TIGA

1K 46 0
                                    

Di pagi cerah ini Barry sudah memakirkan kendaraannya di parkiran UGM. Tak lain hanya untuk bertemu Caca. Berharap Caca bisa muncul dihadapannya.

Barry berjalan menyusuri jalur hijau milik UGM, di sana banyak mahasiswa yang sudah berolah raga. Saat berjalan, sebuah suara mengejutkannya.

”Barry, awass !!”

Dammh, “Awh.”, keluh Barry.

Dia lantas mengembalikan bola yang mengenai kepalanya.

“Caca?? Oh, hai. Makasih ya atas peringatannya.”, ucapan bahagia dari Barry kepada sosok penolong yang ternyata adalah Caca.

“Nggak usah berlebihan deh, udah diperingatin tapi kamu tetep juga kena bola.”

“Btw, kok kamu tau nama aku. Duhh, jadi tersanjung.”

“Biasa aja deh. Kemarin pak Suroso nggak jeda nyeritain tentang kamu ke mahasiswanya. Jadi pastinya nama kamu disebut.”

“Hemm, oke. Oh ya, aku kesini mau ngembaliin jaket kamu.”

“Kan aku dah bilang, buang aja.”

“Ya nggak gitu-gitu juga kali. Ehh, dimana jaketnya ya? Adduh, aku lupa bawa deh keliatannya.”

“Nggak jelas.”

“Sorry deh. Lain kali aku kembaliin.”

Tiba-tiba dari arah berlawanan, seorang laki-laki menghampiri Caca dengan wajah kusut.

“Loe becus kerja nggak sih Ca. Percuma gue kasih jabatan kalo loenya klemak-klemek gitu.”

“Sorry mas Damar. Akhir-akhir ini aku lagi sibuk skripsi. Aku janji akan nyelesein proposal kita.”

“Basi. Dari dulu cuma janji-janji. Waktu udah mepet tau. Minggu depan, demo udah harus dilaksanain. Tapi kalo proposal ke rector belum jadi, gimana mau beres?!”

“Iya mas. Aku beneran janji kali ini. Akan aku kerjain dalam 3 hari.”

“Gue pegang kata-kata loe.”

Barry terus memperhatikan wajah Caca yang berubah muram.

“Boleh tau nggak, mau demo nuntut apa sih?”

“Bukan urusan kamu.”

“Tolong, kali ini buang judes kamu. Aku pengen bantu loh.”

“Nggak usah. Biar aku selesaiin sendiri. Lebih baik kamu pergi.”, Caca beranjak.

Barry tak habis akal. Dia langsung mengejar Damar yang tadi marah-marah sama Caca. Dia mengorek informasi tentang demo itu. Alhasil, chek list. Dapat semuanya. Bonus dari pembicaraannya dengan Damar adalah nomor HP Caca.

Entah apa yang dikatakan Barry hingga Damar menyanggupinya.

Malam hari, dengan nomor yang pasti sudah di simpan, Barry mengirim sms pada Caca,”Kamu konsen aja sama skripsi.”. Tanpa nama.

Tapi balasan untuknya tak datang. Mungkin Caca tak menanggapi sms tak jelas.


🙋Vote ya readers. Kasih satu ⭐(Gratis)

Masalah Hati (CERPEN 2012) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang