Awal Hijrahku Karena Seorang Ikhwan

704 56 0
                                    

Awal Hijrahku Karena Seorang Ikhwan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awal Hijrahku Karena Seorang Ikhwan

By: @Sisilsila

Sebelumnya, aku ingin mengucapkan syukur kepada Allah Swt. untuk napas dan segala nikmat yang masih diberikan untukku.

Aku adalah seorang akhwat yang tak luput dari dosa kehidupan. Namun, Allah Swt. masih berbaik hati untuk memberiku hidayah sehingga aku masih diberikan kesempatan untuk berubah. Berubah ke jalan yang diridai Allah Swt. dan Rasulullah Saw. Ya, aku ingin berhijrah. Namun, apa aku sanggup untuk berhijrah sedangkan akhlakku saja belum sempurna, ibadahku belum bisa istikamah, dan dosaku masih tak terhitung?

Insya Allah Aku ingin berbagi sedikit tentang perjalanan hijrahku. Semoga bermanfaat dan menjadikan motivasi. 

Sekitar dua bulan yang lalu, aku tak begitu mengenal apa itu hijrah, istikamah, dan lainnya. Yang aku tahu hanya agamaku adalah Islam. Tapi aku malah hampir tidak pernah menjalankan syariat-Nya. Shalat pun aku jarang, apalagi mengaji. Padahal kehidupanku dekat dengan orang yang beragama.

Ya semacam itulah. Aku memang bisa mendapatkan nilai baik saat pelajaran agama karena aku cepat menghafal materi. Iya, aku hanya bisa menghafal saja tanpa pernah menjalankan ataupun mengamalkannya. Dan setelah itu, aku tak merasa berdosa sedikitpun. Padahal kedua orangtuaku selalu mengajarkan tentang agama padaku. Tapi, aku mana peduli. Aku hanya mengiyakan saja agar aku tidak diceramahi panjang lebar.

Itu kehidupanku di rumah, belum lagi banyak dosa yang aku perbuat saat di sekolah. Karena sekolahku negeri, makanya perempuan dan laki-laki berbaur tanpa dipisahkan oleh ruangan yang berbeda. Kami bisa bebas untuk bercanda, bergurau, berpegangan, dan lainnya. Bahkan karena pergaulan itu kerap kali aku terbawa sisi negatifnya. Yaitu sering berbicara kasar dan kotor, berani membantah orangtua, berbuat menyimpang, dan kerap melanggar peraturan.

Alhamdulillah, karena didikan orangtuaku yang lumayan keras, aku masih bisa mengontrol diriku agar tidak sampai melebihi batasan. Aku tak pernah merasa segan saat berbicara dengan lawan jenis. Yang ada aku malah merasa senang. Perempuan labil sepertiku pasti pernah memiliki rasa ketertarikan dengan seorang ikhwan yang tak beda jauh sepertiku. Karena hal itu, seringkali aku merasa ingin mencari perhatiannya dengan menghalalkan segala cara. Mulai dari memandangnya tanpa malu, mengajaknya mengobrol tanpa ragu, bahkan aku sampai mempermalukan diriku dengan tanpa sungkan menyentuhnya dengan sengaja. Astagfirullahaladzim.

Tipu daya iblis menyelimuti diriku. Aku terpaut hati pada seorang ikhwan, dia temanku sejak kecil. Karena Ayahnya ditugaskan beda provinsi, aku dan dia terpisah oleh jarak. Karena hal itu, iblis semakin senang hati untuk menggodaku. Tiap malam aku memikirkan si ikhwan itu, melamun dan membayangkannya dia sedang apa dan bersama siapa. Yah, kata anak zaman sekarang itu galau. Aku galau hampir tiap malam.

Bukan hanya itu. Aku sering curhat kepada teman perempuanku ketika aku menyukai si ikhwan tersebut. Padahal kami hanya berteman. Malamku sia-sia hanya karena memikirkan ikhwan itu. Harusnya aku menggunakan sepertiga malamku untuk berdoa kepada-Nya agar aku dipertemukan kepada temanku itu. Tapi, mungkin karena nafsu dan syahwat iblis yang membujukku hingga pikiranku terjerumus ke dalam tipu dayanya.

Hijrah StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang