Chapter 4

2.2K 320 28
                                    

Perlahan kedua kelopak mata Sohyun terbuka. Langit-langit bewarna putih belum membawa kesadarannya pulih sepenuhnya. Terakhir yang ia ingat kalau ia sedang berada di kamar. Dan juga suara Ji Won, sebelum akhirnya ....

"Akh." Sohyun terduduk dengan cepat sesaat ia menemukan tempat ini asing.

Ia memegang pelipisnya. Akibat bergerak terlalu cepat menyebabkan ia merasa pusing.

"Syukurlah kau sudah sadar, Nona Kim."

Sohyun menoleh. Terperanjat menemukan sosok baya yang sempat tertidur di sofa. Dia adalah Bibi Kim yang kini meremat tangannya. Menampilkan kernyitan di dahinya tatkala menatap Sohyun yang masih pucat.

"Bibi." Suaranya parau.

"Jangan seperti ini lagi, Nona," tukas perempuan paruh baya itu terdengar cemas. "Kau membuatku ketakutan," lanjutnya.

Sohyun tidak tahu kenapa ia harus menitikkan air mata di depan wanita yang terlihat sedikit lebih tua dibandingkan ibunya. Hatinya terasa perih dan ia tak bisa berhenti menangis.

Bibi Kim memeluk tubuh ringkih Sohyun. Walaupun tak bersuara, kesepian di hati si Nona Muda tergambar jelas. Wanitaia merasa iba. Nyatanya Sohyun begitu rapuh meski dari luar ia berusaha tampak tegar.

***

Ini hari ketiga setelah Sohyun kembali dari rumah sakit. Ia sudah bisa kembali melakukan rutinitas harian yang memang monoton. Seperti ke sekolah.

Depresi.

Sohyun masih ingat kata yang diucapkan dokter pada ayahnya sebelum ia diperbolehkan pulang. Terdengar mengerikan tatkala gadis belia seperti dirinya; harta berlimpah, rupawan, dan sering dijuluki jenius, secara fisik terlihat tidak ada yang salah dari Sohyun. Namun, hasil pemeriksaan dokter seakan memecahkan topeng di muka Sohyun. Juga ayahnya.

Akan tetapi bukan hal itu yang paling ia kenang. Melainkan Sohyun masih mengingat jelas raut muka ayahnya yang tidak senang setelah mendengar diagnosa dokter.

Apa kau sudah gila? Beraninya kau membuatku malu di depan dokter bodoh ini!

Sohyun tidak memberikan ekspresi saat ayahnya memandang dirinya seolah sedang memaki dirinya dalam diam.

Begitu juga di sepanjang perjalanan pulang. Baik Sohyun ataupun ayahnya, keduanya enggan berbicara. Hingga akhirnya tiba di rumah.

Dibantu salah satu asisten rumah, Sohyun bergegas pergi menuju kamarnya dan kembali mengunci diri.

Dan hari ini, putri bungsu Kim itu memilih memaksakan diri ke sekolah dibandingkan mati kehabisan napas berada di rumah yang pengap.

Iris Sohyun menangkap keberadaan Taehyung yang keluar didampingi ibunya. Saling melempar tersenyum dan sangat membuat iri.

"Ah, Nona Kim, apa kau sudah sehat? Kau seharusnya masih beristirahat. Jangan terlalu memaksakan dirimu," ucap Bibi Kim begitu pandangannya berserobok dengan Sohyun.

Tidak langsung memasuki mobilnya, Sohyun malah berjalan pelan ke arah keduanya—Taehyung dan ibunya.

Taehyung sedikit memiringkan kepalanya. Agak bingung dengan sikap Sohyun yang dianggapnya beda.

"Kau mau pergi ke sekolah sekarang?" Pertanyaan Sohyun yang konyol membuat Taehyung termangu.  "Apa aku boleh berangkat dengannya, Bi?" sambungnya sambil mengalihkan pandangan ke wanita yang berada tepat di sebelah Taehyung.

I Was Made For Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang