이 ● Dua

334 50 43
                                    

"Berhenti bercanda."

Changsub berjalan menuju pintu kamarnya dan berdiri diam di sana, memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi: pintu itu terbuka, dan tak ada apapun yang menghalangi antara kamarnya dan ruangan luar. Ia bahkan melihat jelas tangga menuju lantai bawah rumahnya yang tepat berada di depan pintu itu.

Tapi, ia juga tidak bisa menyangkal apa yang baru saja ia saksikan.

Pandangannya beralih pada Yook yang terdiam memegangi dahinya. Pria itu, sungguh Changsub melihatnya terpental karena sesuatu yang tak kasat mata. Changsub mengernyit, mulai curiga pada semua hal yang terjadi.

"Kalau kau sedang berpantomim, kuakui itu sungguh hebat," ujar Changsub datar.

Yook mengelak, "Apa kau pernah melihat pantomim yang melukai dirinya sendiri? Aku tidak sedang bermain apapun sekarang. Aku benar-benar menabrak sesuatu! Kau memasang apa pada pintu kamarmu, hah?"

Changsub tak henti-hentinya menelisik ambang pintu. Ia mencoba menjulurkan tangan perlahan sampai telapak tangannya berada di luar, dan semuanya normal. Kemudian, ia melangkah keluar, lalu masuk lagi. Changsub melakukannya berkali-kali hingga Yook bisa sangat jelas melihatnya.

"Berhentilah bercanda, Yook. Cepat keluar dari kamarku, atau beritahu aku siapa dirimu dan bagaimana bisa kau masuk ke sini."

Yook mengacak rambutnya. Ia kemudian mendekat ke pintu, lalu meraba-raba. Sekali lagi, ia bisa merasakan ada tembok transparan yang menahan tubuhnya. Ia menekan-nekannya, lalu menamparnya, kemudian menendangnya, bahkan bersandar padanya. Yook sungguh tidak bisa keluar dari sana walaupun ia bisa melihat tangga dan sebagian rumah Changsub di bawah sana.

Pria itu berdesis. Kebingungan menyelimutinya. "Aku pun ingin keluar, percayalah. Tapi ada sesuatu yang menghalangiku. Seperti sebuah jebakan."

"Perangkap hantu," jawab Changsub asal. Namun sedetik kemudian, Changsub melotot pada Yook. Perangkap hantu hanya omong kosong, tapi ia teringat pada ibunya. Siapa tahu wanita itu benar-benar memasang jampi-jampi pada rumah ini, karena Changsub pernah mendengar ibunya bercanda soal hal itu.

Ia berlari ke jendela di sisi kamar yang lain, lalu membukanya lebar-lebar. "Kalau kau tidak bisa keluar lewat pintu, maka keluarlah lewat jendela. Atau lewat ventilasi, atau lubang tikus, atau apa saja."

"Heol."

Yook kemudian mencoba mengeluarkan tangannnya lewat jendela, namun hal yang sama masih terjadi. Ia sepertinya benar-benar tertahan di dalam kamar ini.

"Sial," umpatnya. Lupa tentang diri sendiri, lupa bagaimana ia bisa berada di sini, dan lupa tentang segala hal. Ia sungguh tak mengerti kutukan apa yang tiba-tiba menimpa dirinya.

Yook mengaduh kesakitan saat sebuah tamparan mendarat di pipi kanannya, membentuk bekas telapak tangan yang memerah. Ia menatap kesal pada Changsub, namun sebelum ia sempat melakukan apa-apa, pipi kirinya jadi sasaran selanjutnya.

"YA! Kenapa kau menamparku?!"

"Untuk memastikan aku tidak sedang bicara pada hantu."

"Haah?"

Changsub pergi lagi, kali ini ke kamar mandi di kamarnya. Ia kemudian datang dengan segayung air dan langsung memandikan Yook, secara harfiah. Ia kaget, pria itu basah kuyup layaknya manusia biasa, dengan kedua pipi merah bekas tamparan.

"YA! Berhentilah menyiksaku! Ya Tuhan!"

Changsub bergidik. Apa mungkin ia berada dalam mimpi? Ia pergi lagi ke kamar mandi dan membasuh wajah, kemudian kembali dan mendapatkan pria yang basah kuyup termenung bingung.

11:11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang