Chapter 22: The Truth About Ray And Louis.

4.7K 441 54
                                    

Chapter ini penting. Semua rencana busuk Ray bakal dijelasin di sini. Jadi mohon dibaca selengkapnya ya, biar kalian ngerti. 

Happy Reading!

***

Zeenadey's POV

Aku terbangun dengan sendirinya. Entah karena aku sudah merasa cukup tidur, atau karena aku sadar bahwa Zayn sudah tidak berada di sampingku. Tidurku kali ini tidak teganggu oleh mimpi buruk apapun. Mungkin benar, bahwa Zayn dapat menghalau mimpi-mimpi burukku jika datang lagi. Walaupun dengan tangan kosong.

Aku menghampiri meja rias untuk mengambil sisir dan menyisirkannya pada rambutku. Aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Maksudku, hari ini aku dan Zayn akan mencoba untuk memecahkan teka-teki tentang keberadaan Louis. 

Tapi, tidak semua teka-teki dapat dipecahkan, kan?

Hari ini adalah hari yang menentukan nasib kami. Khususnya nasib Louis. Jika hari ini aku dan Zayn berhasil menemukan Louis berada, maka nasib kami akan berlanjut dan ditentukan oleh hari esok. Tapi jika aku dan Zayn gagal? Mungkin kami semua hanya dapat menyesal dan berdoa agar Louis dapat menjalankan hari eksekusinya dengan lancar. Tanpa merasakan rasa sakit. Tapi itu semua terlihat tidak mungkin.

Setelah melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh kurang sepuluh, kuputuskan untuk keluar kamar.

"Morning." Sapa Zayn yang sedang duduk di kursi meja makan.

Aku hanya tersenyum menanggapinya, lalu menghampiri dan duduk di sebelahnya.

"Ke mana yang lain?" Tanyaku.

Zayn mengangkat bahu. "Mungkin masih di kamarnya. Tapi sebentar lagi mereka akan bergabung untuk membahas sesuatu."

"Sesuatu apa?"

"Tentu saja sesuatu yang menyangkut dengan Louis." Aku mengangguk kepada Zayn.

Zayn mengelus kepalaku, dan berkata, "Tadi pagi aku mendapat kabar dari Kedutaan Besar Korsel, bahwa hari ini pegawai pulang cepat. Sekitar pukul tiga sore." Jelas Zayn sambil terus mengelus kepalaku.

"Kenapa begitu?"

"Entahlah, mungkin mereka ingin mempersiapkan semua hal untuk eksekusi Louis." Aku bergidik setelah Zayn mengucapkan kata 'eksekusi'.

"Dan aku ingin menghabiskan bersamamu waktu sesudah pulang kerja. Kau mau kan?" Tanyanya.

Oh, tentu saja aku mau, Zayn. "Tentu saja." Ucapku sambil tersenyum.

Zayn mendekatkan wajahnya ke telingaku, dan membisikkan, "Aku mencintaimu."

Kupeluk dirinya dengan erat. "Kau kan sudah tahu, aku pun begitu."

Zayn menjauhkan dirinya dariku, lalu mendekatkan wajahnya kembali, dan menciumku lembut. Bisa kurasakan dirinya yang tersenyum di sela-sela ciuman kami.

"Selamat pag-- hey! Ini masih pagi, dan kalian sudah bemersraan saja?!" Harry muncul dari balik pintu kamarnya.

"Kau ini, menganggu saja." Ucap Zayn sinis.

"Haha, maafkan aku. Ke mana yang lainnya?" Tanya Harry.

Aku dan Zayn mengangkat bahu secara bersamaan, sebelum Niall, Trixie, Liam, dan Ray keluar dari kamarnya.

Mereka berempat lalu langsung duduk bersama kami.

"Jadi, hari ini Davin dan Dy akan mencoba untuk mencari keberadaan Louis, kan?" Tanya Niall yang kemudian mengambil empat lembar roti. Astaga, dasar raja makan.

The Girl Who Can't Cry [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang