Sepuluh

765 29 0
                                    

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Hari terus berganti dan Caca pun memutuskan menerima tawaran kerja di luar kota. Jauh di Surabaya. Sebelum ia pergi, Caca pamit kepada Barry secara langsung. Caca sendiri bingung kenapa dia harus pamit sama Barry dulu. Mereka bertemu di taman kota.

"Aku pergi ya.", pamitnya pada Barry.

"Hati-hati ya Ca. Jaga diri baik-baik. Jangan diforsir. Aku turut bahagia atas kerja keras kamu."

"Iya. Oh ya, masalah Arya..."

"Sudahlah, nggak perlu diperpanjang. Aku juga yakin kalo Arya memang masih tinggal di hati kita masing-masing. Semoga dia tenang di sana."

"Tapi..."

"Ca, aku hargai keputusan kamu kok. Selamat jalan dan jangan lupain Jogja."

"Hemhhh, yaudah kalo gitu. Aku nggak akan lupa akan Jogja dan semua yang pernah terjadi di sini. Oke, aku pergi ya??!!"

"Ca, tunggu.", tiba-tiba Barry mencium kening Caca. Lalu memeluknya dan berkata,

"Mungkin ini terakhir kalinya aku peluk kamu. Jangan marah ya, sebentar aja."

Setelah Barry melepaskan pelukannya, Caca segera berbalik. Berjalan menjauh dan pastinya dengan air mata. Mereka berpisah dengan baik-baik. Akhirnya mereka meyakini bahwa takdir yang akan berbicara untuk mereka berdua. Apapun itu.

***

Dua tahun berlalu, dan kontrak Barry di Podomoro pun telah habis. Ada perpanjangan kontrak ketiga, namun Barry menolak. Dia mencoba bisnis mandiri. Menjadi kontraktor yang mendapat suplay investor dari banyak pihak sebab prestasi kerjanya yang baik.

Caca semakin giat bekerja sebagai asisten manajer di sebuah perusahaan swasta. Dalam pikirannya sekarang hanyalah bekerja dan bekerja. Menyibukkan diri sesibuk-sibuknya agar tidak ada waktu untuk bersedih. Sedih karena para lelaki yang dicintainya tak lagi disisinya, Arya dan Barry. Tapi kini hatinya sudah mulai tenang. Bisa menjalani hidup secara normal.

Bulan Mei, tahun ke tujuh kematian Arya. Tepat di mana Caca memutuskan kembali ke Jogja karena perasingannya dirasa sudah sangat cukup.

Dalam suasana pagi di sepanjang jalan dari bandara, dia tak melepaskan pandangan dari sudut-sudut jalan raya yang mengingatkannya pada tragedi Arya.

Seperti terbawa ke angan masa lalu, dan tiba-tiba taxi nya berhenti mendadak. Tak jauh di depan ada kecelakaan mobil. Caca langsung ke luar dan menghampiri korban. Beberapa kali mengusap mata, meyakinkan hati dan tak bisa dipungkiri bahwa itu adalah Barry. Caca ikut di ambulans menuju rumah sakit.

Masih tak sadar, Barry belum bisa berkomunikasi. Dokter bilang tidak terlalu parah, tapi harus banyak istirahat. Hanya luka di kepalanya yang butuh beberapa jahitan. Lebih dari itu, hanya lecet akibat tergores aksesoris mobil. Caca setia menunggu tanpa kata. Pun tanpa meninggalkan pandanganya dari Barry.

Setelah memberi kabar ke ayahnya, sang ayah pun segera datang. Di satu sisi dia bahagia karena putrinya kini telah kembali ke sisinya, tapi di sisi lain dia tak lega melihat keadaan Barry. Caca diminta pulang untuk istirahat, tapi menolak. Dia ingin menanti perkembangan Barry.

Lama menunggu hingga hari pun menjadi senja. Matahari hampir menutup tugas hariannya tapi Caca tetap di sana. Ternyata dia tertidur. Perlahan matanya terbuka, menoleh ke kanan dan ke kiri, bingung, kenapa dia di tempat itu. Dia terbaring di tempat di mana tadi Barry terlelap. Sebuah suara mengejutkannya,

"Udah bangun?", Barry muncul dari balik pintu.

"Barry, kam....u dari mana? Siapa yang pindahin aku tidur di sini?", Caca bingung.

"Aku angkat kamu ke situ. Kasihan."

"Hah? Kamu udah nggak papa?"

"Aku udah baik. Oh ya, hari ini kamu baru dateng? Pasti mau ke makam Arya kan? Buruan gih pergi ! Aku bisa urus diri sendiri, aku udah enakan juga.'

"Barry.....!!"

"Kenapa? Emang gitu kan. Buruan pergi Ca."

"Asal kamu tahu, aku pilih nemenin kamu di sini daripada ke makam Arya. Tapi kalo itu nggak kamu butuhin, oke aku pergi.", berdiri dan langsung berlalu dari pandangan Barry.

Dia pulang ke rumah dengan tangis, sedih atas sikap Barry yang dingin kepadanya. Sontak ayah Caca pun resah. Caca tak mau menjawab dan langsung masuk kamarnya.

Membuka galeri foto di HP, memandangi dirinya disamping sosok Barry kala mereka masih berdua. Hanya bisa dipandang, pikir Caca. Ternyata Caca enggan melupakan Barry. Masih sangat berharap memperbaiki semua.

Vote &  comment

Masalah Hati (CERPEN 2012) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang