Part 7

16 4 7
                                    

"Halo Assalamualaikum, Kak. Iya ini masih dikantor dikit lagi selesai, Aku mesti nyuci piring dulu Kak, iya-iya. Habis dari sini Aku langsung ke Kantor Camat. Udah hadir semua emangnya Kak? Ok. Makasih ya Kak." 

Aku pun memutus sambungan telephone Ku dengan Kak Moly Senior satu OPD. Menganggur beberapa bulan setelah tamat sekolah membuat Ku berfikir keras untuk mendapatkan Pekerjaan tetap. Dengan bermodal tekad dan kegigihan Aku pun memasukkan lamaran ke Kantor Camat Panam Barat, selagi menunggu panggilan Kerja aku pun bekerja serabutan di sebuah Warung Nasi kenalan Bapak dulu. Sebenarnya ego ku sangat tinggi untuk menerima pekerjaan ini, mengingat Bapak yang telah meninggalkan Ku dan Keluarga pernah bekerja disana sebelum memilih tinggal dikampung halaman istri barunya. Ditambah lagi Aku harus hidup sendiri di Kampung setelah Ibu dan Adik Ku diboyong Kakak Tertua Ku untuk tinggal bersama mereka, membuat Ku terpaksa harus mandiri. Dan Alhamdulillah ini Tahun kelima Ku bekerja sebagai Tenaga Harian Lepas atau lebih tepatnya Cs di Kantor Ku. Berbeda dengan teman-teman seperjuangan dulu di SMK yang lebih memilih melanjutkan Pendidikan mereka dan memiliki Pekerjaan tetap yang menjanjikan membuat Ku sedikit minder dan menghilang dari peredaran, tidak satupun kontak teman-teman di Kelas XII dulu yang ada pada Ku kecuali Dila dan dua orang sahabat sejati Ku. Rasa minder dengan hidup Ku yang stuck disitu-situ aja dan harus menjadi tulang punggung keluarga membuat Ku tidak pernah menghadiri reunian Kelas yang selalu diadakan tiap tahun. 

"Ojekk, bang."

"Kemana, dek?" Tanya si Tukang Ojek.

"Kantor Camat Panam Barat Bang, buruan ya Bang udah telat nih." Aku pun mendesak Bang Ojek untuk mempercepat laju kendaraannya. 

"Mati Gue, Apelnya udah mulai, kan malu kalau sampai Gue yang jadi Pusat Perhatian."

Aku pun memberhentikan Bang Ojek sedikit jauh dari Kantor Camat Panam Barat. 

"Nih, Bang. Makasih ya." Aku pun sedikit bergegas memasuki warung terdekat untuk menyelamatkan diri.

"Astaga." Aku pun memegang dadaku saat melihat Dua orang Pegawai Laki-laki Kecamatan Panam Barat malah asyik-asyikan nongkrong minum kopi dari pada ikut Apel.  

"Eh, Rin. Kok kamu disini? Gak ikut Apel?" Tanya Pak Rubi yang Perjaka Tua dan lumayan dikit lah tampangnya.

Dengan canggung pun Aku menjawab, "Gini Pak, saya telat, gak mungkin dong saya kesana tiba-tiba nyemprul dibarisan, ntar kalau camat yang baru liat bisa masuk daftar hitam sayanya. Haha." Tawa basa-basiKu. 

"Ya elah biasa aja kali, bilang aja baru selesai beres-beres Pak, udah gampang kan." Usul Bang Dodi, Sopir Camat Panam Barat.

"Buset deh Bang, ngomong baeee sih gampang, prakteknya ini yang susah." Tolak Ku. 

"Ya udah kalo gak mau mah nongkrong aja disini dulu, orang gak ngambil absen juga kok." Ajak Pak Rubi. "Mo minum apa? Pesan aja ama buk Mijah."

"Haha, gak usah Pak Aku mah udah sarapan tadi, makasih deh Pak. Habisnya saya denger rumor mah kalo orang-orang yang tamatan IPDN gitu rada-rada kejam dikit, yaelah sialnya hari pertama saya udah sial banget kayak gini." 

"Bang Rub, banggggggggggg, Rin. Ngumpet-ngumpet." Sorak-sorai Bang Dodi yang tiba-tiba berlari kearah dapur warung membuat kami kalang kabut ikut berlarian. Sesampainya didapur kami pun mencari posisi aman untuk bersembunyi dan bertanya-tanya apa yang terjadi.

"Bang Dod, ada apa sih? Bikin jantungan aja." Protes ku karena serangan mendadak Bang Dodi. 

"Ssuutttttttttttt, diem." Bisik Bang Dodi dengan jari telunjuk menempel di bibir.

"Apaan?" Ucap Ku sepelan mungkin. 

"Dod, lu kurang kerjaan banget sih pake ngerjain segala." Protes Pak Rubi yang tiba-tiba ngeh kenapa juga Dia pake acara ngikut segala waktu Bang Dodi kasih aba-aba buat Kabur. 

My OirWhere stories live. Discover now