Bagian I

1.6K 46 9
                                    

Namaku Rahmad, umurku 22 tahun dan saat ini aku sudah berada di semester akhir jenjang kuliahku. Aku bukanlah mahasiswa yang istimewa atau apapun, aku hanyalah seorang mahasiswa yang sedang sedikit merelakan apa yang seharusnya bukan milikku.

Di universitasku, aku bukanlah seorang mahasiswa teladan. Tidak pernah bermasalah dengan dosen pun aku sudah cukup senang. Walau begitu, nilaiku terbilang cukup baik. Buktinya, aku tidak pernah mendapatkan nilai C di mata kuliah apapun.

Sebagai seorang mahasiswa ilmu komputer, aku juga sudah mendapatkan pekerjaan kecil sebelum aku nantinya akan diwisuda. Meskipun gajinya tidak sebesar pengusaha, namun cukup untuk biaya hidup satu keluarga kecilku kelak.

Keseharian ku saat ini tidak ada yang istimewa, semua sudah kembali menjadi biasa-biasa lagi sejak kejadian Beberapa waktu yang lalu. Kejadian dimana aku harus mengakui bahwa cinta, itu adalah hal yang sangat nyata dan berharga.

Sebenarnya aku ingin berbagi cerita kepada kalian, tapi apakah kalian yakin akan membacanya hingga usai?

Baiklah kalau begitu, aku akan menceritakan apa yang ada di memori ku sejak 3 semester yang lalu.

Cerita ini bermula di saat aku menjadi seorang mahasiswa yang baru di salah satu universitas populer di provinsiku. Jarak dari rumah yang jauh dari universitas mengharuskanku untuk tinggal di kosan agar tidak memiliki masalah dengan waktu.

Semuanya berjalan dengan baik. Seperti saat aku harus perlahan membunuh homesick, mengatur keuangan agar tidak terlalu boros, dan juga mengatur keseharian yang sudah harus semuanya mandiri. Mulai dari bangun pagi, sarapan, menyiapkan seragam, mencuci baju dan hal hal lain yang berurusan dengan rumah tangga.

Semua berlalu begitu cepat sehingga tak terasa aku sudah harus memasuki semester keempat di universitas ini. Kini aku sudah banyak memiliki kenalan. Mulai dari para aktivis masjid, sampai para anak-anak penggemar clubbing. Boleh di bilang, aku lebih sering berkumpul bersama anak-anak club malam. Meskipun aku juga harus sedikit membatasi pergaulan dengan mereka.

Sebagaimana mahasiswa pada umumnya, sebenarnya kehidupan ku tidak ada yang istimewa, bangun sendiri persiapan sendiri dan berangkat kampus masih harus sendiri, tidak ada lagi orang tua yang masih mengingat kan atau membantu.

Tapi semuanya berubah ketika malam itu aku menghadiri pesta yang di adakan oleh temanku. Karena pulang terlalu larut malam di tengah kesenangan, aku melupakan bahwa besok aku haruslah datang tepat waktu karena janjiku pada seseorang.

Pada pagi harinya terpaksa aku harus bangun terlambat dan harus menyiapkan semuanya serba tergesa-gesa. Langsung saja tanpa menghiraukan mandi, ku pakai bajuku setelah mencuci wajah serta gosok gigi dan tak lupa sedikit parfum untuk menghilangkan bau asemku aku semprotkan ke seluruh tubuh dan permukaan baju. Kupacu motorku menuju kampus dan setibanya di sana aku langsung berlari di lorong menuju ruang kelasku.

Tak kusangka ternyata di tengah jalan aku harus bertabrakan dengan seseorang. Karena kaget dan tidak konsentrasi, kami pun sama sama terjatuh. Aku merutuk diriku sendiri, mengapa ini semua harus terjadi, padahal aku harus segera sampai di kelas saat ini.

Ketika aku sudah sadar dari jatuhku, aku kaget karena melihat orang yang barusan aku tabrak ternyata orang yang harusnya aku temui pagi ini. Dia lah orang yang mengharuskan ku untuk tidak berangkat terlambat. Karena aku yakin bahwa aku bersalah akupun menyesal dan siap untuk menerima kata-kata apapun yang akan dia lontarkan kepadaku.

"Maaf, " kataku sambil menundukkan kepala sebelum dia yang memulai pembicaraan.

(Bersambung)

Karena naskah aslinya tanpa sengaja kehapus, akhirnya aku memutuskan untuk menulis ulang cerita ini.
Untuk lanjutan ceritanya di tunggu vote dan comment nya 😉😊😉

Terimakasih

Tentang MerelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang