Chapter 5

9.2K 592 29
                                    

Aku dibangunkan oleh alarm dari ponsel putihku. Setelah mematikannya, aku beranjak ke kekamar mandi untuk cuci muka dan menggosok gigi.

Terdengar suara Zayn yang memanggil namaku disaat aku sedang menyisir rambut coklatku ini, dengan segera aku keluar dari kamar dan menuju lantai bawah.

“Ada apa Zayn?” Zayn yang sedang menyiapkan sarapanpun menatapku sejenak.

“Ini, cepat makan dulu. Lalu kau mandi dan kita akan berangkat ke markas untuk mengambil senjata baru dan alat tambahan.” Ucap Zayn sambil mengolesi roti kupasnya dengan selai kacang.

Aku mengangguk dan duduk dikursi yang berhadapan dengan Zayn, lalu mulai mengolesi roti tawarku dengan selai stroberi.

“Zen, kawau boweh taoew--“

“Telan dulu makananmu, lalu berbicara.” Peringat Zayn kepadaku. Aku tersenyum nyengir menanggapinya.

“Ok. Kalau boleh tau, apa yang dimaksud dengan Secret Agent’s stuff? Apa itu alat khusus untuk agen rahasia?” Tanyaku yang telah selesai makan.

Zayn mengelap ujung bibirnya dengan tissue. “Ya, itu barang khusus untuk agen rahasia. Terlalu rumit jika dijelaskan tanpa memperlihatkan barangnya, jadi aku akan menjelaskan padamu nanti sekalian mengambil alat-alat itu dimarkas besar, sekalian membuatkanmu kartu tanda sebagai agen.” Jelas Zayn.

“Baiklah. Aku akan mandi dulu ya, Zayn.” Ucapku bangkit dari duduk.

“Ya. Dan mulai hari ini kau sudah harus memakai seragam agen rahasia jika ingin ke markas. Seragamnya sudah kutaruh dilaci lemari pakaianmu ya, Zee.” Zaynpun ikut bangkit dari duduknya.

Jadi aku harus memakai seragam yang serba hitam itu, huh? Tak apalah, keren juga.

****

Zayn’s POV

Setelah berpakaian dengan pakaian wajibku ini, aku menyemprotkan sedikit minyak wangi pria ketubuhku dan melangkah keluar kamar sebelum berpaspasan dengan Zee yang juga keluar dari kamarnya. Pakaian agennya yang berwarna hitam ketat membuat lekukan tubuh indahnya terlihat.

“Kau cocok juga memakainya.” Pujiku sementara Zee hanya tersenyum malu.

“Ayo  berangkat sekarang, sepertinya Mr. Hendrick sudah menunggu.” Zee berjalan disebelahku kemudian mengeluarkan ponselnya dari tas coklat yang iya kenakan.

Sesampainya di garasi mobil, aku membukakan pintu untuknya sebelum dia masuk dan mengucapkan terimakasih.

Zee’s POV

Saat ini aku sedang bersama Zayn didalam mobilnya menuju markas agen rahasia lagi. Ada beberapa hal yang kami urus disana. Aku berkutat dengan pikiranku dikeheningan yang menyelimuti kami, sebelum suara Zayn membuyarkan semuanya.

“So, Apakah aku boleh meminta nomor ponselmu? Aku lupa memintanya lagi.” Ucap Zayn yang sedang mengemudi.

“E-eh? Tentu saja boleh. Aku juga lupa.” Ucapku yang kemudian memberikan nomor ponselku kepada Zayn.

“Eh, Zayn. Bolehkah aku bertanya?”

“Barusan itu kau sudah bertanya, Zee.” Cibir Zayn yang membuatku memutar mata. Huh, menyebalkan.

“Aku anggap kalimat kau tadi sebagai jawaban ‘ya’.” Sekarang giliran Zayn yang memutar mata dan mengangkat bahunya.

 “Begini, jika aku liat di film-film yang memiliki tokoh utama sebagai agen rahasia dan sejenisnya, mengapa disitu mereka terlihat- maaf, belagu dan jutek? M-maksudku ya Aku mengerti  ini pertanyaan yang tidak perlu dijawab, tapi aku hanya ingin tahu pendapatmu sendiri sebagai agen sungguhan, menurutmu apa yang membuat mereka bersikap seperti itu?” Akhirnya aku pusing sendiri dengan pertanyaanku yang berbelit-belit.

The Girl Who Can't Cry [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang