Kembali pada-Nya

456 53 4
                                    

Kembali pada-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali pada-Nya

by @d_nrchya

Setiap orang mempunyai prinsip di dalam hidupnya, termasuk aku. Aku memiliki prinsip yang selalu kutanamkan dalam diriku, yaitu aku tidak akan pernah merasa menyesal atas semua hal yang telah kulakukan. Aku tahu bahwa setiap sesuatu yang kulakukan akan selalu memiliki risiko di dalamnya. Dan bagiku, risiko yang akan menimpaku itu bukanlah suatu hal yang harus kusesali melainkan harus kupertanggungjawabkan..

Tetapi, beberapa waktu lalu aku merasakan suatu penyesalan di dalam hidupku yang amat sangat mendalam. Aku menyesal. Aku menyesal ketika hati ini pernah meragukan Rabbnya. Aku menyesal ketika jiwa ini pernah merasa bahwa Rabbnya selalu berlaku tak adil kepadanya. Dan aku menyesal ketika diri ini pernah merasa tak disayangi oleh Rabbnya. Jika yang kulakukan ini dapat menjadikanku sebagai hamba-Nya yang dibenci, maka pertanggungjawaban apakah yang akan kuberikan pada-Nya nanti?

Aku terlahir dari sebuah keluarga sederhana yang selalu menjunjung tinggi nilai keagamaan di dalamnya. Ayah adalah seorang yang terlahir di dalam keluarga muslim. Sedangkan Ibu merupakan seorang mualaf yang baru mengenal islam setelah dipertemukan oleh jodohnya, yaitu Ayahku. Aku adalah anak kedua dari dua orang bersaudara dan merupakan putri satu-satunya di dalam keluarga tersebut.

Sejak kecil, aku sudah diajarkan tentang nilai-nilai keislaman oleh Ayahku. Sholat, puasa, mengaji, berdoa dan masih banyak hal lainnya. Bahkan, dahulu saat aku masih kecil, aku selalu didongengkan oleh ayahku tentang kisah Si Kancil dan juga para Nabi Allah. Dari sekian kisah yang pernah diceritakan Ayahku, kisah Nabi Nuh lah yang menjadi favoritku. Entah mengapa aku tidak tahu apa alasannya, yang jelas aku merasa sedih ketika Ayah menceritakan tentang Kan'an, putra Nabi Nuh yang selalu membantah dan durhaka kepada Ayahnya serta ajaran yang dibawanya, hingga Allah menimpakan azab yang sangat pedih kepadanya. Aku takut. Di saat ketakutanku itu datang, Ayah memelukku dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja jika aku mengikuti seluruh perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan waktu itu aku berdoa pada Allah untuk menjauhkanku dari seluruh larangan-Nya itu.

Bicara tentang perintah yang Allah berikan, memakai hijab merupakan salah satu kewajiban bagi seorang wanita yang sudah baligh. Saat itu, di usiaku yang ke tiga belas tahun, aku memutuskan untuk menggunakan hijab ketika perintah-Nya itu telah menjadi kewajiban yang harus kulakukan. Ayahku sangat senang ketika mendengarnya dan Ibuku juga mendukungku.

Aku bahagia karena terlahir dari seorang Ibu yang selalu menyayangiku dan juga seorang Ayah yang selalu menjagaku. Oleh karena itulah, aku juga berniat ingin membahagiakan mereka dengan cara menjadi seorang penghafal al-qur'an. Aku ingin memberikan sebuah mahkota dan pakaian kehormatan bagi Ayah dan Ibuku saat berada di surga-Nya kelak. Oleh karena itulah, aku mulai menghafalkan kalamullah yang kuawali dari juz terakhir. Aku tidak sendirian karena Ayah selalu ada untuk membantu melancarkan hafalanku. Ayah yang akan selalu mendengarkan hafalan serta membenarkan bacaanku. Karena bantuannya itulah dalam waktu kurang dari tiga bulan aku sudah dapat menuntaskan juz ke tiga puluh. Aku sangat senang dan Ayah pun juga terlihat sama senangnya.

Hijrah StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang