki masa lalu yang baik bukan bekas di perkosa." ucap Warren membuatku tak mengerti dengan pemikirannya.

"Aku bisa melupakan perasaanku pada siapapun, dengan alasan kuat." ucap Warren enteng dan aku hanya mengedikan bahu. Terserah, toh yang menjalani dia bukan aku.

Aku jadi teringat Wanda, meski dia sudah tak suci lagi aku tak peduli. Ada juga pria seperti Warren yang benar-benar pemilih.

Wanda, dimana kau berada? Aku merindukanmu.....

Warren Pov

Aku kecewa setelah mengetahui masa lalu Alena. Aku pikir dia gadis baik baik, memang bukan salahnya jika dia di perkosa. Siapa sih yang mau? Tapi aku ingin seperti ayah yang mendapatkan keperawanan mom, Kak Wildan yang mendapatkan keperawanan kak Lea dan banyak contoh lainnya.

Aku berperinsip jika wanita yang sudah tak perawan pasti akan ketagihan dengan seks dan seks itu sendiri menjadi kebutuhan biologisnya yang akan membuat wanita itu bersifat jalang. Aku tersenyum sinis, jika aku bersama Alena, sama saja dengan aku yang menjadi penyuka jalang.

Aku selalu menghindari Alena dan seperti yang memiliki feeling kuat, Alena pun berprilaku sama. Menjauhlah Alena, karena aku tak bisa menikahi gadis yang tak perawan lagi.

Akhirnya perusahaan Winata kembali bangkit dan proyek kami akan segera selesai. Aku senang, Nic sangat baik  meski awalnya aku heran kenapa Nic juga berkerja sama dengan Haikal Bennet, dan aku tahu jawabannya. Nic sengaja mengajak kerja sama Haikal agar kehidupan Haikal tak tenang dan akhirnya mengundurkan diri sehingga membayar penalti pembatalan kerjasama dan dia menjual aset yang dia curi kepada Xander dan Nic mengembalikannya padaku.

Entah pemikiran dari mana, Nic takkan membalas musuhnya secara langsung tapi secara mental. Aku rasa, aku harus belajar darinya. 

Aku berjalan menuju basement, hari ini aku merasa lelah karena aku memilih pergi ke lapangan untuk menghindari Alena.

Deg

Jantungku berdegup kencang ketika melihat Alena menembak seseorang dengan pistol peredam. Alena mafia? Aku segera mendekati Alena dan dia tampak terkejut melihatku. "Winata.." ucapnya datar. "Hmm... Kau pembunuh darah dingin juga." ucapku sinis. Ya, wajahnya cantik namun melihatnya segarang ini. Aku menilainya sebagai iblis betina. "Pergilah, jangan ikut campur!" ucap Alena sambil menyalakan ponselnya. "Grace..." gumanku mencoba mengingat ingat nama mafia namun setahuku tak ada nama Grace!

Alena menatapku tajam. "Pergilah.." usirnya dan tak lama beberapa orang datang dan mensterilkan area. Alena berjalan meninggalkanku dan aku segera mengejarnya. "Tunggu Alena, siapa kau sebenarnya?" tanyaku penasaran dan gadis itu menatapku sinis. "Apa urusanmu?" tanya Alena dingin. "Kau bukan mafia!" ucapku. "Aku memang bukan mafia.." ucap Alena sambil tersenyum miring lalu mendekatiku. "Aku pembunuh bayaran...." bisik Alena membuat tubuhku menegang. Apa? Aku tak percaya jika gadis yang tampak lemah ini adalah pembunuh bayaran. "Kau bercanda!" ucapku tak percaya. "Terserah Winata, jangan ikuti aku. Menjauhlah dariku." ucapnya tegas lalu pergi meninggalkanku.

Hatiku terasa sakit, kenapa aku tak rela mengetahui profesi Alena? Apa yang terjadi dengan perasaanku ini?

Tbc

My One and Only (Sudah Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang