SATU

2.8K 86 0
                                    

Tepat di Mei 2012 ini aku menapakkan kaki kembali ke negeri tercinta, Indonesia. Juga kota terkasih, Jogjakarta. Itu sebuah tautan dari seorang lelaki tampan, baru menyelesaikan studinya di negeri kanguru.

Senyum terpampang lebar begitu dirinya turun dari sebuah Garuda Indonesia yang terlihat mega. Bahkan senyum itu semakin lebar saat keluarga tercinta menyambut di bandara.

Sampai di rumah, menaruh koper, melepas sweater, hanya berkalang kaos dan dia pun bergegas pergi.  Sang keluarga tak sanggup menahan, seraya tahu bahwa itu sudah tradisi. Kemana dia pergi, itulah yang tersembunyi.

Mama hanya berpesan, “Barry, jangan sampai malam ya nak, kalo urusanmu sudah selesai, segera pulang.”

Tepat di depan pintu Barry menjawab, “Iya mam, mama nggak usah khawatir. Paling ntar sore juga udah balik.

"Assalamu’alaikum”

“Wa’alaikumsalam”, mama membalas.

Benar, sebelum sore pun, urusan Barry sudah selesai. Dia mulai menyalakan mobil yang terparkir di bawah pohon, namun tertunda saat dia terfokus pada seorang nenek tua, berparas lelah sedang merapikan gendongannya yang terjatuh di tanah.

Spontan, dia keluar dan membantu sang nenek. Ini bukan akting karena tak seorang pun melihat. Dia memang seorang lelaki tulus, melakukan apapun sesuai kata hati.

Jika dia bertindak seperti itu, sudah tentu kebaikannya tak diragukan. Keluarga dan para sahabatnya mengakui kebenaran statement ini.

Menit berlalu, namun pekerjaan itu tak jua usai. Bukan karena lambat, tetapi karena macam-macam bunga yang jatuh sangat berserak. Barry sabar melakukannya, hingga wanita muda juga meghampiri si nenek.

“Boleh saya bantu nek?”, sapanya dengan lembut.

Entah apa yang terjadi, gerak tangan Barry melambat, matanya tak lagi tertuju pada tanah. Berubah arah pada sepasang mata indah yang baru dilihatnya.

“Dia begitu manis”, kata Barry dalam hati.

Tiba-tiba lamunannya terbuyarkan oleh suara si nenek yang membolehkan wanita muda itu untuk membantunya.

Akhirnya pekerjaan selesai. Si nenek juga telah meninggalkan tempat kejadian, berjalan menuju tujuannya sendiri. Barry masih terkagum pada sosok wanita muda itu, yang kebetulan belum baranjak.

“Hai, kamu siapa? Ahh, maksudku aku boleh kenalan sama kamu?”, sapa Barry.

“Maaf, saya harus pergi.”, jawaban mengejutkan dari si wanita muda.

“Eh, oke oke. Nama aja kalo gitu.”

“Caca.”, jawab si wanita dengan sangat singkat.

“Masa cuma gitu?”

“Maumu apa sih? Tadi cuma minta nama. Janga ganggu deh. Aku nggak suka.”

“Oh sorry sorry. Aku nggak maksud ganggu. Ya udah kalo gitu, slamat jalan.”

Barry membiarkannya berlalu. Kadang Barry bisa kelewat sopan.

🙋Vote ya readers. Kasih satu ⭐(Gratis)

Masalah Hati (CERPEN 2012) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang