Aku terbiasa untuk menangis tanpa suara, atau berdiam untuk marah. Jika harus melukai bibirku tak masalah, asalkan tidak satupun melempar tatapan kasihan. Aku benci itu. Aku benci ketika semua pikir aku mudah pecah walau aku memang rapuh, atau ketika aku berderai air mata, mereka pikir aku lemah, aku hanya lelah.
Malam ku selalu dingin, aku bukan mengharapkan pelukan, selimutku sudah cukup hangat. Tapi kasur ku terlalu besar untuk satu orang. Bantal guling bukan teman yang ku inginkan, juga bukan lampu redup di sudut nakas.
Tapi aku tidak terlalu sakit hari ini. Aku masih kuat untuk hadir, ini hari besar mu.
Kamu yang berdiri dengan gagah bersama dasi kupu-kupu lucu, aku pernah memimpikannya.
Aku pangling, seperti lupa kapan terakhir kali melihatmu setampan ini.
Terlalu tampan.
Kembali kamu menatapku. Senyum segaris itu membuatku lemah, sekaligus berdarah.
Aku Baekhyun...
Sahabat baik Park Chanyeol.
Sedang berdiri, mencoba untuk tidak bergetar ketika kamu membuka penutup wajah pengantin cantik itu. Ya, dia cantik. Setidaknya dia perempuan. Aku mendecih.
Suara riuh membela angin, tapi aku merasa sangat hening. Warna pun pudar, hanya abu-abu.
Aku menelengkan wajahku.
Tidak untuk adegan ciuman itu.
Menyedihkan.
Ya. Aku tertawa untuk diriku sendiri.
15 tahun bukan waktu sebentar untuk tetap berakting apik. Ya seharusnya aku sudah biasa. Akting ku sangat baik hingga dibayar dengan rasa sakit.
Tapi 15menit ini begitu berat.
Aku tidak bisa berdiri lebih lama.
Kosong.
Aku sendiri.
Park Chanyeol sudah menjadi milik orang lain. Penantian kosong 15tahun belakang berujung sesuai dugaan ku. Tidak ada yang benar antara aku dengan Park Chanyeol. Tidak satupun.
Haruskah aku menuntut bayaran pada si pengantin wanita?
Hey, aku menjaga suami mu selama 15tahun. Aku ada disaat susahnya. Aku ada disaat terlukanya. Aku ada disaat tangisnya.
tapi aku tak pernah ada dalam tawanya, dalam mimpinya, atau dalam lamunannya.
Menggelikan karena nyaris setiap ditik aku justru melakukan sebaliknya.
Chanyeol ada di tiap senyumku, lamunanku, tawaku, tangisku, bahkan doa ku.
Aku pandai berakting munafik, bahkan ketika harus berdoa kepada Tuhan. Aku mendoakannya selalu mendapatkan yang terbaik, tapi sekarang aku menangisi doaku sendiri melihatnya berdiri di pelaminan dengan wanita cantik itu.
Aku bergetar.
Dan bodoh!
Aku menangis...
Dan kau melihatnya.
Senyum mu hilang. Wajah datar mu menatapku telak.
.
.
.
Ku harap kau menangkap tangis ku sebagai tangis bahagia.
.
.
.
.
FIN.
INI APAAN WOII...
GA TAU KENAPA TIBA-TIBA AJA SUASANA HATI LAGI GLOOMY GINI, TERUS JUGA LAGI HUJAN GENIT, SAMPE MUNCUL INI TULISAN RANDOM. WKWKWK
NIKMATI AJA LAH YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
SLUTET
FanfictionSlutet yang artinya berakhir. Kumpulan cerita oneshoot or twoshoot.