Chapter 2

3.1K 366 21
                                    

"Aku pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pulang ...."

Pemuda bersuara dalam dan berat—khas—itu memberi salam bersamaan membuka pintu rumah kecil yang sudah puluhan tahun ia tinggali.

"Selamat datang, Adeul*," sambut wanita paruh baya dengan senyum ramah tercetak jelas di wajahnya. "Bagaimana hasil ujianmu? Sudah keluar, 'kan?" lanjut ibunya seraya membantu sang putra melepaskan ransel yang tergantung di punggung belakangnya. (Adeul = sebutan anak laki-laki).

"Eoh," sahut Taehyung serak tanpa sadar menyentuh hidunya. Gestur sederhana yang sering didapati bila ia sedang tidak nyaman atau malu.

"Apa masih sama seperti sebelumnya?" Dan ibunya bisa menebak.

Mungkin benar ia sangat tertarik pada setiap hasil ujian anaknya. Namun, ibunya juga yang paling tahu bagaimana kerja keras Taehyung. Terus belajar dan belajar. Taehyung, selaku putra sulung selalu ingin memberikan yang terbaik dan harapan bagi keluarganya.

Dan itu sudah lebih dari cukup.

"Maaf, Bu." Taehyung berucap lirih. Kepalanya menunduk. Terselip rasa malu karena ia terus memberikan hasil yang sama. Tidak meningkat, hanya bertahan di posisi yang itu-itu saja. Padahal ia ingin sesekali memberikan kabar baik pada ibunya. Setidaknya satu kali. Kendati demikian, masih saja gagal.

Ibunya menepuk bahu Taehyung pelan. Ia berujar, "Tidak apa-apa. Terima kasih untuk kerja kerasmu." Dengan senyum ramah yang diumbar.

Taehyung lega, meski sedikit. Mau bagaimana lagi, kali ini pun ia harus mengakui kalau nona muda Kim memang lebih pintar darinya.

***

Dari balkon kamarnya, Sohyun bisa mendengar suara-suara bercengkerama akrab yang menggambarkan kehangatan sebuah keluarga. Suara yang berasal dari rumah kecil yang persis terletak di sebelah rumahnya. Seorang wanita paruh baya dan keduanya putranya ikut menyambut sang suami yang baru saja pulang kerja.

Sunggu membuat iri. Kehangatan demikian tidak pernah ia dapatkan walau menyandang status sebagai putri bungsu keluarga Kim yang disegani.

Rumah kecil itu adalah rumah Taehyung. Tidak benar-benar miliknya, hanya mereka sudah lama tinggal di sana. Tinggal di lahan yang sama dengan keluarga Sohyun. Karena pengabdian keluarganya sudah lama, Tuan Besar Kim—Ayah Sohyun—menyediakan tempat tinggal untuk mereka.

Meski kecil, suasana di sana kontras dengan rumah besar nan mewah yang ia tinggali.

Sohyun keluar dari kamarnya dan tak sengaja melihat ayahnya sudah pulang. Bukan seperti keluarga pada umumnya, keduanya tidak saling menyapa. Pria jangkung yang masih tegap di usia hampir memasuki empat puluh tahun itu hanya melihat sekilas ke arah putrinya sebelum ia masuk ke kamar tanpa sepatah kata pun.

Begitu juga dengan Sohyun. Tak ada niat untuk berbasa-basi. Atau terlihat senang menyambut kepulangan ayahnya. Memikirkannya pun tidak.

Sohyun terus menuruni anak tangga hingga ia tiba ke dapur. Sepi. Tidak ada siapa-siapa. Rumah yang begitu besar dengan delapan orang asisten rumah, tapi masih terasa sepi. Terlebih sejak putri tertua, Kim Ji Won, menikah. Hidupnya tak ubah sebatang kara yang terkurung di istana besar.

I Was Made For Loving You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang