15

4.6K 272 2
                                    

Berharap semua hal baik-baik saja, berharap semua damai tidak ada ujian. Damai indah, namun damai terkadang bisa membosankan, layaknya danau yang akan terlihat lebih indah dan nyaman ketika ada ombak kecil dipermukaan yang ditimbulkan oleh angin.

Sudah 3 hari sejak kejadian dirinya pergi dari rumah dan selama itu juga Arka tidak kembali. Arka memilih menginap di rumah Azka yang kebetulan orang tua Azka tidak ada dirumah.

"Gue pergi." Pamit Arka kepada Azka yanv masih memakai seragamnya

"Tungguin gue duluu,"

"Lama."

"Tunggu gue atau ngga sama sekali,"ancam Azka

"Az, gue titip Ayi lagi ya."

"Lo kira Ayi bayi pake dititip. Mau kemana lo?"

"Ada urusan," ujar Arka dan pergi tanpa membawa tas sekolahnya.

Motor Arka melaju berlawanan arah dari jalan yang seharusnya menuju sekolah, tidak tau apa yang dipikirkan, Arka hanya melaju berharap pagi ini dia akan baik-baik saja.

***

Wajah Ayi terlihat murung, sudah beberapa hari ini Arka seperti menjauh darinya, apa mungkin Ayi membuat kesalahan.

Sarah dan Darin hanya terdiam, dan pergi meninggalkan Ayi sendiri dikelas, percuma saja jika mereka mengajak Ayi pasti gadis itu akan menolak. Mata Ayi menatap halaman sekolah dari jendela kelas, telinganya tersumbat dengan suara lagu dari Hearphone yang di bawanya.

Setelah berjam-jam berlalu Ayi tetap terdiam, bahkan tidak hanya sekali guru menegur Ayi yang melamun.

Tringgg...tringg

Suara teriakan terdengar kencang dari kelas Ayi dengan kemenangan mereka dari rasa kantuk akibat pelajaran sejarah. Sarah, Darin dan Ayi keluar kelas bersama dan berjalan menuju gerbang.

"Ay, yuk pulang." Ajar Azka sesuai permintaan Arka.

"Gausah. Gue ada urusan tempat lain kak."

"Tapi-"

"--antarin Darin aja. Gue duluan," ujar Ayi dan pergi meninggalkan mereka.

Azka menarik nafasnya pelan dan beralih menatap Darin yang hanya mengangkat kedua bahunya pasrah.

Ayi tidak pulang, gadis ini memilih berjalan kaki menuju taman dekat rumah nya. Ayi sangat merindukan Arka, pria dingin yang membuat dirinya jatuh dalam pesonanya.

Rintik hujan mulai jatuh, membasahi tubuh Ayi dengan perlahan. Tidak terganggu Ayi memilih mengetikkan sesuatu dan berharap ini akan membuat Arka datang padanya.

Aiyya Linaya
Aku ditaman dekat rumah. Hujan nih, kamu ga niat nyamperin?

Sudah 10 menit berlalu, tidak ada balasan dari pria itu. Ayi menundukkan wajah nya sambik tersenyum miris, air mata Ayi jatuh dipipinya seiring dengan hujan yang semakin lebat.

Deru nafas tak beratur seseorang terdengar dari arah belakang Ayi, saat itu Ayi tersenyum berharap itu adalah pria yang Ayi nantikan

"Ngga ada kerjaan hujan-hujan gini?hah?"

"Kak gilang?" Harapan Ayi buram, itu Gilang bukan Arka. Apa salah dengan dirinya, Arka benar-benar tidak peduli lagi.

"Pulang Ay, udah mau malam," Gilang mengelur jaket ke atas kepala Ayi agar gadis ini tidak kehujanan

"Kakak dikasih tau Arka ya?"

"Ngga. Kebetulan lewat dan liat kamu hujan gini kaya anak ilang tau ga. Udah ayo." Harapan Ayi benar-benar hilang mendengar jawaban Gilang, pada awal nya Ayi sedikit berharap bahwa Arka yang menyuruh nya, tapi bukan.

Tangan Gilang merangkul Ayi, Gilang sedikit kasian melihat Ayi yang seperti ini, tidak sadarkah gadis ini tepah melakukan hal bodoh hanya karna Arka?

Setelah diantar Arka, gadis ini pulang kerumahnya dengan lesu. Dan seperti biasa, tidak ada isi rumah yang menemani dirinya

"Ar,kangen." Lirih Ayi

***

Arka mematikan ponsel nya karna sejak pagi Rani terus menghubunginya. Arka bukan tidak menyukai, tapi Arka akan pulang apabila Rani tidak menyuruh dirinya balikke rumah Pratama.

Entah apa yang dipikirkan Arka, pria dinginini memakirkan motornya di gerbang SMA GARUDA.
"Arkaa!" Paggil gadis yang bernama Bella

"Ngapain kesini?"

"Bagas mana?" Tanya Arka tanpa basa-basi.

"Ga masuk dari pagi. Kamu kenapa luka kaya gini? Berantem lagi?" Tangan Bella terangkat mengelus pelipis Arka yang terluka dan dengancepatArka menyingkirkan tangan Bella.

Hati Bella sedikit sakit, tidak pernah sehidupnya di perbuat seperti ini oleh Arka, pria ini selalu bersikap lembut dengannya dan itu dulu.
"Ar," panggil Bella dan memberhentikan langkah Arka.

"Aku tau masalah kamu dan Bagas. Kali ini Ayi kan?"

Raut wajah dingin Arka seketika pudar di gantikan kemarahan. Beraninya Bella menyebutnama Ayi.

"Bagaimana pun, kamu tau kan Bagas pasti akan ambil semua punya kamu, dan itu pasti berhasil Ar. Mendingan kamu mundur daripada kamu sakit lagi kaya dulu."

Ucapan Bella membuat Arka tersenyum remeh, wajah Arka mendekat ke arah telinga Bella dan membisikkan sesuatu yang membuat Bella panas.

"Ngga kali ini."

***

Perkataan Bella kembali tergiang, perihal Bagas. Motor pria ini melaju asal dan berhenti di depan rumah gadis yang dirindukannya.

Ayi melongo tidak percaya, melihat Arka yang berdiri didepan gerbang rumahnya. Arka terlihat lusuh, baju nya asal, dasinya juga telah longgar serta rambut yang tampak acak-acakan. Ayi tersenyum pada Arka yang telah senyum kepadanya sejak awal dengan wajah yang penuh dengan luka.

Senyum Ayi masih terpasang, hingga Arka menunduk pasrah. Arka terisak pelan, Arka tidak menyangka gadis itu hanya tersenyum, yang Arka kira, Ayi akan marah dan terus saja menimpanya dengan ribuan pertanyaan.

Langkah Ayi memperkecil jarak, tangannya terulur membawa Arka kedalam pelukannya.

"Semua akan baik-baik aja," ujar Ayi dan menepuk pelan punggung Arka hingga membuat Arka makin terisak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semua akan baik-baik aja," ujar Ayi dan menepuk pelan punggung Arka hingga membuat Arka makin terisak.

"Ay, maaf." Arka melepas pelukan Ayi dan memegang erat kedua tangan gadis itu.

"Kita harus akhirin."

NEXT??

AKU SADAR KOK MAKIN HARI CERITA NYA MAKIN GAJE DAN BISONIN. MAAF YAH AKU LAgi BUNTU

Arkanaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang