Tidak jadi :')

653 50 1
                                    

" ayo masuk " baru saja prilly masuk bersama Ali, ia sudah melihat kedua orang tuanya tengah membawa koper.

" eh sayang kamu udah pulang " sapa sang Ayah, ia berjalan bersama sang istri  mendekati putrinya dan,, siapa yang ada di samping puterinya itu? Siapa dia? 

" ini siapa Pril?" Tanya sang Ayah mengintrogasi. Selama prilly Sekolah SMA, rasanya ia tidak ingat kapan terakhir putrinya membawa seseorang, apa lagi seorang Lelaki.

"Kenalin Om, tante. Saya Ali, saya temen sekelasnya Prilly" Ali mengulurkan tangannya, dan di balas hangat oleh kedua orang tua prilly.

" Tumben, tumbenan kamu bawa temen ke rumah, " cibir sang bunda. Sedikit ada rasa bahagia ketika Puterinya itu mendapatkan seorang teman. Mengingat masa sekolah Prilly, rasanya ia merasa iba terhadap anaknya sendiri yang tidak bisa sekolah ssperti pelajar lainnya yang menetap di satu sskolah saja. Dan sekarang pun prilly harus ikut bersamanya (lagi).

" prilly kan bakalan lama di sini, jadi harus banyak temen dong mah "

Kedua orang tua prilly saling menatap. Rasanya mereka tidak ingin menghilangkan senyum Puteri semata wayang nya itu. Mereka tidak tega untuk memberitahukan berita ini.

" Prill, sebelumnya mama minta maaf. Tapi kamu harus ikut kami"

Ikut? Kenapa prilly harus ikut? Bukannya mereka sendiri yang mengizinkannya untuk tinggal lebih lama di sini.

"Tapi mah, semalam kan mamah ngizinin prilly buat tinggal di sini"

" iya prill, Ayah juga tahu. Semalem kita berdua udah ngerundingin ini lagi soal kamu " ucap sang ayah, ia tahu bahwa menetap di satu kota memang menjadi impian puteri kecilnya itu, namun mengingat ini demi kebaikan puterinya sendiri, apa boleh buat.

"Tapi yah, ayah kan udah ngizinin prilly, ayah jga udah janji kalo prilly bisa tinggal lebih lama lagi di sini" prilly menatap sang ayah yang ada di hadapannya. Matanya tak henti mengeluarkal kristal bening yanh jatuh pada pipinya.

Sebenarnya apa yang di rencanakan kedua orang tua prilly? Apakah mereka tidak tahu betapa bahagianya ia saat impiannya untuk tinggal di sini sangat membuat nya melayang jauh, memimpikan hidup bersama dengan orang orang semestinya, tertawa dengan teman teman, saling menukar makanan dengan tetangga, bahkan ia juga tidak masalah harus bermain air hujan bersama  anak anak komplek. Lalu kenapa? Kenapa orangtuanya sendirilah yang menghancurkan impian dan harapan puteri kecilnya itu?

"Prill dengerin kita dlu,, ini demi kebaikan kamu, kita gak bisa ninggalin kamu disini sendirian prill"

"Kalian udah ngehancurin harapan prilly" prilly berlari keluar rumah, ia tidak peduli dengan hujan yang ia hadapi saat ini, bahkan iapun tidak peduli dengan ali yang ada di rumahnya saat ini.

"Prill tunggu, Kamu mau kemana?" Sang ayah tadinya ingin menyusul, namun puteri nya itu sudah hilang dari hadapannya, entahlah, ia merasa bersalah atas keputusannya saat ini, hatusnya memang dari kemarin ia tdak mengtakan bahwa prilly boleh menetap disini.

" Mas gimna ini? Prilly kabur?" Ibu prilly memeluk erat suaminya, ia jga sangat menyesali perkataannya kemarin tentang prilly yang menetap di kota ini.

"Prilly biar ali yang cari ya om tante, kalian tunggu aja disini" Ali akhirnya angkat bicara.

Kini Ali baru mengerti perubahan drastis yang prilly alami. Ia hanya ingin menetap di sini, impian yang sangat sederhana namun sangat sulit  bagi prilly mendapatkannya.

"Tapi di luar hujan "

" gpp, prilly kan teman Ali tante"

"Om sama tante berharap banget sama kamu, kami jga akan menyuruh orang untuk mencari prilly"

*****

Prilly terus saja berlari menembus derasnya hujan. Ia tidak peduli jika besok ia akan sakit sekalipun, bahkan menurutnya itu jauh lebih baik.

Derasnya hujan seirama dengan derasnya air mata yang prilly keluarkan, ia berjalan tak tahu arah, membiarkan kedua kaki miliknya berjalan semau nya.

Ia kembali memikirkan semuanya, apa keinginannya sangat lah berat sehingga tak bisa di wujudkan oleh kedua orang tuanya? Apa karena ia tinggal lama disini akan membuat keluarga nya jatuh miskin? Bahkan rumah yang ada di bandung ini sudah menjadi milik keluarganya, lalu apa yang membuat mereka tak mengizinkannya? Bahkan ia rela tinggal di kontrakan kecil asalkan ia bsa tinggal lebih lama lagi disini. Tinggal di panti pun tak masalah baginya.

Langkahnya terhenti di salah satu rumah makan, ia menatap lurus kedalam dengan nafas yang tidak bisa ia atur.

" ya ampun prill, lo lgi ngapain?"

***
Udah lama banget gak next, makin gaje aja nih cerita 😭

Puteri EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang