Chapter 6

2.1K 291 17
                                    


"Bu ... kenapa kau harus pergi?" tanya gadis kecil berusia sepuluh tahun sesaat memiliki kesempatan berbicara melalui telepon genggam.

"Maafkan ibu, Sayang. Maaf ibu tidak bisa membawamu tinggal bersama ibu. Mungkin kau menganggap ibu kejam padamu, tapi suatu hari nanti ibu berharap kau akan mengerti semua ini," balas suara dari seberang terdengar lembut.

"Hiks ... hiks ... aku benci Ayah! Aku benci Ibu! Aku benci kalian!" Gadis kecil itu meraung. Terisak sedih.

Ingatan lama yang membangunkan Sohyun dari mimpinya. Air mata mengalir di pipinya. Menyesakkan. Bahkan bunga tidurnya hanya berisikan kesedihan. Kenangan akan sosok gadis kecil yang tak lain adalah dirinya sendiri.

Sudah lama ia tidak sesedih itu. Berbicara tentang menangis, ingatan Sohyun berkelebat  jelas pada masa ia menangis tersedu-sedu di dada bidang Taehyung. Menghabiskan waktu agak lama sebelum akhirnya ia berhenti.  Ikut menarik atensi beberapa orang di sekitar mereka dan mengira Taehyung-lah penyebab ia menangis.

Namun anehnya, pemilik suara berat itu tidak menolak atau membujuknya agak lekas berhenti. Cuma membiarkan ia terus menangis. Mengeluarkan semua bulir beningnya. Tidak peduli bagaimana netra di sekeliling mereka memandangnya dengan artian negatif.

Senyum simpul terbentuk di paras Sohyun. Kejadian yang manis. Bertambah satu lagi kenangan indah dalam hidupnya.

"Nona Kim."

Suara akrab menghentikan lamunan Sohyun berpaling pada sosok yang menyembulkan kepalanya di pintu kamar.

"Bibi Kim." Sohyun menyeka sisa tangis dari ekor matanya.

"Apa boleh aku masuk?"

Sohyun membiarkan wanita paruh baya itu mendekatinya.

"Tadi Tuan Besar Kim meninggalkan pesan sebelum ia pergi bermain golf. Ia meminta nona untuk bersiap-siap menghadiri acara nanti malam. Ini dia undangan yang harus nona hadiri."

Selembar undangan diambil dari tangan Ibu Taehyung. Tinta emas di bagian depan tak membuat Sohyun antusias. Membacanya sekilas, lalu ia  membuang kertas berukuran sedang itu asal.

Ibu Taehyung memperhatikan sikap arogan Sohyun. Namun, ia tidak berani bertanya. Yang ia tangkap cuma perubahan air muka Sohyun yang tampak tidak senang membaca isinya.

***

"Aku benci acara seperti ini. Terlalu berlebihan," gerutunya pria muda berambut keemasan itu pada kedua orangtuanya yang sedang bersiap-siap. Maklum saja, keduanya akan menjadi bintang pada perhelatan malam ini.

"Adeul* ... inilah beban yang harus kau tanggung sebagai pewaris keluarga Yook," jelas ibunya sembari memasangkan dasi ke suaminya. (Adeul : sebutan untuk anak laki-laki)

Putra tunggal keluarga Yook duduk merengut di tepian kasur orang tuanya. "Aku tahu. Tapi ini berlebihan, Bu. Apa kita memang perlu merayakan ulang tahun semeriah ini? Padahal aku bisa saja merayakannya dengan teman-temanku. Clubbing jauh lebih asyik.  Sama saja 'kan, Bu," rengeknya dan berdiri. Menempel manja pada sang ibu.

"Hanya kali ini dengarkan Ibu dan Ayah. Apa kami pernah melarangmu melakukan semua kegiatan bodohmu itu? Jadi, kali ini jangan membantah! Sebentar lagi para tamu akan berdatangan. Cepatlah bersiap. Jangan buat malu Ayah dan Ibu."

Yook Sungjae namanya. Bibirnya maju merengut kesal. Alih-alih merayu, ia malah mendapatkan ceramah.

***

I Was Made For Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang