Road to Hijrah

3.4K 234 30
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Road to Hijrah 

Keep Istikamah Di Jalan-Mu

by @Noermaa (Rima Noer Mala)

Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di salah satu Madrasah Aliyah swasta. Aku tidak mau jika hari ini sampai terlambat, masa siswa baru malah terlambat, apa kata dunia? Dan kali ini aku memakai seragam yang berbeda—tidak seperti biasa yang aku kenakan. Jilbab putih segi empat yang kulipat menjadi ukuran besar dan ami warna hitam yang sengaja aku pakai membuat penampilanku sangatlah berbeda.

Belum lagi seragam ini harus di keluarkan memakainya—tidak di masukkan ke dalam. Setahuku, sekolah itu biasanya membuat kedisiplinan melalui pakain yang di masukkan ke dalam, tapi di sekolahku sangatlah aneh, mereka membuat aturan khusus bagi para perempuan yakni dengan membuat seragam ini seperti baju kurung melayu. Jadi mempunyai belahan di kedua sisinya dan berukuran panjang hampir sampai lutut.

Ribet, gerah, dan aneh, itulah kesan saat pertama kali mengenakannya. Ahh!! Aneh-aneh saja sekolahku ini. Tapi aku harus bagaimana lagi? Mulai saat ini aku harus membiasakannya. Kata guru yang mengajar di sekolahku, itu semua dilakukan hanya demi menjaga aurat dan kehormatanku sebagai seorang perempuan. Perempuan itu adalah makhluk Allah yang paling indah dan berharga, jadi harus di jaga. Aku tahu akan hal itu—karena kewajibanku. Tapi, aku belum siap. Sungguh, aku belum siap.

Bahkan aku hanya menggunakan segala alat hijrah ini jika akan ada pemeriksaan yang dilakukan OSIS dengan waktu yang tak menentu.

"Gak dipakai mansetnya?" tanya teman yang duduk di sampingku. Dia sangatlah berbeda denganku, semua auratnya tertutup sempurna.

"Nggak hee, lupa. Lagian gak akan ada pemeriksaan, kan?" balasku. Aku tidak tahu apa responnya terhadap perkataanku.

Dan selain pada saat akan pemeriksaan, aku juga kadang menggunakannya jika bertemu dengan guru yang selalu menceramahiku untuk berhijrah di sela jam mengajarnya. Terkadang aku merasa bosan mendengarnya. Tapi, secara perlahan benteng keras yang menutup pintu hatiku mulai rapuh sedikit demi sedikit. Hatiku terenyuh saat mendengar ucapannya. Hatiku rasanya di hantam batuan besar, sungguh sakit dan menyesakkan. Ke mana saja aku selama ini? Kenapa aku baru menyadarinya sekarang. Maafkan hambamu ini ya Allah. Selama matahari belum muncul di barat, pintu taubat selalu terbuka lebar.

Perlahan-lahan aku mulai membiasakan mengenakan segala alat hijrah ini yang awalnya sangat aku benci. Jilbab yang aku kenakan juga aku lipat menjadi lebih besar. Bahkan aku juga mulai mengoleksi beberapa gamis. Selain itu, aku juga mulai membiasakan mengenakan jilbab pada saat ada di luar rumah. Tak jarang, keluargaku pernah menatapku dengan aneh.

"Kalau mau jalan-jalan keluar mending pakai celana aja. Jangan pake gamis mulu, ribet." aku sedikit kaget mendengarnya.

"Jilbabnya jangan gede-gede amat, terus kalo pake baju yang agak nge-pas dikit biar gak keliatan tambah gendut. Udah tau kan kalo badan kamu itu gede."

Rasanya aku ingin menangis. Apakah aku salah jika ingin berpenampilan layaknya seorang santri meskipun tidak mondok? Apakah aku salah jika ingin menjadi wanita yang menjaga kehormatannya? Apakah aku salah jika aku ingin menyiapkan surga bagi kalian? Apakah aku salah? Hijrah itu memang tak mudah, pasti ada yang mendukung dan ada yang tidak.

Kejadian itu sudah lama sekali berlalu. Kini aku bisa mengembuskan napas lega, keluargaku mulai terbiasa dengan penampilanku dan mereka juga perlahan-lahan mulai mengikuti jejakku. Kalau mau ngajakin hijrah, ajak yang banyak—jangan nanggung. Sekalian ajak warga satu kampung, kabupaten, atau seluruh negara sekalian. Seru kan kalo masuk surga rame-rame.

Setelah hijrah, pasti selalu ada rintangannya. Aku pernah mendengar beberapa orang perempuan yang berbicara sinis kepadaku atau mungkin kepada orang lain yang berhijrah juga.

"Percuma pake jilbab gede kalo mulutnya gak dijaga, kalo hatinya gak dijaga, kalo matanya gak dijaga, kalo telinganya gak dijaga. Mendingan aku yang gak pake jilbab tapi bisa ngejaga semua itu. Aku gak munafik," katanya.

Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengarnya. Hello!! Apakah orang yang mengenakan jilbab besar gak punya kesalahan? Manusia gak ada sempurna, mereka pasti punya kesalahan. Tapi setidaknya mereka perlahan mulai berubah, mereka sedang berusaha untuk memperbaiki dirinya. Sedangkan anda? Anda bilang dapat menjaga keempat poin tadi, tapi menjaga aurat saja anda tidak bisa. Ya Allah, tolong bukakanlah pintu hatinya.

Aku tahu, kalau aku pun juga belum bisa berhijrah sepenuhnya. Aku masih terkendala dalam beristikamah. Tapi, jika niat dan tekad kuat. Insya Allah pasti bisa. Untuk kalian yang belum hijrah, ayo hijrah!! Dan untuk kalian yang sudah berhijrah, semoga bisa tetap terus istiqomah, ya. Kita juga sama-sama mencari ridha Allah untuk menuju jannah-Nya. Semoga aku pun juga selalu istikamah di jalan hijrah ini.

Tunggu kisah hijrah berikutnya ya....

Hijrah StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang