Bagian VII

171 6 2
                                    

Setelah menunggu 6 bulan lamanya, aku putuskan malam ini adalah waktu yang sangat tepat. Aku rasa sepertinya suasana hati kami sedang sama-sama baik, sehingga bila aku mengungkapkannya banyak kemungkinan akan berhasil. Entahlah, tapi lebih baik di coba kan ?. Daripada tidak pernah sama sekali.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang sangat berarti bagiku, aku harus mempersiapkan semuanya dengan matang. Tidak boleh ada yang kurang atau salah sedikitpun, ayolah ... Ayolah.

Malam Minggu memang sebenarnya bukan waktuku untuk pergi, karena kau tau ? Pekerjaanku seringkali di berikan saat malam Minggu. Hal itulah yang membuatku memutuskan untuk tidak keluar malam Minggu, sebagaimana halnya anak muda pada umumnya. Terlalu sibuk.

Sering sebenarnya Lala mengajakku untuk pergi malam Minggu di minggu-minggu yang telah lalu. Namun, karena aku selalu saja menolak dengan alasan sibuk. Hingga akhirnya Lala mungkin memaklumi hal ini, lagipula kami juga masih hanya sebatas teman. Tidak lebih!, bahkan bisa di bilang teman lama.

Aku bersyukur, malam Minggu kali ini adalah malam yang cerah. Seringkali seperti yang kita ketahui, malam Minggu itu akan turun hujan lebat. Biasanya ada orang yang mengatakan bahwa itu adalah pertanda Tuhan ingin membahagiakan para Jomblo di malam Minggu. Entahlah, itu mitos atau fakta. Sepertinya bukanlah hal yang penting.

Untuk malam ini, aku tidak lagi menggunakan baju yang sudah lama tergantung di gantungan belakang pintu. Aku pikir ini malam yang penting, jadi aku memilih menggunakan baju yang masih rapi di dalam lemari.

Setengah jam aku sudah menyelesaikan persiapan. Semua itu sudah termasuk mandi, ganti baju, sempak, celana, dan tak lupa parfum serta deodorant. Setelah semuanya siap langsung saja aku hubungi Lala, menanyakan untuk memastikan pertemuan malam ini.

To : Lala
"Gimana ? Jadi nggak ?"

From : Lala
"Ya jadi lah, aku udah persiapan nih."

To : Lala
"Gimana kalo aku ke situ sekarang ?"

From : Lala
"Oke-oke, tapi nanti kamu nunggu di luar dulu ya."

To : Lala
"Emang pernah ya aku Dateng ke kosanmu langsung masuk."

From : Lala
"Yaudah, kamu cepet kesini aja."

Chatting selesai dan inilah saatnya untukku menjemput dia. Dia yang pernah aku dambakan, apakah aku bisa merebut hatinya kembali ?.

Sebelum berangkat, Tentu aku kembali melakukan pengecekan di depan kaca yang tertempel di tembok kamarku. Semuanya aman, semoga saja berhasil.

Entah apa yang ada di dalam hatiku, tapi mengapa gejolak ini begitu kuat. Debar-debar ini tidak seperti biasanya, padahal biasanya aku biasa saja. Tapi malam ini mengapa harus semenegangkan ini. Ayolah, Rahmad pasti bisa. Batinku berteriak menyemangati ku. Dan langsung saja aku tancap motorku menuju kosan Lala.

Setibanya di sana, Ternyata jauh di luar dugaanku dia sudah menunggu di depan pintu. Aku terkesiap melihat dandanan yang ia pakai. Kerudung yang di ikat seperti hijabers yang biasa aku lihat di Instagram, baju kemeja dan celana yang match tanpa cacat. Lalu, sedikit lip balm di bibirnya untuk menambah kecantikan yang seakan membuatku menjadi pria terberuntung malam ini.

"Gimana ? Udah siap ?" Kataku menanyakan perihal keberangkatan kami.

"Udah kok." Jawabnya sambil berjalan mendekati ku.

"Yaudah, naik lah." Aku tersenyum dan menyuruh nya untuk naik membonceng di belakangku.

Setelah dia naik dan sudah memosisikan dengan baik, dia bertanya kepadaku.

Tentang MerelakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang