08

5.9K 330 8
                                    

Bagai langit yang mendung, bagai bumi yang gelap dan bagai bunga yang layu, semua orang seperti itu. Mengenal, menyapa, menjadi dekat dan akhirnya harus berpisah. Disaat berpisah akan banyak orang beranggapan "ini sudah berakhir!", tidak ada yang berhasil tanpa pengorbanan, tidak ada yang berhasil tanpa perjuangan. Jangan menjadi bunga layu yang tak akan disukai orang, jadilah dirimu dengan beranggapan bahwa kamu sempurna.

Sudah berulang kali Ayi menelfon Arka pagi ini dengan sereal dimulutnya. Ayi mengumpat terus-terusan karna Arka sudah membuat nya kesal dari kemarin.

"Ayi mau kemana? Ada sekolah?" Tanya bunda Ayi.

"Kan sekolah tiap hari bun,"

"Minggu juga?" Kepalanya menggeleng melihat Ayi yang melupakan hari liburnya.

"Hari ini minggu? Yahh pantess." Eluh Ayi dan meletakkan ponselnya ke atas meja.

Bunda Ayi berlalu sambil terkekeh pelan melihat anak semata wayang nya yang melupakan hari libur. Setelah makan, Ayi mengembalikan piring ke tempat cucian dan melangkah kembali ke kamar membawa tas nya.

Sudah beberapa kali Ayi mengecek ponselnya, berharap Arka akan membalas pesan nya namun nihil Arka masih tidak membalas.

Dan akhirnya Ayi memutuskan untuk lanjut menonton drama kesukaannya.

***

"Assalamualaikum tante," salam Azka lembut kepada mama rani.

"Waalaikum salam,"

"Aras nya ada tante?" Tanya Aras

"Ada diatas, masuk aja." Jawab mama rani sambil tersenyum lembut.

Aras dan Azka mengangguk dan lanjut melangkah ke kamar Arka, disana Aras dan Azka disambut dengan lonceng yang sengaja Aras gantung di pintu agar berbunyi jika ada yang membuka.

Aras melihat Arka yang masih memeluk guling dengan nyenyak,

"KECEBONG BANGUNNN!" teriak Azka melompat ke arah Arka.

"Bangsat." Umpa Arka

"Pagi-pagi udah kasar lo," ucap Azka dam menyembunyikan tubuhnya di selimut milik Arka

Arka bangkit dan melakukan perenggangan karna tubuhnya yang kaku, Aras duduk di kursi yang berada di meja belajar sambil memainkan ponselnya.

"Ngapain?" Tanya Arka pada Aras dan Azka

"Tidur,"

"Main ponsel," ucap mereka bersamaan

Arka menarik nafasnya dengan wajah yang sangat suram "ngapain. Kerumah. Gue."

"Main" jawab Azka asal,

"Mau mati?"

"Mau ngajak keluar," koreksi Aras karna melihat Arka yang menatap mereka seperti tatapan sang pembunuh.

"Buat?"

"Anak." Jawab Azka asal lagi.

Azka acuh dengan tatapan dingin milik Arka dan masih menyelimbuti tubuhnya sambil memainkan ponsel Arka.

"Jalan lah tai, lo nanti pasti sibuk karna osis noh, bentar lagi," Aras menyelamatkan Azka dari pembunuh yang tepat berada disamping Azka.

"Ga ikut." Arka menarik selimutnya dari Azka, dan kembali melanjutkan tidur nya.

"Ayi bilang putus Ar," ucap Azka yang memainkan ponsel Arka. Dengan cepat Arka bangun dan menarik kasar ponsel nya dari tangan Azka dan itu membuat Azka menggeleng pelan.

Arkanaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang