Seruan rindu Daniel berbalaskan tawa canggung dari Seongwoo. Tawa yang menggema didalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang itu. Menanggapinya Daniel hanya menampilkan cengiran lebar, serta mengusap-usap telinga yang sudah berubah warna.
"Aku juga rindu-
pada masa dimana kita tertawa bersama, dimana kamu dulu merengek untuk ditemani pergi membeli buku."
"Aku tidak merengek kak, hanya minta tolong." Sergah Daniel. Tidak tahu kondisi memang, padahal Seongwoo ingin mengulas memori lalu mereka.
"Oh, iya iya, dimana juga saat Daniel gembil sok jago dan kita hampir berkelahi menentukan siapa yang duduk atau berdiri didalam bis. Dimana Daniel yang sok hebat menantang kakak kelasnya-
dimana Daniel akhirnya terluka karena- aku. Maafkan aku Niel-ie"
Hening kembali tercipta, Seongwoo menunduk menghembuskan nafas kasar. Ia meremat jemarinya dalam diam. Daniel sendiri menjadi kikuk, pembahasan ini terlalu jauh, bahkan ini bukan saat yang tepat.
Sesekali Daniel mencuri padang pada Seongwoo, memastikan ekspresi dan suasana hati Seongwoo. Kakinya lemas saat melihat Seongwoo termenung, ia tidak fokus mengemudi. Dengan menyalakan lampu sen, Daniel menepikan mobilnya. Sedang Seongwoo masih betah dalam diamnya.
"Kak.." entah dengan keberanian dari mana Daniel mengamit tangan kanan Seongwoo. Mengelus punggung tangannya.
"Kalau waktu diulang kembali. Aku akan tetap memilih dan menjalani hal yang serupa. Bagiku, pertemuan dengan kakak, kenangan dengan kakak adalah sesuatu yang berkesan dan tidak akan kulupa. Kumohon jangan menyalahkan pertemuan kita, karena hanya hal baik yang akan kuingat."
Seongwoo mendongak, manik matanya bertemu dengan manik mata penuh keteguhan milik Daniel. Ia didominasi lagi, terhipnotis untuk mengangguk paham.
"Kak janji, jangan ingat kenangan buruk diatara kita. Lupakan, kumohon.." pinta Daniel, tapi bagi Seongwoo itu adalah perintah, ia mengangguk lalu meneguk salivanya karena tenggorokkannya terasa begitu kering.
Sedikit menggenggam erat tangan Seongwoo Daniel membisikkan ucapan terima kasih, lalu mulai melajukan kembali mobilnya membelah jalanan kota Seoul yang lumayan padat saat ini.
🌼
Seongwoo sudah mulai banyak berinteraksi dengan Daniel sejak pembicaraan serius mereka dimobil tadi. Daniel pun sudah menunjukkan senyuman lebar khas miliknya. Mereka berjalan berbarengan disalah satu pusat perbelanjaan, tempat yang sama terakhir kali mereka bersama beberapa tahun lalu.Setelah membeli beberapa buku yang diinginkan, mereka menuju restoran cepat saji favorit, Daniel memilih tempat kosong. Memaksa Seongwoo duduk manis dan menunggui barang belanjaannya, sementara Daniel melesat pergi untuk memesan makanan.
Seongwoo hanya menggelengkan kepala heran, kalau Daniel yang dulu bisa ia atur untuk duduk manis. Tapi sekarang malah ia yang didominasi.
Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat dengan jelas punggung lebar Daniel saat ia mengantri. Pikirannya berkelana, apa kegiatan Daniel belakangan ini sampai fisiknya banyak berubah, walau dalam artian yang baik sih. Pertanyaan pun bergelayut dibenaknya, apakah Daniel hidup dengan baik? Apakah Daniel tida terlibat masalah diluar negeri?
Lamunannya terjeda saat Daniel yang ia pandangi mendadak menoleh kearahnya. Ia membuat gesture agar Seongwoo bersabar karena antriannya panjang. Raut wajahnya tampak murung dengan mencebikkan bibirnya. Spontan Seongwoo terkekeh, dan membalas dengan isyarat oke dengan jarinya.
Beberapa menit kemudian, Daniel datang dengan sebuah nampan yang penuh dengan makanan dan minuman. Seongwoo berdiri untuk membantu namun Daniel memerintahkan Seongwoo untuk tetap duduk. Setelah menata mejanya, Daniel duduk berhadapan dengan Seongwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ONHOLD] Oath📍OngNiel
FanfictionDaniel? Tembam, Culun, Udik, Kutubuku Seongwoo? Populer, Tampan bawaan lahir, Gaul, Pintar tanpa harus menjadi kutu buku Daniel ketemu Seongwoo? Seperti pungguk merindukan rembulan Seongwoo ketemu Daniel? Lucu, gemesin banget sih pipinya..