Pak Tua - ChanBaek

712 76 4
                                    

Baekhyun mengetukkan sepatunya ragu. Masih lengkap dengan ransel dan dasi merahnya, Ia terus mondar-mandir di depan pintu itu.

Terakhir Ia menggigit bibirnya ragu sebelum mengangkat tangan, terkumpul sudah keberaniannya, hingga-

"apa yang kau lakukan?"

Shit. Baekhyun merutuk pelan, menunduk ketika suara berat itu nyaris meruntuhkan nyalinya. Seseorang ternyata lebih cepat satu detik sebelum Baekhyun sempat menyentuh pintu itu, dan kini si pemilik kamar sudah berdiri di depan pintunya dengan tangan terlipat di dada, terlalu menghakimi.

"hehe.. ka-kau belum berangkat kerja ya..." Baekhyun berkata sambil menunduk, untung lah Ia tak perlu menangkap pandangan tajam dari pria sialan tampan itu.

"uang jajan mu habis?" nada Tanya pria itu tidak menggambarkan emosi apapun. Baekhyun reflek mengangkat kepalanya dan menggeleng ribut. Dia tidak ingin dituduh pembosoran karena dia baru menerima uang jajan dari pria itu dua hari lalu, dan sekedar info saja jumlah uang jajan yang Ia dapat bisa membeli sebuah motor balap. "tidak, tidak. Oh goshh, sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan surat panggilan dari sekolah, tapi setelah kupikir-pikir kau tidak mungkin-"

"suarat panggilan?..." potong pria itu dengan alis terangkat.

Bibir Baekhyun terlipat ke dalam, kepalanya mengangguk pelan.

"..lagi?"

Dan Baekhyun hanya kembali mengangguk. Wajahnya di buat semiris mungkin supaya pria itu tau, semua ini bukan murni kesalahannya.

Perkelahian dengan teman sekelasnya kali ini karena si Sialan-panggilan untuk teman sekelasnya yang brengsek- itu mengatainya lemah seperti perempuan. Baekhyun berusaha mengabaikan si Sialan itu, tapi semakin Baekhyun tidak perduli, si Sialan itu akan berkoar makin ribut, merasa Baekhyun sudah kalah karena olok-olok memalukannya. Maka satu-satunya cara adalah dengan membuat satu gigi depan si Sialan itu hilang dan sekalian membuatnya cadel mendadak, terpuji tinju Baekhyun yang agung.

Kembali ke persoalan sekarang. Baekhyun yang menunduk bisa melihat dari balik poninya, pria tinggi itu tengah memijat pelipis, detik berikutnya langsung jalan melewati tubuh Baekhyun begitu saja.

Baekhyun buru-buru mengejar langkah besar pria itu, layaknya anak anjing mengekori Induknya, setidaknya dia butuh kepastian pria itu "hei, jadi apa kau akan datang-"

"yang benar saja Baekhyun! Dua surat panggilan dalam satu bulan?!" Pria itu tiba-tiba membalik tubuhnya dan berteriak. Sialnya, Baekhyun hanya berjarak satu langkah dibelakangnya mau tak mau menerima mentah-mentah teriakan bass pria itu. Baekhyun reflek memejamkan mata, pucat.

Tamat riwayatku.

Bibir bawah Baekhyun secara otomatis maju, terkelupas keluar, entah karena dia terlalu bersalah atau takut, tapi yang jelas Ia merasa akan menangis sebentar lagi. Ia tengah menyiapkan mental untuk teriakan selanjutnya. Tapi yang Ia dapat malah dengusan malas pria itu.

Baekhyun sebelumnya memang merapalkan berbagai mantra yang Ia tau untuk mengusir amarah seseorang dan terpuji dewa karena mungkin saja salah satu mantranya benar bekerja.

Ia membuka satu matanya, mengintip takut.

Sialan!! Baekhyun menyesali keputusannya karena pria itu masih menatapnya seperti akan merebusnya hidup-hidup. Buru-buru Ia menutup kedua matanya hingga bagian atas wajahnya mengkerut lucu. Kemudian detik berikutnya, amplop putih -berisi surat panggilan pada wali siswa- yang Baekhyun remat sejak tadi ditarik paksa dari tangannya, Baekhyun berjengit kaget bahkan mengeluarkan suara seperti anak anjing yang terancam bahaya. Baekhyun membuka matanya lagi dan Pria itu sudah berbalik badan berlalu begitu saja.

SLUTETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang