part .9. FEELING PROBLEM

2.7K 133 1
                                    

Selamat membaca..
Maafkan Nhysa karena ceritanya sempat mengalami hiatus...
Karena beberapa alasan...
Buat yg baru baca salam kenal dariku yah..
Jgn lupa follow aku dlu..
And koment nanti aku balas
Tolong vote kasi Bintang tanda support buat author_nya... 😅😅
Kasihan author nya sampe ngemis like..
.
.
.

Selamat membaca 💕❤



Setelah kejadian malam itu. Wizzy menghindari Brian, segera ia mengganti kunci pintunya karena yang dulu entah bagaimana caranya Brian bisa masuk. Misi melupakan Brian ia mulai dari mendekor ulang penataan rumahnya , mengusir segala bayang-bayang Brian yang menghiasi setiap sudut rumahnya. Beruntung pria itu tidak pernah menampakkan dirinya.

Tetap saja tak semudah itu melupakannya. Hatinya begitu terluka di permainkan oleh Brian. Hubungannya dengan Demian berjalan begitu saja. Meski Wizzy tidak memiliki perasaan apapun terhadap Demian. Ia hanya pasrah dengan keadaan yang begitu membebaninya kini.

Ini sudah lebih dari seminggu berlalu. Wizzy baru pulang dari minimarket yang tidak jauh dari rumahnya. Segera ia menyusun belanjaannya di dapur. Memasukkan sebagian ke dalam lemari pendingin satu per satu. Wizzy kemudian  menutup pintu kulkas namun sangat terkejut dengan kehadiran Brian yang tiba-tiba sudah berdiri di sana

" Oh ya Tuhan" Wizzy benar-benar terkejut, berpikir ini hanya halusinasinya. Di liriknya kunci rumahnya yang masih tergeletak di meja dapur. Wizzy berlalu dan mengabaikannya. Namun langkahnya terhenti jantungnya semakin berdegup kencang.

" Wizzy.. " Brian masih di sana dengan tatapannya yang tak terbaca. Wizzy menyadari ini bukan khayalannya. Saat Brian mulai melangkah mendekatinya. Wizzy segera mundur sadar bahwa Brian tidak perlu menggali rasa yang paksa ia kubur. Tidak perlu ia bertanya bagaimana caranya ia masuk. Kini usahanya melupakan buyar sudah. Perasaan menginginkan tetap sama tak berubah

"Stop !. Jangan mendekat. Sebaiknya kau pergi dari sini !" Ucap Wizzy dengan nada marah dan tak menyangkah Brian benar-benar ada di rumahnya saat ini.

" Wizzy dengarkan aku dulu...

" Sudah cukup Brian. Tidak ada yang perlu kau jelaskan. Ok . Aku sudah paham. Dan di antara kita tidak ada apa-apa lagi" seru Wizzy marah.

" Aku terpaksa melakukan ini Wizzy. Yang kau lihat malam itu hanya...

" Berhenti bermain-main dengan perasaanku Brian. Ingat kau sudah bertunangan. Hubungan kita kemarin itu hanya sebatas kesenangan saja bukan?"

" Apa kau akan melupakanku begitu saja? Semudah itu?" Brian berusaha mendekat pada Wizzy yang semakin mundur menjauh.

" Yah harus semudah itu. Itu hal yang mudah tidaklah sulit" Ujar Wizzy menelan ludah yang sudah hampir menangis.

" Ada sesuatu hal yang membuatku tidak bisa menolak keinginan Rebecca." Brian nampak berusaha

" Wizzy aku tidak ingin kau melupakanku, meninggalkan ku begitu saja dan berpaling pada Demian. Aku tidak ingin kau menikah dengan Demian. Aku tidak akan rela. Tidak akan pernah"

" Kenapa Brian ?. Kau tidak terima jika nanti aku menjadi keluarga Bram Admaja bukan ?. Kenapa ? Apa karena aku  hanya dari kalangan rendah seperti tunanganmu katakan?"

" Ini semua salahku Brian. Semestinya kita tidak bertemu malam itu. salahku yang tidak menghindarimu sejak aku tahu kau sudah punya pasangan. Salahku yang tidak tahu apapun tentangmu. Salahku yang begitu bodoh menuruti segala keinginanmu. Salahku yang menggunakan perasaanku terhadapmu. Salahku yang mulai mencintaimu yang sejak awal bukan milikku. Ini semua salahku" kalimat Wizzy semakin bergetar tidak mampu menahan dirinya untuk menangis. Kini Brian memeluknya erat penuh kehangatan. Wizzy semakin tidak berdaya di barengi rasa nyaman merasukinya

" Aku juga mencintaimu Wizzy. Aku jatuh hati padamu sejak pertama melihatmu di panti 12 tahun lalu. Perasaan ku tidak pernah berubah sejak saat itu terhadapmu. Jauh sebelum aku mengenal Rebecca. Aku sudah mencintaimu selama itu" ujar Brian yang membuat Wizzy tersentak tidak menyangka. Ini kali pertama Brian mengatakan cinta padanya bahkan ternyata sudah sejak lama . Berusaha mengingat apa pernah sosok Brian ada 12 tahun lalu

" Apa yang ku lakukan kemarin agar aku tidak lagi kehilanganmu Wizzy. Karena hanya aku yang bisa memiliki mu. Kau salah jika berpikir aku hanya mempermainkan mu"

Wizzy berpikir keras. Jika memang Brian mencintainya selama itu. Lalu kenapa kemarin dia memilih bertunangan dengan Rebecca, bahkan pernikahannya tidak lama lagi. Brian terlalu bicara omong kosong.

" Maukah kau meninggalkan Rebecca untukku ?" Ucap Wizzy menatap mata Brian lekat lekat. Nada suaranya serius. Namun apa yang di lihat dari mata Brian. Pria itu hanya diam bergeming, menatap sendu wajah Wizzy. tidak bisa ia jelaskan pada Wizzy saat ini.

Wizzy tersenyum masam.

" Sudahlah, sebaiknya kau pulang"

" Apa yang terjadi denganmu ataupun denganku. Sama saja Wizzy. Kita akan memilih menikahi orang yang tidak kita cintai hanya karena sebuah alasan" penjelasan Brian semakin membuatnya bingung dan tidak paham.

" Ya aku tidak mencintai Rebecca, tidak akan pernah Wizzy. Pernikahan ini hanya sebatas formalitas saja. Ada alasan yang belum bisa ku jelaskan padamu kenapa aku membiarkan Rebecca bertunangan denganku. Apa kau bisa memahami ku Wizzy" lanjut Brian yang seakan memahami kebingungan Wizzy

" Aku tidak paham, sama sekali tidak Brian. Sudahlah sebaiknya kita lupakan ....

Kalimatnya tertahan saat Brian sudah melumat lembut bibirnya hanya sesaat tapi cukup membungkam Wizzy

" Aku tidak mau kau marah padaku, kau tidak boleh benci padaku. Tetaplah bersamaku karena aku memilih mati jika kau mengabaikanku Wizzy"

" Aku memang egois Wizzy. Keegoisanku agar kau tidak meninggalkanku. Begitulah perasaan cintaku padamu Wizzy. Aku tidak perlu mengatakan kau harus membalas cintaku karena di matamu sudah terlihat jelas kau juga mencintaiku"

" Jika aku menikah dengan Rebecca percayalah padaku itu bukanlah atas dasar cinta "

Wizzy hanya terdiam mendengar penjelasan Brian. Jauh di lubuk hatinya ia memang ingin bersama Brian. Bagaimana jika Rebecca atau Demian mengetahuinya.

" Haruskah aku percaya?" Batinnya.

Sebaiknya kau pergi Brian, aku butuh sendiri.

Kenapa cinta harus serumit ini. Kenapa kita harus rela terluka atau berkorban demi cinta.

To Be continued...

Feeling ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang